Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur (DPW PPNI NTT) yang berkolaborasi dengan Yayasan Serafim Care kembali menggelar sosialisasi tentang peluang kerja perawat di Papua pada Sabtu (12/08/2023) di Graha PPNI NTT. Sosialisasi ini juga diikuti secara daring oleh perwakilan DPD (Dewan Pengurus Daerah) PPNI Kota/Kabupaten se-Provinsi NTT melalui Zoom.
Sebelumnya Yayasan Serafim Care telah melakukan komunikasi dan sosialisasi awal mengenai peluang kerja perawat tersebut kepada DPW PPNI NTT, khususnya bersama pengurus hubungan antarlembaga. Hasil pertemuan awal tersebut, salah satunya bersepakat melakukan perekrutan perawat secara terbuka untuk ditempatkan di Kabupaten Yahukimo, Papua.
Setelah informasi lowongan kerja itu disebarkan melalui media komunikasi DPW PPNI NTT, respons anggota/perawat yang hendak melamar sangat rendah. Padahal, berdasarkan analisis hasil survei sebelumnya, masih banyak perawat di NTT yang belum mendapatkan pekerjaan sesuai profesinya. Atau kalau pun ada yang bekerja, status kepegawaiaanya belum jelas—bahkan masih ada yang bekerja sebagai tenaga sukarela.
Lalu, kenapa peluang kerja seperti ini malah sepi peminat? Ada banyak alasan tiap-tiap orang, tapi salah satu yang sering ditanyakan calon pendaftar adalah tentang keamanan dan jaminan hidup selama berada atau bekerja di Papua. Karena itu, DPW PPNI NTT dan Yayasan Serafim Care bersepakat untuk memberikan sosialisasi secara terbuka dengan mengundang lebih banyak pengurus maupun anggota/perawat yang sedang mencari pekerjaan.
Ketua DPW PPNI NTT, Dr. Aemilianus Mau, S.Kep,Ns.,M.Kep, dalam sambutan pembukaannya menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Serafim Care yang telah memfasilitasi perawat NTT untuk bekerja di Papua. Menurutnya, pemerintah dan organisasi profesi PPPNI selama ini ikut prihatin dan merasa terbebani dengan banyak lulusan perawat yang makin sulit mendapatkan pekerjaan. Apalagi perawat kontrak daerah sudah dilarang oleh UU, sehingga cepat atau lambat akan banyak perawat yang akan dirumahkan.
Karena itu, Aemilianus Mau mengingatkan kepada perawat lulusan baru yang sempat mengikuti sosialisasi tersebut agar memanfaatkan peluang kerja di Papua yang difasilitasi Yayasan Serafim Care itu. “Hidup ini adalah peluang/kesempatan. Peluang atau kesempatan itu datangnya satu kali,” tambahnya.
Ketua DPW PPNI NTT dua periode itu juga menegaskan bahwa ia bersama pengurus organisasi profesi perawat selama ini terus berjuang mencari peluang kerja bagi anggota. Sebagai contoh, sebelumnya PPNI NTT pernah melakukan lobi dengan salah satu anggota DPR-RI yang berasal dari NTT untuk memfasilitasi perawat bekerja di luar negeri. Tapi ketika kesempatannya sudah ada, lanjut Aemilianus Mau, perawat yang ikut mendaftar tidak banyak.
Aemilianus Mau menilai, kondisi tersebut bisa terjadi karena perawat lulusan baru kurang memiliki mental juang yang tinggi. Karena itu, ia mengaku sering mengingatkan institusi pendidikan tinggi keperawatan agar tidak hanya mengajar teori kepada mahasiswa, tapi juga membentuk karakter mentalnya.
“Sekali maju, maju sudah. Kalian harus menjadi pribadi yang tangguh,” pesan Aemilianus Mau dengan semangat.
Setelah Sukses di Bidang Pendidikan, Yayasan Serafim Care Kini Merambah Urusan Kesehatan
Ketua Yayasan Serafim Care, Pdt. Jon Fallo, S.Th, merupakan putra asli Kabupaten TTS, NTT yang kini berkarya dan melayani masyarakat Papua. Ia bercerita bahwa dirinya mulai bekerja di Papua sejak 2012 dan pada tahun 2018 memutuskan untuk menetap di sana bersama istri dan ketiga orang anaknya.
Selama berada di Papua, salah satu karya Pdt. Jon adalah mendirikan Yayasan Serafim Care. Lembaya sosial ini memiliki banyak rencana program, tapi menurut Pdt. Jon baru bisa menjalankan program pendidikan dan sedang memulai program kesehatan.
Pdt. Jon menerangkan bahwa selama ini Yayasan Serafim Care menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Yahukimo, Papua dalam menyukseskan visi Yahukimo Cerdas. Yayasan Serafim Care ditugaskan untuk merekrut guru dari berbagai daerah untuk ditempatkan atau mengajar di berbagai sekolah yang ada di Yahukimo.
“Kami sudah menyediakan sekitar 1.600-an guru hingga saat ini,” ungkap Pdt. Jon. “Dan hampir separuh dari mereka adalah orang Kupang atau NTT pada umumnya.”
Setelah dinilai sukses menjalankan program pendidikan, saat ini Pemkab Yahukimo kembali memercayakan Yayasan Serafim Care untuk mewujudkan visi berikutnya: Yahukimo Sehat. Karena itu, lanjut Pdt. Jon, berapa minggu lalu telah dilakukan penandatanganan MoU antara Pembak Yahukimo dengan Yayasan Serafim Care untuk menangani masalah kesehatan.
Pdt. Jon menjelaskan, kondisi fasilitas kesehatan di Yahukimo—khususnya puskesmas yang ada di wilayah distrik atau kecamatan—banyak yang mati suri. Karena itu, Pemkab Yahukimo ingin mengaktifkan fasilitas kesehatan dasar masyarakat tersebut. Salah satu caranya dengan menyediakan tenaga kesehatan yang kompeten mengelola fasilitas kesehatan tersebut.
“Jadi, ini jadi peluang bagi perawat untuk mengabdi di sana. Bupati Yahukimo berharap kami bisa mengerjakan bidang kesehatan ini seperti di bidang pendidikan. Kami diminta untuk merekrut sebanyak 75 tenaga kesehatan yang mencakup perawat, bidan, dan jurusan lain,” tambah Pdt. Jon.
Indah Tapi Sulit
Pdt. Jon menggambarkan mengenai kondisi alam dan linkungan di Yahukimo, Papua. Menurutnya kondisi alam sangat indah, sehingga tidak heran orang-orang menyebutnya sebagai surga. Tapi, Pdt. Jon mengakui kalau itu merupakan wilayah yang sulit dijangkau.
Menurut Pdt. Jon, transportasi ke Yahukimo hanya bisa menggunakan pesawat perintis. Di sana tidak ada sepeda motor, sehingga kalau ingin ke mana-mana harus siap berjalan kaki. Fasilitas listrik hanya didapat dari sistem tenaga surya yang digunakan untuk kebutuhan penting saja seperti mengisi daya batrei HP dan laptop. Sinyal telpon seluler juga kurang stabil, hanya tersedia di lokasi-lokasi tertentu.
“Saya tidak mau cerita yang bagus-bagus saja, memang kondisi riilnya seperti itu,” tambahnya.
Pada kesempatan itu, Pdt. Jon juga menjelaskan fasilitas atau hak yang diperoleh perawat jika diterima atau lolos seleksi pada program Yahokimo Sehat tersebut. Menurutnya ada beberapa faslitas yang disediakan oleh Pemkab Yahukimo yang disalurkan melalui Yayasan Serafim Care, seperti yang diuraikan berikut ini.
Pertama, besarnya gaji yang akan diperoleh. Perawat lulusan D3 akan digaji sebesar Rp. 4 Juta dan perawat lulusan S1+Ners diberi upah sebesar Rp. 5 juta. Menurut Pdt. Jon, gaji itu tergolong besar bila dibandingkan daerah lain di Indonesia karena Papua merupakan daerah otonomi khusus (Otsus) yang memiliki dana khusus untuk meningkatkan IPM (Indeks Pembangunan Manusia).
Kedua, perawat juga mendapat bantuan bahan makanan. Jenis makanan yang disediakan tiap 3 bulan sekali di antaranya beras, minyak goreng, ikan kering, telur, mie instan, dll. Jika digunakan secara wajar, lanjut Pdt. Jon, pasokan bahan makanan itu dinilai sangat cukup untuk hidup layak di sana.
Ketiga, perawat juga akan mendapatkan fasilitas biaya pengobatan. Menurut Pdt. Jon, biaya kesehatan di sana cukup rumit, sebab harus sewa pesawat terbang jika harus merujuk pasien ke RS yang ada di pusat kabupaten. Karena itu, setiap perawat juga harus dibekali dengan kartu BPJS yang aktif.
Keempat, perawat juga akan mendapat fasilitas tempat tinggal. Pdt. Jon mengakui, tempat tinggalnya merupakan rumah dinas yang ada di dekat puskesmas. Menurutnya kondisi rumah agak lama, tapi tetap layak untuk dihuni. Selain itu, perawat atau nakes lainnya akan ditempatkan bersama dengan guru yang sudah lebih dulu mengabdi di sana.
Perihal Keamanan
Ada banyak pertanyaan yang diajukan peserta sosialisasi, salah satunya mengenai isu keamanan Papua. Pak Gideon, salah satu staf Yayasan Serafim Care yang mendampingin Pdt. Jon ikut memberikan penjelasan mengenai kondisi keamanan di Papua, khususnya Yahukimo.
Menurut Pak Gideon, Yayasan Serafim Care memang tidak menjanjikan apa-apa. Tapi berdasarkan pengalaman kerja di bidang pendidikan selama ini, guru-guru yang ditempatkan di sana sampai saat ini dalam kondisi yang aman dan baik-baik saja.
Sebagai gambaran, Pak Gideon menjelaskan bahwa masyarakat asli Papua sangat menghormati profesi guru dan tenaga kesehatan. Karena itu, mereka sangat melindungi orang dengan dua jenis profesi tersebut. Selain itu, kepala suku, kepala sekolah, kepala puskemas, pimpinan gereja dan tokoh masyarakat lainnya akan memberikan perlindungan khusus bagi guru dan nakes.
Pak Gideon mengakui, setiap orang baru di sana akan dicurigai sebagai intel. Karena itu, setiap orang sebaiknya membawa diri dengan baik. “Tidak boleh bawa agenda atau gerakan tambahan. Sebagai perawat, berperilakulah seperti perawat,” imbuhnya.
Pak Gideon juga menambahkan, para nakes nantinya ditempatkan bersama guru yang sudah lebih dulu berada di sana. Jadi, menurutnya sudah ada rekan yang bisa memandu bagaimana beradaptasi dengan kehidupan warga setempat.
Di akhir sesi sosialisasi, Ketua DPW PPNI NTT yang pada kesempatan itu didampingi pengurus hubungan antarlembaga mengingatkan para peserta bahwa penentu kesuksesan adalah diri sendiri. Karena itu, dari semua peluang yang ada, Aemilianus Mau mengingatkan bahwa itu akan berguna tergantung keputusan sendiri.
“Kami tidak paksa, tapi sekadar membuka wawasan kalian,” tegas Aemilianus Mau. “Kesempatan tidak datang dua kali.”
Setelah sosialisasi berakhir, DPW PPNI NTT dan Yayasan Serafim Care bersepakat untuk membuka kembali kesempatan pendaftaran kepada perawat yang ingin berkerja di Papua sesuai penjelaskan di atas. Jika berminat, maka bisa langsung mengikuti seleksi yang akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Senin, 14 Agustus 2023
Waktu : Pukul 10.00 WITA
Tempat : Graha PPNI NTT
Penulis: Saverinus Suhardin (Infokom DPW PPNI NTT)