Melius Mauloko, S.Kep.,Ns, seorang perawat yang menerima anugerah perawat teladan tingkat provinsi NTT tahun 2022. Melius begitu di sapa sehari-hari, lahir di Atambua, 22 Mei 1985.

Melius menyelesaikan pendidikan Diploma 3 Keperawatan di Akper Pemkab Belu (2003-2006), kemudian dilanjutkan di Program S1 Keperawatan Universitas Indonesia (2015-2017) dan Program profesi Ners Universitas Indonesia ( 2017-2018)

Ia telah bekerja sebagai perawat ±16 tahun. Melius pertama kali bekerja di RS Katolik Marianum Halilulik (2006-2011). Ia juga pernah bertugas di beberapa puskesmas, antara lain Puskesmas Nualain Kab. Belu (2011-2013), Puskemas Kota Atambua (2013-2015), selanjutnya bertugas di puskesmas Haliwen Atambua (20019-sekarang). Salah satu bidang yang dipegang di Puskesmas Haliwen adalah program penyakit tidak menular.

Program penyakit tidak menular mencakup penyakit hipertensi, diabetes melitus (DM), dan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Kiprahnya sebagai seorang perawat, khususnya dalam mencegah terjadinya kanker leher rahim melalui pemeriksaan IVA membawa Melius menerima anugerah sebagai perawat teladan tingkat provinsi NTT tahun 2022. Meskipun telah banyak pengalaman pelayanan di masyarakat, tak dimungkiri bahwa masih banyak tantangan yang dihadapi di lapangan untuk mempromosikan pemeriksaan IVA.

Bagi sebagian besar masyarakat, khususnya ibu-ibu di wilayah kerja puskemas Haliwen yang terdiri dari 4 desa dan 1 kelurahan, pemeriksaan ini masih dianggap tabu. Banyak ibu-ibu yang masih malu untuk melakukan pemeriksaan IVA.

Aspek budaya menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat. Aspek budaya dalam hal ragam jenis suku dan bahasa daerah setempat, membuat petugas kesehatan harus memikirkan cara yang tepat agar promosi kesehatan yang dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan. perubahan perilaku dari masyarakat khususnya kelompok risiko tinggi. Di sisi lain secara individu tantangan bertambah di mana ia sendiri adalah seorang perawat laki-laki yang menangani masalah kesehatan perempuan.

Hal ini memerlukan usaha yang banyak dan pendekatan yang baik agar masyarakat khususnya kaum ibu-ibu agar tidak malu untuk melakukan pemeriksaan IVA. Menariknya, meskipun banyak tantangan yang dihadap, beliau tidak pernah patah semangat untuk tetap melayani masyarakat justru tantangan yang ada membuat Beliau memikirkan cara yang kreatif dan inovatif untuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas agar ibu-ibu secara mandiri mau melakukan pemeriksaan IVA.

Dengan kemauan yang keras, pengalaman yang banyak lulusan S1 dan profesi Ners Universitas Indonesia tersebut bertekad untuk mengatasi sejumlah tantangan yang ada. Pendekatan secara kreatif terus digencarkan agar masyarakat mempunyai kesadaran secara mandiri untuk melakukan pemeriksaan IVA. Beliau berharap apabila masyarakat sudah memiliki keasadaran secara mandiri maka pencegahan terhadap kanker leher rahim akan lebih mudah dilakukan dan derajat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.

Untuk melakukan pemeriksaan IVA, pendekatan kepada masyarakat, dilakukan secara bertahap. Pertama, dilakukan pendekatan dengan pimpinan dan tokoh adat setempat. Kedua, pemetaan pasien hal ini memudahkan petugas kesehatan dalam proses skrining terhadap kelompok ibu-ibu yang berisiko tinggi. Ketiga, dilakukan pemeriksaan IVA yang nyaman bagi ibu-ibu. Keempat adalah pengobatan. Pengobatan dilakukan sesuai stadium kanker leher rahim.

Peningkatan pengetahuan masyarakat juga dilakukan dengan pendidikan kesehatan secara terus-menerus. Pendidikan Kesehatan dilakukan degan memutarkan video-vidio kesaksian dari pasien yang telah sembuh. Hal ini dilakukan agar memotivasi masyarakat bahwa penyakit kanker leher rahim dapat dicegah sedini mungkin.

Melakukan promosi kesehatan dengan media lembar balik yang menggunakan bahasa daerah setempat, hal ini memudahkan masyarakat  memahami apa yang disampaikan oleh petugas Kesehatan.

Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, Melianus selalu menjadikan semua pasien yang sebagai keluarga kandung. Hal inilah yang membuat ia selalu bekerja dengan hati yang tulus, tidak membedakan-bedakan pasien baik dari agama, suku, rasa dan jenis kelamin. Beliau selalu memegang teguh sikap profesionalisme dalam bekerja juga. Hal ini membantu beliau untuk tetap mempromosikan pemeriksaan IVA kepada ibu-ibu.

Melius berharap dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin canggih, petugas kesehatan dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk menciptakan inovasi dalam bidang Kesehatan. Semoga dari kisah inspirasi Pak Melius ini dapat memberikan dorongan dan motivasi kepada semua perawat untuk terus menciptakan kreativitas dan inovasi dalam dunia keperawatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Penulis: Yane Cristiana Ua Sanan (DPD PPNI Kab.Belu)

(Tulisan ini merupakan bagian dari kegiatan lomba yang diselenggarakan Bidang Penelitian, Informasi dan Komunikasi DPW PPNI NTT sebagai tindak lanjut Pelatihan Jurnalistik Dasar PPNI NTT)

Artikulli paraprakCegah Cacingan, Belajar Jadi Aman
Artikulli tjetërPerawat Komunitas Olah Pupuk Bokasi