Pusat Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (Pusbangdiklat PPNI) memberi pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) bagi perawat di Rumah Sakit Umum Penyangga Perbatasan (RSUPP) Betun pada 11-16 Maret 2024.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusbangdiklat PPNI NTT dan bekerja sama dengan fasilitator dari Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI) Provinsi NTT itu diawali dengan kegiatan pembukaan pada Senin (11/03/2024) yang berlangsung secara daring melalui Zoom.

Pusbangdiklat PPNI: Lembaga Terakreditasi A

Ketua Pusbangdiklat PPNI NTT, Yuliana Dafroyati, S.Kep.,Ns, M.Sc, dalam laporannya menjelaskan bahwa masalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang dulu sering dialami kelompok berusia tua, kini telah banyak dialami kelompok usia muda. Menurutnya, kondisi tersebut butuh penanganan yang cepat dan tepat—mulai dari pre-hospital hingga intra-hospital—oleh perawat untuk mencegah kecacatan dan kematian.

Oleh karena itu, lanjut Yuliana Dafroyati,  perawat dituntut untuk memiliki kompentensi dalam menangani masalah kegawatdaruratan akibat trauma dan gangguan kardiovaskuler. Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi tersebut adalah pemberian pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS).

Selain itu, Yuliana Dafroyati juga menjelaskan bahwa peran Pusbangdiklat PPNI NTT yang merupakan salah satu badan kelengkapan yang dimiliki DPW PPNI NTT mempunyai peran dalam peningkatan kompetensi perawat. Karena itu, ia menyambut baik usulan kegiatan yang diajukan RSUPP Betun untuk melakukan pelatihan BTCLS.

Pada kesempatan itu, Yuliana Dafroyati juga menjelaskan status dan peran Pusbangdiklat PPNI NTT. Menurutnya, Pusbangdiklat PPNI NTT merupakan perpanjang tangan dari Pusbangdiklat PPNI Pusat dalam memberikan pelatihan bagi perawat maupun tenaga kesehatan secara umum.

Yuliana Dafroyati menambahkan, sesuai amanat UU Kesehatan No. 17 Tahun 2023, khususnya pada 258 ayat 2 berbunyi: pelatihan dan/atau peningkatan kompetensi diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan/atau Lembaga pelatihan yang terakreditasi oleh pemerintah pusat.

Kabar baiknya, lanjut Yuliana Dafroyati Pusbangdiklat DPP PPNI merupakan salah satu lembaga pelatihan yang telah terakreditasi A oleh Kemenkes RI dengan nomor: 215/H/A.I/3174L00069/XI/2022. Karena itu, menurutnya Pusbangdiklat PPNI legal memberikan pelatihan bagi tenaga kesehatan di seluruh Indonesia.

“Itulah yang membuat kami menyambut baik pengajuan pelatihan yang dilakukan RSUPP Betun, semoga ini membuka peluang kerja sama yang lebih baik untuk selanjutnya,” kata Yuliana Dafroyati.

Menurut Yuliana Dafroyati, Pelatihan BTCLS untuk Perawat di RSUPP Betun itu diikuti oleh 23 peserta dan kegiatan berlangsung dengan metode campuran (blended); tiga hari berlangsung secara daring melalui Zoom untuk penyampaian teori dan tiga hari berikutnya pertemuan luring yang berlangsung di RSUPP Betun untuk sesi praktik dan ujian keterampilan.

Sebagai penanggung jawab pelatihan, Yuliana Dafroyati juga memastikan bahwa fasilitator yang ditugaskan oleh Pusbangdiklat NTT merupakan ahli yang telah memenuhi syarat minimal, seperti:

  1. Telah memiliki TOT BTCLS/TPK dibuktikan dengan sertifikat
  2. Memiliki STR yang masih berlaku
  3. Telah mengikuti Pelatihan TPP (MOT/PP)
  4. Mempunyai pengalaman dalam melakukan penanganan gawat darurat minimal 2 tahun di unit gawat darurat, ICU, ICCU, dan pengalaman mengajar
  5. Menguasai materi yang dilatih baik dalam teori maupun keterampilan praktik sesuai kurikulum pelatihan BTCLS.
Ketua Pusbangdiklat PPNI, Yuliana Dafroyati, sedang memberikan laporan kegiatan pelatihan BTCLS

Harus Mengikuti Perkembangan

Direktur RSUPP Betun, dr. Valentinus Seran Raimanus, menyampaikan terima kasih kepada Pusbangdiklat PPNI NTT yang mau meluangkan waktu untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada perawat di tempatnya berkarya. Direktur yang akrab disapa dr. Valen itu juga mengapresiasi para peserta yang tetap bersemangat, meskipun pelaksanaan kegiatannya bertepatan dengan hari libur nasional.

Menurut dr. Valen, RSUPP Betun menyelenggarakan pelatihan BTCLS terakhir itu pada tahun 2018. Karena itu, manajemen RSUPP Betun menilai perlu adanya penyegaran pengetahuan dan keterampilan bi bidang BTCLS sesuai dengan perkembangan IPTEK terkini.

“Kami harus mengikuti perkembangan yang terbaru agar bisa memberikan pelayanan terbaik kepada pasien,” imbuh dr. Valen.

Karena itu, dr. Valen menekankan kepada semua perawat yang menjadi peserta pelatihan tersebut agar mengikuti kegiatan secara sungguh-sungguh. Menurutnya, jika kegiatan tersebut berjalan dengan baik, maka tiap tahun akan diadakan pelatihan pada bidang yang lain, sehingga kualitas pelayanan kesehatan di RSUPP Betun setara dengan RS lain di Indonesia—bahkan tidak kalah saing di dunia.

Pada kesempatan itu, dr. Valen juga berharap kepada tim pelatih untuk bisa lebih sabar menghadapi peserta, sehingga apa yang mau disampaikan dapat diterima dan dicerna dengan baik oleh peserta. “Semoga pelatihan inibisa berjalan dengan baik, sehingga harapan kita semua dapat terlaksana,” tandas dr. Valen.

Diklat Ditata Lebih Baik

Ketua DPW PPNI Provinsi NTT, Dr. Aeminilanus Mau, S.Kep.,Ns, M.Kep, mengapresiasi Pubangdiklat PPNI NTT dan RSUPP Betun yang telah menjalin kerja sama yang baik, sehingga pelatihan BTCLS dalam berjalan dengan legalitas yang sah dari Kemenkes RI.

Menurutnya, saat ini pascapengesahan UU Kesehatan tahun 2023, ada banyak perubahan yang terjadi, salah satunya perubahan dalam tubuh organisasi profesi PPNI. Terlepas ada kekurangan, Aemilianus Mau menilai ada sisi positif dari perubahan tersebut, salah satunya penataan kegiatan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan sudah ditata lebih baik.

“Dulu kegiatan diklat itu banyak dibuat oleh para EO (Event Organizer) yang bahkan sulit dikontrol oleh organisasi profesi, tapi saat ini jauh lebih baik karena semua terpusat melalui lembaga Diklat yang terakreditasi seperti Pusbangdiklat PPNI,” jelas Aemilianus Mau.

Alumnus Program Doktoral FIK UI itu berharap pelatihan yang berlangsung di RSUPP Betun itu dapat memberikan peningkatan kompetensi—pengetahuan dan keterampilan menangani PJK—bagi peserta yang semuanya perawat. Aemilianus Mau menekankan bahwa pelatihan tersebut sudah legal karena mendapat izin resmi dari Kemenkes RI dan terdaftar di laman Plataran Sehat.

Pada kesempatan itu, Aemilianus Mau juga memperkenalkan lembaga sertifikasi kompetensi perawat yang bernama CBP-INNA. Menurutnya, setiap perawat atau tenaga kesehatan lain yang sudah mengikuti pelatihan, maka nakes tersebut berhak mendapatkan sertifikat pelatihan. Jika ingin mendapatkan sertifikasi kompentensi, maka peserta dapat melanjutkan prosesnya dengan mendaftar di CBP-INNA.

“Semoga pelatihan kita ini berjalan dengan baik dan sukses,” tutup Aemilianus Mau sebelum membuka kegiatan pelatihan tersebut secara resmi.

Foto bersama tim fasilitator pelatihan BTCLS bersama Ketua DPW PPNI NTT saat penutupan kegiatan di RSUPP Betun

Peserta Mengaku Puas

Setelah seremonial pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan inti pelatihan yang dikontrol oleh Pengendali Pelatihan (PP), Sabinus B. Kedang, S.Kep.,Ns, M.Kep. PP bertugas mengontrol jalannya kegiatan pelatihan dari awal hingga akhir kegiatan.

Pelatihan tersebut didampingi oleh para fasilitator professional, di antaranya: Yuliana Dafroyati, S.Kep.,Ns.,M.Sc; Dominggos Gonsalves, S.Kep.Ns. MSc. AIFM; Apollonaris Tomas Berkanis, S.Kep Ns.M.H.Kes; Ns. Servasius Ratu Banin, M.Kep; Carolina Aurelia M .Veto.,S.Kep..Ns; dan Marikxen Eston Lonakoni, S.Kep.Ns.

Saat seremonial penutupan pada Sabtu (16/03/2024) secara umum peserta merasa puas dengan pelatihan yang difasilitasi oleh Pusbangdiklat PPNI NTT. Meski demikian, peserta juga memberi beberapa masukan agar ke depan sesi berbagi pengalaman jauh lebih banyak daripada sekadar penyampaian teori.

Penulis: Saverinus Suhardin (Infokom DPW PPNI NTT)

Artikulli paraprakDPK PPNI Puskesmas Pota Bersinergi Cegah DBD
Artikulli tjetërRagam Kegiatan Meriahkan HUT Emas PPNI di Mabar