Memperingati Hari Perawat Internasional (IND: Internasional Nurses Day), Dewan Pengurus Daerah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPD PPNI) Kabupaten Sikka menunjukkan aksi nyata pelayanan keperawatan yang humanis dan penuh empati. Bukan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan seperti biasanya, tetapi di sebuah panti swasta bernama Panti Dympha—tempat di mana 133 Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dirawat dengan kasih dan penerimaan sepenuh hati.
Panti Dympha, yang diasuh oleh Sr. Lucia, CIJ, bukan sekadar tempat perawatan. Lebih dari itu, ia adalah rumah—ruang aman yang sarat cinta bagi para penyintas gangguan jiwa. Sr. Lucia tidak menyebut mereka sebagai pasien. Ia menyapa mereka dengan sebutan yang menyentuh: “mutiara.” Bagi Sr. Lucia, mereka adalah sesuatu yang berharga, memiliki nilai, dan patut dijaga.
Sebanyak 33 tenaga pendamping—perawat dan psikolog—menjadi garda terdepan dalam merawat para mutiara ini setiap hari. Di tengah segala keterbatasan, justru tumbuh kepedulian yang melampaui sekadar tugas profesi.
Terapi Sosialisasi: Menemukan Diri, Menghidupkan Koneksi
Dalam kunjungannya, DPD PPNI Sikka menggelar kegiatan terapi aktivitas kelompok (TAK), khususnya terapi sosialisasi. Tujuannya sederhana namun esensial: membantu para ODGJ mengenal kembali jati dirinya dan orang-orang di sekeliling mereka.
“Banyak dari mereka bahkan tidak tahu siapa dirinya, tidak mengenal namanya sendiri. Terapi ini menjadi jembatan untuk mengembalikan kesadaran akan eksistensi mereka dalam lingkungan sosial,” ungkap Sekretaris DPD PPNI Sikka, Ns. Heny.
Kegiatan berlangsung interaktif dan hangat. Para perawat menyapa, memanggil nama (bagi yang telah mulai mengenali diri), dan mengajak mereka dalam diskusi ringan. Di balik semua itu, terselip satu tujuan: membangun kembali koneksi kemanusiaan yang mungkin telah lama terputus.
Bantuan Sembako: Tanda Cinta yang Tak Diukur Jumlah
Tidak hanya hadir dengan pelayanan terapi, DPD PPNI Sikka juga membawa bantuan sembako untuk seluruh penghuni panti. Jumlahnya memang tak seberapa, namun maknanya jauh lebih besar daripada sekadar angka.
Panti Dympha selama ini hidup dari kemurahan hati masyarakat—tanpa sokongan rutin dari pemerintah maupun lembaga besar. Maka, setiap uluran tangan adalah napas harapan yang baru.
“Ini bukan soal banyak atau sedikit, tapi soal kehadiran dan ketulusan. Kami datang tidak hanya membawa sembako, tapi juga perhatian, cinta, dan rasa bahwa mereka tidak sendiri,” ujar Ketua DPD PPNI Sikka, Ns. Oscar.

Keperawatan: Profesi yang Menghidupi Misi Kemanusiaan
Kegiatan ini membuktikan bahwa profesi perawat tidak semata-mata berada dalam ruang medis, tetapi juga bergerak dalam ranah sosial dan kemanusiaan. Di Hari Perawat Internasional, DPD PPNI Sikka memilih untuk menghidupi nilai-nilai keperawatan sejati: hadir untuk mereka yang berada di pinggiran perhatian—para penyintas gangguan jiwa.
“Keperawatan adalah profesi hati. Di tempat-tempat seperti inilah, hati kita diuji—untuk tetap peduli, untuk tetap merawat, bahkan tanpa pamrih. Inilah pelayanan holistik yang menjadi ruh keperawatan sesungguhnya,” pungkas Ns. Oscar.
Dengan semangat ini, DPD PPNI Sikka berharap kegiatan serupa dapat menginspirasi perawat-perawat di seluruh Nusa Tenggara Timur dan Indonesia—untuk terus hadir dan menyentuh hidup mereka yang paling membutuhkan.
Penulis: Marikxen E. Lonakoni (Sekretaris II DPW PPPNI NTT)