Oleh: Theresia Harabi Wori
(Perawat, saat ini bekerja di RSUD Waihibur–Anakalng)
Biasanya setelah melakukan penyuntikan apa saja, termasuk ketika pemberian imunisasi, perawat atau tenaga kesehatan lain akan mengoleskan kapas atau kasa alkohol. Kemudian orang yang disuntik atau orang tuanya diminta untuk menahan kapas tersebut sampai beberapa saat agar tidak ada perdarahan. Tapi saya pernah menyaksikan praktik yang berbeda di tempat imunisasi.
Sebelum saya bercerita lebih lanjut, salam kenal dan salam sehat terlebih dahulu untuk kita semua. Perkenalkan, nama lengkap saya Theresia Harabi Wori dan biasa di panggil Zr. Esy. Saya lahir di Sumba dan menyelesaikan pendidikan sebagai perawat di Stikes Persada Husada Indonesia, tahun 2015. Saat ini saya berdomisili di kabupaten sumba tengah, dan bekerja di RSUD Waihibur – Anakalng.
Sedikit cerita saya, tentang peristiwa kecil yang pernah saya lihat di Kabupaten Sumba Tengah. Mungkin ini hanya kejadian sepele, namun sangat berkesan bagi saya karena makin banyak orang yang melakukannya.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, saya adalah seorang perawat yang bekerja di rumah sakit. Meski bekerja di rumah sakit, saya tetap sering membawa anak saya untuk ikut posyandu setiap bulan di salah satu polindes terdekat.
Saat tiba waktu posyandu yang biasanya dilaksanakan setiap awal bulan, jadwalnya tanggal 03, masyarakat, khususnya para ibu-ibu, sangat antusias untuk membawa anak mereka untuk diimunisasi dan timbang berat badan.
Hal unik dan aneh terjadi ketika anak mereka habis diimunisasi (suntik), dengan spontan ibu dari anak ini akan mengoleskah air ludah / air liur pada paha atau lengan anak yang sudah diimunisasi.
Saya tentu saja heran dan menganggap tindakan ibu-ibu tersebut malah berbahaya. Supaya tidak menyinggung perasaan mereka, saya kemudian bertanya saat berbincang santai di sela-sela kegiatan imunisai, “Kenapa oles dengan air ludah?”
Dari sekian orang yang menjadi, kesimpulannya mereka beranggapan bahwa setelah dioles dengan air ludah/air liur, si kecil yang mendapatkan imunisasi tersebut tidak akan demam, rewel, dan bekas imunisasi tidak bengkak.
Pada situasi seperti inilah, tugas kita sebagai perawat melakukan berbagai upaya preventif, promotif dan rehabilitatif harus kita jalankan. Kita harus menjelaskan kepada masyarakat bahwa tindakan seperti itu akan sangat berbahaya bagi si kecil karena berisiko tinggi terjadinya infeksi pada area penyuntikkan.
Marilah kita sebagai tenaga kesehatan, bersama-sama melakukan kegiatan promotif, agar seluruh masyarakat, khususnya yang masih tinggal di daerah pelosok, bisa mengetahui dan membedakan manfaat dari imunisasi.
Kita harus menjelaskan ke masyarakat akan pentingnya imunisasi lengkap pada anak. Kita mengajak masyarakat untuk hilangkan pikiran-pikiran yang beranggapan bahwa imunisasi hanya membuat anak demam dan rewel.
Justru ketika anak demam setelah imunisasi, itu menandakan respons tubuh si kecil untuk membentuk sistem kekebalan tubuh. Mari, kita seluruh masyarakat, khususnya masyarakat NTT, kita dukung program BIAN agar anak anak kita tumbuh sehat.
Supaya kita makin yakin dengan imunisasi, saya tambahkan cerita pengalaman tadi dengan sedikit informasi seputar imunisasi. Saya menyadari mungkin sebagian besar sudah tahu, tapi tidak ada salahnya untuk menyengarkan kembali ingatan kita.
Seperti yang kita ketahui bersama, baik orang yang berpendidikan ataupun tidak, istilah imunisasi itu sendiri sudah tidak asing lagi di telinga kita semua. Tetapi, sebelum kita membahas dan bercerita lebih panjang, mari kita bahas apa itu imunisasi sendiri.
Imunisasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh seseorang untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah suatu obat yang dimasukan kedalam tubuh untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi-antibodi yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari penyakit infeksi (Theophilus, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2007), program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit-penyakitnya seperti disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio, dan tuberkolusis.
Manfaat pemberian imunisasi menurut Proverawati & Andhini (2010) dan Mulyani (2013) yaitu :
- Bagi keluarga: dapat menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi jika anak sakit. Bayi yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap, tubuhnya akan terlindungi dari penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke sudaranya atau teman-teman di sekitarnya, serta masa kanak-kanaknya pun akan tenang.
- Bagi anak: dapat mencegah kesakitan yang ditimbulkan oleh penyakit infeksi berbahaya yang kemungkinan akan menyebabkan kecacatan atau kematian pada anak.
- Bagi bangsa: dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan mampu menciptakan penerus bangsa yang sehat dan kuat.
Ingatkah kita, dahulu banyak sekali anak yang terkena polio, difteri maupun tetanus? Kini angka kejadiannya hampir tidak ada karena cakupan program imunisasi sudah massal di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Berikut ini merupakan jenis-jenis imunisasi yang harus diberikan berdasarkan usia anak. Jika selama pandemi COVID-19 anak Anda tidak sempat mendapatkan imunisasi tidak sesuai waktunya, tidak perlu khawatir. Tetap datangi fasilitas kesehatan seperti posyandu, sampaikan terus terang mengenai kondisinya.
- Usia 0 bulan: imunisasi hepatitis B (diberikan 12 jam setelah bayi baru lahir)
- Usial 1 bulan:
- Imunisasi BCG, untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit TBC.
- Imunisasi OPV, untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit polio.
- Usia 2-4 bulan:
- Imunisasi DPT, untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit difteri.
- Imunisasi hepatitis B, untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit hepatitis B.
- Imunisasi OPV (diberikan setiap bulan), untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit polio.
- Imunisasi IPV (hanya diberikan saat bayi berusia 4 bulan)
- Usia 9 bulan: imunisasi MR, untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit campak.
- Usia 12-18 bulan:
- Imunisasi DPT
- Imunisasi hepatitis B
- Imunisasi HiB 4
- Imunisasi MR 2
- Kelas 1 SD:
- Imunisasi MR
- Imunisasi DT, untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus.
- Kelas 2 dan 5 SD: Imunisasi DT
- Kelas 5 dan 6 SD: Imunisasi HPV, untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit sistem reproduksi (tapi hanya tersedia di daerah tertentu).
***
(Tulisan ini merupakan salah satu tulisan yang diikutkan dalam lomba menulis dalam rangka IND dan BIAN yang diselenggarakan DPW PPNI Provinsi NTT. Jika Anda suka dengan tulisan ini, silakan bagikan di media sosial Anda, karena salah satu penilaian diambil dari seberapa banyak tulisan ini dibaca orang. Selain itu, jika Anda tertarik ikut lomba menuli ini juga, klik informasinya di sini)