Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur (DPW PPNI NTT), Aemilianus Mau, S.Kep.,Ns, M.Kep ikut merayakan HUT PPNI ke-49 tingkat nasional pada Jumat (17/03/2023) di Jakarta.
Perayaan puncak HUT PPNI tingkat nasional itu dihadiri oleh seluruh Ketua DPW PPNI dari seluruh wilayah Indonesia dan masing-masing mengenakan pakaian adat daerah. Acara itu dihadiri oleh berbagai tamu undangan, termasuk Menteri Kesehatan RI: Budi Gunadi Sadikin.
Setelah mengikuti perayaan HUT PPNI ke-49 tingkat nasional tersebut, Aemilianus Mau mengabarkan beberapa informasi penting terkait pekembangan perawat/PPNI saat ini melalui grup WA DPW PPNI NTT maupun pengurus DPD PPNI Kota/Kabupaten se-Provinsi NTT pada Sabtu (18/03/2023) pagi.
Melalui pesan WA, ia terlebih dahulu mengucapkan terima kasih kepada semua pengurus PPNI yang telah memberikan dukungan dalam perayaan HUT PPNI ke-49 tahun 2023. “Saya menyampaikan perkembangan pendidikan keperawatan saat ini dan yang akan datang berdasarkan hasil diskusi bersama beberapa guru besar di Indonesia,” tulis Aemilianus Mau lebih lanjut.
Selanjutnya ia membeberkan beberapa informasi yang perlu diktetahui perawat atau pengurus PPNI. Berikut ini beberapa poin yang telah dirangkum oleh Tim Infokom DPW PPNI NTT.
Pertama, sudah ada kesepakatan mengenai program percepatan pendidikan (upgrade) perawat dari jenjang D3 Keperawatan menjadi Ners melalui program RPL (Rekognisi Pembelajaran Lampau), yaitu penyetaraan akademik atas pengalaman kerja atau pelatihan bersertifikasi untuk memperoleh kualifikasi pendidikan tinggi.
Kedua, Kemenkes RI telah menegaskan arah pendidikan keperawatan saat ini harus berbasis pendidikan spesialis sesuai kebutuhan masyarakat Indonesia. Karena itu, Fakultas Keperawatan Unair merespons kebijakan tersebut dengan membuka program spesialis KMB dengan berbagai peminatan.
Prof. Yusuf selaku Dekan Fakultas Keperawatan Unair menawarkan kelas khusus untuk perawat NTT (minimal 15 orang). Model pembelajarannya lebih banyak waktu praktiknya dan bisa dilakukan di NTT. Proses bimbingannya bersifat supervisi.
“Saya kira ini peluang bagus dan mudah bagi kita. Tugas kita adalah berkoordinasi dengan pemerintah terkait regulasinya,” imbuh Aemilianus Mau.

Ketiga, Kemenkes RI juga telah menyatakan akan menambah jumlah peserta tugas belajar (tubel) untuk mengikuti pendidikan lanjut pada program spesialis keperawatan.
Keempat, pemerintah mendukung instusi pendidikan dan PPNI yang memiliki program pengiriman perawat ke luar negeri melalui persiapan kelas internasional dan pelatihan calon peserta.
Kelima, Ketua Umum DPP PPNI telah meluncurkan program pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perawat Indonesia (Pusdiklat) di atas areal tanah tiga hektar di Jawa Barat. Pengerjaan gedung megah itu akan dimulai tahun ini.
Berdasarkan masterplan yang ditunjukkan, Pusdiklat perawat itu akan dibangun juga dengan fasilitas hotel untuk perawat yang sedang mengikuti pelatihan nantinya. Selain itu tersedia juga pusat pelatihan kegawatdaruratan perairan, karena di depan area gedung itu ada danaunya.
Keenam, PPNI juga sudah menyerahkan buku standar gaji perawat Indonesia kepada Kementerian Tenaga Kerja RI, menyerahkan buku pedoman perawat desa kepada Kementerian Desa RI, dan menyerahkan buku manajemen bencana kepada Basarnas.
“Semoga ke depan peran kita semakin diperhitungkan dan semakin jelas kerja dan penghargaannya,” pungkas Aemilianus Mau.
Penulis: Saverinus Suhardin (Infokom DPW PPNI NTT)