Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur (Dinkes Dukcapil NTT) bekerja sama dengan Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia Provinsi NTT (DPW PPNI NTT) dan lembaga dan organisasi masyarakat atau profesi kesehatan lainnya menggelar webinar tentang penanggulangan TBC (Tuberkulosis) pada Sabtu (18/11/2023) di Hotel Sylvia, Kota Kupang.
Webinar yang mengusung tajuk “TBC dan Penanganannya: Bersama Akhiri TBC, Indonesia Bisa! NTT Bisa!” itu juga berlangsung daring melalui media Zoom, serta disiarkan secara langsung melalui YouTube DPW PPNI NTT. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan tenaga kesehatan, organisasi profesi kesehatan, lembaga atau instansi pelayanan kesehatan, para pemangku kepentingan (stakeholder), dan organisasi masyarakat pemerhati masalah TBC se-Provinsi NTT.
Kepala Dinkes Dukcapil NTT, Ruth D. Laiskodat, S,Si.,Apt.,MM, mengapresiasi panitia dan semua partisipan kegiatan yang telah bekerja sama menyelenggarakan kegiatan yang baik. “Puji Tuhan, kita semua masih diberikan kesehatan,” katanya saat menyampaikan arahan pada seremonial pembukaan. “Sehat itu yang utama. Kalau kita sehat, maka bisa mengajak masyarakat untuk hidup sehat.”
Pada kesempatan itu, Ruth D. Laiskodat, memaparkan secara umum mengenai kondisi penyakit TBC. Menurutnya, Indonesia merupakan mendapat predikat juara dua sebagai negara yang memiliki penderita TBC di dunia. “Itu capaian kita yang tidak membanggakan!”, tegasnya.
Berdasarkan Global Tuberculosis Report tahun 2022, ia menjelaskan lebih lanjut, Estimasi Kasus TBC di Indonesia meningkat dari 824.000 menjadi 969.000 dan di Provinsi NTT meningkat dari sebelumnya 18.833 menjadi 21.131 penderita. “Ini masalah global dan menjadi menjadi pembunuh yang paling mematikan,” tambahnya.
Menurut Ruth D. Laiskodat, upaya penyelesaian masalah TBC telah banyak dilakukan namun belum berjalan efektif. Sebagai contoh, ia menunjukkan data penemuan kasus TBC di NTT masih banyak yang belum mencapai target nasional. Begitu pula dari sisi pengobatan, lanjutnya, masih banyak penderita TBC yang pengobatannya tidak tuntas.
“Saya mengapresiasi semua tenaga kesehatan yang telah bekerja keras, terlepas sudah mencapai target atau belum. Terima kasih buat semua. Kita adalah penggerak yang bisa menanggulangi masalah TBC, mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi. Semoga melalui kegiatan ini kita bisa mencapai target pengobatan di atas 90%,” harap Ruth D. Laiskodat yang disambut tepuk tangan hadirin.
Ia juga berharap, penyebarluasan informasi mengenai penanganan Tuberkulosis (TBC) melalui seminar secara hybrid dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dan petugas, sehingga makin memahami lebih jauh tentang program Tuberkulosis.
“Semoga kegiatan ini dapat diikuti dengan baik, tetap menjaga stamina, tetap semangat dan dapat menghasilkan rencana tindak lanjut nyata untuk kerja inovatif kita ke depannya dan bersinergi lebih optimal untuk mendukung upaya pemerintah dalam rangka Temukan Obati Sampai Sembuh Tuberkulosis (TOSS TB),” tutup Ruth D. Laiskodat.
Lengkap dan Melibatkan Lintas Sektoral
Ketua panitia kegiatan sekaligus sebagai perwakilan DPW PPNI NTT, Simon Sani Kleden, S.Kep.,Ns, M.Kep, dalam laporannya menjelaskan bahwa urgensi kegiatan itu didasarkan hasil evaluasi ditemukan masih terdapat sekitar 30 – 40% tenaga kesehatan yang
belum dilatih akibat pergantian petugas.
Karena itu, menurutnya perlu ada pemahaman bersama tentang Program Penanggulangan Tuberkulosis bagi penyelenggara kesehatan di puskesmas dan rumah sakit seperti dokter, pengelola program, tenaga farmasi, maupun Laboratoriumnya.
“Masyarakat umum juga perlu memahami bahwa Tuberkulosis dapat disembuhkan dengan penanganan yang baik dan bekerja sama dengan petugas kesehatan, serta pemerintah,” jelas Simon Sani Kleden.
Pada kesempatan itu, Simon Sani Kleden juga melaporkan bahwa kegiatan itu melibatkan pihak lintas sektoral. Selain tenaga kesehatan dan organisasi profesi kesehatan, panitia melibatkan pihak dari Dinas Pendidikan, Dinas Ketenagakerjaan, Dinas Sosial, BPJS, dan organisasi masyarakat yang bergerak dalam penanggulangan TBC.
Selain itu, informasi yang disebarluaskan melalui webinar itu dinilai cukup lengkap dengan menghadirkan narasumber yang berkompeten pada bidangnya masing-masing. Ada 9 topik yang disampaikan dalam kegiatan tersebut, di antaranya: Kebijakan Program Tuberkulosis; Penemuan Pasien Tuberkulosis dan Investigasi Kontak; Pengobatan Pasien Tuberkulosis; Pengobatan Pasien Tuberkulosis dengan Keadaan Khusus; Komunikasi Motivasi TBC; Infeksi Laten Tuberkulosis dan TPT; Manajemen Tuberkulosis di Tingkat Layanan Pertama dan Lanjutan; Integrasi Layanan Program TB dengan PTM, Gizi KIA dan Lingkungan Kerja; dan Pencatatan dan Pelaporan di SITB.
Adapun narasumber yang berbagi ilmu dan pengalamannya secara berurutan sesuai topik di atas, antara lain: Dr. Pius Weraman, S.KM.,M.Kes; Aminah Haslinda Baun, SKM, M.Kes; dr. Maria Kristiani, Sp.P; dr. Andreas Fernandez, SpPD; Joyce M. Tibuludji, SKM,M.Kes; Simon Sani Kleden, S.Kep, M.Kep; Iwan Pellokila, S,Sos; dr. Iskandar Zulkarnain, Msc; dan Novita Moeda, SKM.
Kegiatan itu berlangsung interaktif, baik dengan peserta yang hadir secara langsung maupun yang ikut secara daring. Webinar diawali dengan pre-test pada pukul 10.00 WITA dan baru berakhir pada pukul 18.00 WITA. Kegiatan diakhiri dengan post-test, serta kuis berhadiah bagi peserta yang masuk dalam kategoti tiga terbaik.
Penulis: Saverinus Suhardin (Infokom DPW PPNI NTT)