Oleh : Alinda soryanti Liukae

(Mahasiswi Akademi Keperawatan Maranatha Groups)

Kondisi pandemi COVID-19 yang, sebelumnya kita tahu sangat mengerikan, kini menjadi lebih baik dan pemerintah sudah melonggarkan aturan penggunaan masker—khususnya ketika berkegiatan di luar rumah. Kita tentunya senang dengan kabar tersebut, tapi entah kenapa saya selalu mengenang pandemi COVID-19, khususnya ketika melakukan praktik klinik lapangan (PKL) sebagai mahasiswa keperawatan. Nah, dari pada saya mengenang sendiri, maka saya ceritakan saja buat Anda sekalian.

Seperti yang tertera di atas, nama saya Alinda Soryanti Liukae. Saya mahasiswa keperawatan semester IV di Kampus Akper Maranatha Groups. Saya sangat bersyukur karena DPW PPNI Provinnsi NTT menyelenggarakan lomba menulis dalam rangka memperingati Internasional Nurse Day (IND) dan  Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang dilaksanankan bulan ini. Saya akan berbagi pengalaman menjalani PKL di masa pandemi covid-19  kepada teman-teman semua.

Pertama kali COVID-19 muncul pada bulan Desember 2019,  langsung menghebohkan  masyarakat karena mengancam kesehatan, keselamatan, kenyamanan, serta perekonomian dan sebagainya. Pandemi  COVID-19 juga menghabat pekerjaan masyarakat, dan hal itu membuat tingkat kemiskinan makin bertambah banyak. Banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan atau kesulitan bekerja seperti pegadang, tukang ojek, tukang bangunan.

Dampaknya juga terasa pada dunia pendidikan. Pandemi COVID-19 itu mengganggu proses belajar mengajar siswa SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Proses belaja-mengajar ditiadakan. Kalau pun masih ada, prosesnya dilakukan secara daring yang membutuhkan fasilitas pendukung yang memadai. Prose belajar makin rumit bagi orang yang harus menjalani praktik di RS seperti yang saya alami.

Pada awal mendapatkan informasi bahwa saya akan melangsungkan PKL di rumah sakit, sudah pasti saya merasa takut dan cemas. Saya mengkhawatirkan keselamtan saya sendiri. Saya kemudian menyampakian  informasi tersebut  kepada keluarga, bahwa saya akan melakukan PKL di RS selama 3 minggu.

Setelah keluarga saya menerima informasi tersebut, mereka pun menolak dan tidak mau mengizinkan saya untuk ikut PKL di masa pandemi covid-19. Serba salah. Kalau tidak ikut PKL, itu artinya saya tidak bisa lulus. Dan kalau saya paksakan ikut PKL, orang tua akan marah dan bisa-bisa uang jajan terancam macet.

Saya pun duduk merenung. Bagaimana caranya saya menyakinkan keluarga untuk mengizinkan ikut  PKL.  Kalau saya tidak mengikuti PKL berati saya tidak memenuhi persyaratan untuk lolos ke tahap semester berikutnya.

Selama lama saya duduk dan berfikir, saya akhirnya pasrah.  Mau tidak mau saya harus memberanikan diri, karena perawat ini adalah profesi yang telah saya pilih dan akan jalani di kemudian hari. Saya  mengambil keputusan untuk berdoa agar keluarga dapat mengizinkan saya untuk ikut praktik di rumah sakit.

Puji Tuhan, pihak kampus tempat saya kuliah memberikan informasi bahwa akan diadakan rapat orang tua mahasiwa sebelum turun PKL. Di hadapan orang tua kami, pihak kampus pun menjelaskan cara mahasiswa PKL selama masa pandemi COVID-19. Para dosen memberikan penjelasan kepada orang tua, sehingga Bapak dan Mama saya akhirnya memberi izin. Bapak/Ibu Dosen juga membimbing saya dan teman-teman semua tentang cara menjalani masa praktik yang aman selama pandemi COVID-19 berlangsung.

Sebelum turun ke tempat PKL, kami wajib  memiliki surat vaksin dan melakukan pemeriksaan swab antigen COVID-19. Setelah menunggu beberapa menit, hasilnya pun keluar.  Puji Tuhan, hasilnya negatif.

Setelah itu saya mendapatkan Alat Pelindung Diri (APD) dari kampus untuk digunakan selama PKL di RS. Pada hari pertama penerimaan, langsung dijelaskan oleh kepala ruangan tentang   protokol kesehatan seperti mencuci tangan sebelum bertemu pasien dan sesudah bertemu pasien. Kami juga diajarkan menggunakan masker, penutup wajah, penutup kepala, juba, sepatu bot,  sarung tangan, serta menjaga jarak yang aman dengan orang lain.

Hari pertama saya dinas di RS, saya mendapat tugas di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Pada saat  saya dinas  di IGD, di situlah saya bertemu langsung dengan pasien yang terpapar COVID -19. Pada saat pasien datang ke IGD, pasien wajib melakukan tes swab antigen, dan bila pasiennya positif, maka langsung diantar ke ruangan isolasi untuk mendapatkan tindakan lebi lanjut.

Berdasarkan pengalaman tersebut, saya pun makin tahu tanda dan gejala COVID -19. Seseorang yang terpapar COVID -19 akan mengalami gejala seperti demam, batuk, lelah, kehilangan rasa atau bau, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri, ruam pada kulit atau jari kaki atau jari tangan, mata merah atau iri tasi.

Pada waktu, saya kemudian memberi tahu siapa saja yang sempat bertemu. Saya bilang, jika ada keluarga, teman atau kenalan yang mengalami gejala COVID-19 seperti yang disebutkan di atas,  cepat ke RS, puskesmas, atau faskes apa saja untuk memeriksaan kesehatan. Kepastian diagnosis sangat penting supaya tidak menularkan kepada orang.

Dari pengalam itu juga, saya sering memberi tahu siapa saja tentang pencegahan COVID -19. Saya selalu menyarankan orang untuk sebisa mungkin melakukan tindakan-tindakan sederhana tapi berdampak besar seperti berikut ini:

  1. Selalu jaga jarak minimal 1 meter
  2. Menggunakan masker di luar ruangan
  3. Sebainya pilih ruangan terbukan dan berventilasi
  4. Ikuti vaksinasi dan dan ikuti panduan setempat terkait vaksinasi
  5. Saat batuk dan bersin tutup muluk anda dengan lengan atau tisu
  6. Sering mencuci tangan dan hindari keramaian

Itulah sedikit pengalaman saya ketika menjalani masa praktik klinik keperawatan selama pandemi COVID-19. Saya harus akui, praktik klinik keperawatan itu tidak mudah, apalagi ditambah aturan pandemi COVID-19. Selama menjalani praktik, saya merasa kurang nyaman karena harus mengenakan APD yang terasa panas. Semoga pandemi COVID-19 ini benar-benar berlalu dan jangan pernah datang kembali.

Bagaimana dengan Anda, adakah kenangan khusus dengan pandemi COVID-19?

***

(Tulisan ini merupakan salah satu tulisan yang diikutkan dalam lomba menulis dalam rangka IND dan BIAN yang diselenggarakan DPW PPNI Provinsi NTT. Jika Anda suka dengan tulisan ini, silakan bagikan di media sosial Anda, karena salah satu penilaian diambil dari seberapa banyak tulisan ini dibaca orang. Selain itu, jika Anda tertarik ikut lomba menuli ini juga, klik informasinya di sini)

Artikulli paraprakBerpikir Positif Tentang Imunisasi
Artikulli tjetërPandemi dan Imunisasi