Home Berita Wilayah Pesan Cinta Pater Patris dari Kemah Tabor untuk Perawat NTT

Pesan Cinta Pater Patris dari Kemah Tabor untuk Perawat NTT

0
29

Pater Patris Pa, SVD sebagai penanggung jawab di Rumah Retret Kemah Tabor, Mataloko, Kabupaten Ngada, ikut menyambut dan menemani para perawat dan tamu lainnya yang mengikuti Rapat Kerja Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur (Rakerwil PPNI NTT) yang berlangsung di tempat tersebut sejak Jumat-Minggu (24-26/05/2024).

Saat acara pembukaan Rakerwil PPNI NTT pada Jumat (24/05/204), rohaniawan Katolik itu hadir menggunakan jubah putih dan memimpin doa pembukaan. Ia mendoakan agar kegiatan itu berjalan lancar dan perawat makin setia dalam karya pelayanan kepada sesama, khususnya bagi mereka yang menderita sakit.

Pater Patris tampak selalu berbaur dengan peserta rakerwil pada berbagai kesempatan, khususnya ketika jam istirahat minum kopi atau makan di ruangan makan. Ia selalu tersenyum sambil menyilakan para tamu untuk menikmati hidangan yang sudah tersedia.

“Mari, silakan makan,” katanya dengan ramah. Begitu juga saat berpapasan dengannya ketika waktu istirahat minum kopi/teh sambil menikmati penganan khas Kemah Tabor.

Dari tampilan rambutnya yang sebagian besar telah memutih, kita bisa menebak kalau dirinya merupakan pastor yang cukup senior. Kacamata yang menempel di hidungnya dan semua tampilan keseluruhan memberi kesan gagah, atau lebih tepatnya: berkarisma.

Pada Sabtu (25/05/2024) malam, ia mendatangi tamu PPNI NTT yang sedang menikmati makan malam. Pater Patris membunyikan lonceng sekali, lalu menyampaikan pengumuman. Ia memberi informasi kepada tamu yang beragama Katolik dan ingin mengikuti misa hari Minggu, jadwal misa di Kapela Transfigurasi yang berada dalam kompleks Kemah Tabor dimulai pukul 06.00 WITA.

Bangunan utama Kemah Tabor, dari arah depan tampak menyerupai huruf “U”. Kapela Transfigurasi itu berada di ujung bagian Kanan gedung U tersebut. Itu adalah ruang doa berbentuk heksagon (segi enam) dengan atap berbentuk kerucut.

Foto bersama Pater Patris setelah misa Minggu pagi di Kemah Tabor, Mataloko

Minggu (26/05/2024) pagi menjelang pukul 06.00 WITA, gerimis turun dan kabut menyelimuti Kemah Tabor dan wilayah sekitarnya. Udara terasa dingin, tapi kondisi itu tidak menyurutkan niat tamu PPNI NTT dan penghuni komunitas Kemah Tabor yang lain untuk mengikuti misa pagi.

Ruangan dalam kapel itu terkesan mungil, tapi arsitektur interiornya sangat menarik. Dinding kapel itu terbuat dari susunan bata yang memiliki lubang berpola simetris dan bagian lubang itu ditutup dengan kaca beragam warna. Struktur dinding seperti itu memungkinkan cahaya dari luar tetap masuk lewat kaca-kaca kecil tersebut dan menimbulkan efek cahaya yang nyaman di mata.

Pater Patris tampak menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan misa di altar. Kain meja altar tidak begitu panjang, sehingga tiangnya terlihat jelas. Dan tiang itu memang sebaiknya tidak perlu ditutup oleh kain meja atau apapun, sebab itu tiang itu hanya satu di bagian tengah; ukurannya kurang lebih sebesar tubuh manusia; dan yang paling penting, tiang berwarna cokelat kehitaman itu juga dikelilingi dengan ukiran peristiwa ketika Yesus mengadakan perjamuan terakhir dengan para murid.

Di belakang altar itu, terdapat dinding yang cukup tinggi dan dipasang sebuah gambar atau lukisan besar yang menunjukkan peristiwa: Yesus dimuliakan di atas gunung (Bdk. Matius 17).

Lukisan itu menggambarkan peristiwa ketika Yesus mengajak 3 orang murid-Nya (Petrus, Yakobus, dan Yohanes) naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di sana, Yesus dikisahkan berubah rupa menjadi sangat bercahaya dan Ia bertemu dan berbicara dengan Muda dan Elia. Ketiga murid itu tampak terkesima, lalu Petrus berkata pada Yesus: “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia.”

Ada sebuah ungkapan menarik perihal foto/lukisan: “One Picture is Worth a Thousand Words” (Satu gambar bernilai ribuan kata). Lukisan di dinding kapel itu juga telah menceritakan setara ribuan kata.

Salah satu sudut pandang yang bisa dipakai, misalnya, dari lukisan itu kita bisa menyimpulkan bahwa, itulah alasan kenapa rumah retret itu bernama Kemah Tabor. Inspirasi para pendirinya mungkin bermula dari kisah Alkitab tersebut.

Bila kita melihat topografinya, Kemah Tabor itu memang berada di salah satu puncak gunung yang ada di Mataloko. Lalu, para pendiri tempat itu mendesainnya sedemikian rupa, sehingga suasana tempat itu kurang memang sangat cocok untuk kegiatan retret.

Sebagian besar peserta Rakerwil PPNI NTT mengungkapkan secara terbuka perihal kekaguman mereka akan tempat itu. Komentar mereka bermacam-macam, tapi kalau mau disimpulkan kurang lebih sama dengan kesan Petrus seperti yang tertulis dalam kitab suci: “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini.”

***

Pagi itu, Pater Patris menyapa secara khusus tamu PPNI NTT dalam sapaan pembukaan maupun saat khotbah. Umat yang hadir misa Minggu pagi itu memang relatif sedikit, sekitar 20-an orang dan didominasi oleh sebagian kecil peserta Rakerwil PPNI NTT. Peserta yang lain sudah pulang lebih dahulu, khususnya yang datang dari daerah yang jauh.

Meski demikian, Pater Patris tetap menyampaikan salam khusus buat peserta rakerwil, baik yang sudah pulang maupun yang tidak ikut misa karena beragam lain, juga ada salam untuk seluruh perawat NTT.

Secara umum, tema renungan Pater Patris tetap berkaitan dengan perayaan Hari Tritunggal Mahakudus yang memang dirayakan oleh umat Katolik sejagat pada hari itu. Ia menjelaskan dengan ringkas dan jelas perihal relasi antara Bapa, Putra, dan Roh Kudus yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Lalu ketika bicara tentang Roh Kudus yang salah satu wujudnya berupa kasih, maka Pater Patris membungkusnya dengan kisah yang berkaitan dengan peran dan fungsi perawat.

Menurut Pater Patris, perawat dalam bekerja harus bisa membangun hubungan saling percaya dengan pasien. Apapun dan bagaimanapun caranya, lanjut Pater Patris, hubungan saling percaya itu menjadi kunci keberhasilan proses perawatan orang sakit.

Pater Patris saat menyampaikan salam perpisahan kepada tamu PPNI NTT pada Minggu (26/05/2024) di Kemah Tabor, Mataloko

Pater Patris juga menekankan tentang pentingnya berdoa saat merawat pasien, serta mengajak pasien untuk ikut berdoa. Ia mengenang pengalamannya ketika sakit saat masih SMP.

Saat itu ia diobati oleh seorang pastor dari Jerman. Sebelum pastor itu menyuntikkan obat, ia berlutut terlebih dahulu untuk berdoa. Pastor itu juga meminta Patris yang masih remaja saat untuk berdoa.

“Mari kita berdoa dulu,” kata pastor itu seperti yang dituturkan oleh Pater Patris. Setelah itu, barulah pastor itu menyuntikkan obat.

Menurut Pater Patris, pengalaman sakit masa remaja itu terus membekas dalam ingatannya dan model perawatan seperti itu membuat dirinya cepat sembuh. Karena itu, Pater Patris mengajak perawat juga untuk melakukan cara yang sama.

Apa yang disampaikan Pater Patris itu sebenarnya sudah menjadi bagian dari tugas seorang perawat. Secara teoritis, aspek pelayanan keperawatan itu sangat holistik, mencakup kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural. Ajakan berdoa itu bagian dari aspek spiritual, hanya dalam implementasinya masih bervariasi.

Pater Patris juga mengingatkan kembali tentang aspek cinta (loving) dan peduli (caring) dalam memberi perawatan pasien. Menurutnya, perawat harusnya bisa menunjukkan cinta dan caring pada pasien.

Pada kesempatan itu, Pater Patris pun mengajak semua perawat yang hadir dalam misa Minggu pagi itu untuk menyanyikan sebuah yel-yel tentang loving dan caring. Perawat yang hadir pun antusias mengikuti gerakan dan nyanyian dari yel-yel tersebut. Bahkan setelah misa selesai, yel-yel itu diulang beberapa kali.

Ketua DPW PPNI NTT, Aemilianus Mau, saat menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pater Sipri–pimpinan Kemah Tabor, Mataloko pada Minggu (26/05/2024)

Setelah misa, tamu PPNI NTT langsung ke ruang makan untuk menikmati sarapan. Tidak lama berselang, Pater Patris datang dan menyembunyikan lonceng sebagai pertanda minta perhatian.

Saat itu Pater Patris menyampaikan permohonan maaf apabila selama berada di Kemah Tabor, ada keadaan yang kurang berkenan bagi peserta Rakerwil PPNI NTT. Karena itu, ia atas nama keluarga besar Kemah Tabor meminta maaf.

Mendengar permintaan maaf itu, Ketua DPW PPNI NTT, Aemilianus Mau, spontan berdiri. “Kami juga ingin menyampaikan isi hati, Pater,” katanya.

Aemilianus Mau juga mewakili seluruh perawat yang menghadiri Rekerwil PPNI NTT meminta maaf jika sudah melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan di Kemah Tabor.

“Kami minta maaf, Pater, sekaligus mengucapkan terima kasih banyak atas pelayanan yang baik selama kami berada di tempat ini,” tutup Aemilianus Mau.

Penulis: Saverinus Suhardin (Infokom DPW PPNI NTT)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here