Pelatihan BTCLS (Basic Trauma Cardiac Life Support) yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (Pusbangdiklat PPNI), bekerja sama dengan Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur (Hipgabi NTT), telah berlangsung sukses pada 26–31 Mei 2025 di Kupang.
Kesuksesan kegiatan ini tampak jelas dalam seremoni penutupan yang digelar pada Sabtu (31/05/2025) sore di Hotel Swiss-Belcourt, Kupang. Acara tersebut dihadiri oleh Ketua DPW PPNI NTT, Ketua Pusbangdiklat PPNI NTT, Ketua Hipgabi NTT, PIC, Pengendali Pelatihan (PP), tim fasilitator, serta para peserta yang berasal dari berbagai daerah di NTT.
Kesan Positif dari Para Peserta
Yohanes Demon, perwakilan peserta pelatihan, menyampaikan kesan dan pesannya mewakili seluruh peserta. Ia mengaku senang bisa mengikuti kegiatan ini dan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan panitia. Menurutnya, pelatihan ini sangat penting karena menjadi momen untuk menyegarkan kembali pengetahuan dan keterampilan yang pernah didapatkan di bangku kuliah atau tempat belajar lainnya.
“Selain menambah informasi dan pengetahuan baru, pelatihan ini juga memicu kami untuk lebih taat pada berbagai prosedur (SOP) yang penting diterapkan dalam pelayanan gawat darurat di tempat kerja masing-masing,” ujarnya.
Atas nama seluruh peserta, Yohanes mengucapkan terima kasih kepada Pusbangdiklat PPNI dan Hipgabi NTT yang telah menyelenggarakan kegiatan ini dengan baik. Ia berharap pelatihan semacam ini dapat terus dilakukan secara rutin untuk para perawat lain yang membutuhkan.
“Kami juga berharap ada pelatihan-pelatihan lain yang bisa diselenggarakan oleh PPNI ke depan,” tutupnya.

Senada dengan Yohanes, tiga peserta yang memperoleh penghargaan karena meraih nilai tertinggi selama pelatihan juga menyampaikan kesan yang serupa. Peserta terbaik pertama diraih oleh Merry C.S. Ay dari RS Siloam Kupang, terbaik kedua oleh Suraedah dari RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang, dan posisi ketiga oleh Bergita Diung dari RSUD Aeramo Nagekeo.
Merry C.S. Ay menyampaikan rasa syukurnya atas penghargaan sebagai peserta terbaik pertama. Ia menyebut penghargaan tersebut sebagai motivasi untuk terus belajar dan mengembangkan diri, agar mampu memberikan pelayanan terbaik dan bermutu di tempat kerja.
Menurut Merry, pelatihan BTCLS ini berjalan menyenangkan. Selain menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan, para peserta juga mendapat teman-teman baru serta pengalaman belajar dari fasilitator yang ramah dan mudah dipahami.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Suraedah dan Bergita. Suraedah menyoroti keramahan panitia dan fasilitator yang dengan rendah hati melayani setiap kebutuhan dan pertanyaan peserta. Ia juga mengakui kompetensi para fasilitator sangat memadai di bidangnya masing-masing.
“Kami berharap ada pelatihan seperti ini lagi ke depannya,” ujar Bergita Diung, yang diamini oleh Suraedah, Merry, dan peserta lainnya.
Perawat Harus Siap Hadapi Kondisi Gawat Darurat
Ketua Hipgabi NTT, Dominggos Gonsalves, S.Kep., Ns., M.Sc., AIFM, mengapresiasi antusiasme peserta yang aktif mengikuti proses pembelajaran selama enam hari. Menurutnya, meskipun pelatihan ini belum tentu sempurna, ia berharap seluruh peserta dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di tempat kerja masing-masing.
Dominggos juga menilai kegiatan ini berhasil dilaksanakan sesuai rencana, berkat kerja keras panitia dan dukungan dari Pusbangdiklat PPNI, DPW PPNI NTT, serta pihak-pihak terkait lainnya. Ia menyampaikan terima kasih kepada semua yang telah terlibat, termasuk para pimpinan tempat kerja peserta yang telah mempercayakan PPNI sebagai mitra pengembangan kompetensi.
“Kami juga berterima kasih kepada pimpinan instansi masing-masing peserta yang telah memberi kepercayaan kepada PPNI sebagai penyelenggara pelatihan ini,” ujarnya.
Ketua DPW PPNI NTT, Dr. Aemilianus Mau, S.Kep., Ns., M.Kep., dalam sambutannya menekankan bahwa pelatihan seperti ini tidak boleh berhenti hanya sebagai kegiatan formal. Ia berharap materi yang diperoleh selama pelatihan benar-benar diperdalam dan diterapkan dalam praktik sehari-hari.
Menurutnya, keterampilan penanganan gawat darurat sangat penting, terutama bagi perawat, karena dapat mencegah kematian atau kecacatan permanen. Ia juga menambahkan bahwa sesuai standar, semua perawat seharusnya memiliki sertifikat pelatihan dasar gawat darurat.
“Setiap perawat idealnya memiliki keterampilan ini, karena kita bicara tentang nyawa manusia,” tandasnya.
Aemilianus juga mendorong peserta agar menjadi penyambung informasi kepada rekan sejawat yang belum mengikuti pelatihan serupa, serta mengajak penyelenggara dan fasilitator untuk terus berbenah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Kami berharap para fasilitator juga terus meng-upgrade diri hingga mencapai level mahir (advance),” tambahnya.
Sebagai penutup, ia menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta yang datang dari berbagai daerah di NTT, dan berharap PPNI tetap dipercaya sebagai penyelenggara kegiatan ilmiah dan pelatihan profesional di masa depan.
Penulis: Saverinus Suhardin (Infokom PPNI NTT)