Oleh:

Saverinus Suhardin

(Perawat, Pengajar di Akper Maranatha Groups)

SARS-CoV-2 atau yang disebut sebagai virus Corona, masih menjadi momok buat seluruh warga di dunia. Meski kita sudah memasuki masa kenormalan baru yang menandakan kemampuan dalam beradaptasi dengan wabah tersebut, tetap saja masih menimbulkan kekhawatiran tersendiri.

Setidaknya ada dua alasan yang membuat kita perlu terus mewaspadainya dengan menerapkan seluruh protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Pertama, obat yang spesifik untuk menyembuhkan penyakit Covid-19 belum ditemukan –sementara pengujian atau riset lebih lanjut. Begitu juga yang menjadi alasan kedua, vaksin virus Corona ini masih dalam proses pengujian.

Sementara perhatian kita hampir tersedot untuk urusan Corona, virus dan agen penyebar penyakit lain juga tidak pernah tidur untuk menyerang –apalagi semuanya tidak kasat mata. Salah satu virus lain yang perlu diwaspadai –serta yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah virus hepatitis.

Topik ini penting diangkat lagi karena kurang lebih sebulan yang lalu, tepatnya pada 28 Juli 2020, kita merayakan hari khusus untuk merefleksikan penyakit ini, yaitu: Hari Hepatitis Sedunia.

Tidak seperti perayaan ulang tahun pada umumnya yang sarat dengan nuansa bahagia, hari penyakit seperti ini justru diliputi rasa prihatin karena banyaknya angka kejadian, yang pada gilirannya menyebabkan kematian.

Berdasarkan rekapan WHO, hingga saat ini di seluruh dunia, terdapat 315 juta orang hidup dengan virus hepatitis B dan C; sembilan ratus ribu kematian per tahun disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B;  sepuluh persen orang yang hidup dengan hepatitis B dan baru 19% yang hidup dengan hepatitis C mengetahui status hepatitis mereka; dan baru 42% anak-anak mendapat vaksin hepatitis B.

Saat perayaan seperti ini menjadi kesempatan yang baik untuk berefleksi, kenapa kejadiannya selalu muncul; apa yang harus segera dilakukan untuk mencegah atau mengurangi dampaknya; dan hal lain yang mungkin berguna bagi upaya mengurangi atau menghilangkan penyakit tersebut, sesuai dengan tema yang diusung, “Hepatitis-free future.”

Fungsi Hati

Sesuai namanya, bila masuk ke dalam tubuh manusia, virus tersebut akan menyebabkan ‘hepatitis’ –suatu kondisi di mana organ hati mengalami peradangan. Peradangan tersebut, bisa membaik bila ditangani dengan baik dan cepat, tapi juga bisa menimbulkan masalah lebih jauh seperti kanker dan pengerasan (sirosis) hati.

Sejak dari peradangan awal hingga kondisinya makin memberat, berbagai tanda yang menunjukkan adanya penurunan fungsi mulai terasa oleh penderita maupun terlihat oleh orang lain. Supaya lebih jelas, berikut ini digambarkan secara singkat mengenai fungsi organ yang terletak di rongga perut bagian kanan atas tersebut.

Makanan yang kita makan, setelah keluar dari lambung yang bersifat sangat asam itu, langsung dinetralkan garam empedu yang dihasilkan dan disimpan hati. Cairan empedu itu juga membantu pencernaan makanan menjadi lebih kecil, sehingga makin mudah diserap usus.

Hasil pencernaan itu diserap usus, kemudian disalurkan ke hati lewat pembuluh darah. Di sana, zat nutrisi yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan nutrien lain akan diolah kembali (metabolisme), kemudian diedarkan atau disimpan untuk kebutuhan sel tubuh.

Hati juga menjadi perusahaan berbagai komponen darah seperti komponen plasma atau cairan darah, albumin, faktor pembekuan darah, komponen penting lainnya. Pendek kata, sebagian besar kebutuhan tubuh diatur dan diolah di sana, sehingga ketika terjadi gangguan seperti adanya peradangan (hepatitis), maka tanda dan gejala yang terlihat menunjukkan adanya gangguan fungsi-fungsi pentingnya tersebut.

Secara umum, seorang yang mengalami hepatitis yang sudah berat, mengalami tanda dan gejala seperti: demam, malaise (rasa tidak nyaman atau pegal-pegal), kehilangan nafsu makan, diare, mual, perut tidak nyaman, urin berwarna gelap dan kulit atau bagian putih mata akan menguning.

Jenis Hepatitis dan Pencegahannya

Sejauh ini, sudah terindentifikasi 5 jenis virus berikut penyakitnya, yang dibedakan dengan abjad A,B,C,D, dan E. Perbedaan jenis itu menunjukkan karakter virus yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga cara penularan yang menjadi patokan metode pencegahannya juga harus disesuaikan.

Hepatitis A dan hepatitis E memiliki faktor risiko yang sama, yakni virus ditularkan melalui air atau sanitasi yang kotor, makanan yang terkontaminasi, dan kontak langsung dengan penderita. Vaksin untuk kedua tipe hepatitis ini memang sudah tersedia, namun tidak umum diberikan seperti hepatitis B.

Bila kita palajari dari pola penularannya, maka strategi pencegahan yang bisa dilakukan terbilang sederhana dan gampang dilakukan. Perhatikan sanitasi rumah tangga dan lingkungan yang baik, terapknya gaya hidup bersih dan sehat, gunakan air yang bersih –tidak terkontaminasi, dan pastikan makanan telah matang sebelum dimakan.

Hepatitis B dan hepatitis D, memiliki hubungan yang lumayan erat. Selama tidak terinfeksi hepatitis B, maka hepatitis D tidak akan terjadi, karena virus hepatitis D bisa bereplikasi atas bantuan virus hepatitis B.

Hepatitis B sering ditularkan dari ibu ke anak saat proses persalinan atau melalui kontak darah lainnya, termasuk hubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi, penggunaan jarum suntik yang sama bagi pengguna narkoba dan melalui kontak cairan tubuh lainnya.

Kabar baiknya, hepatitis B ini bisa dicegah dengan vaksin yang diberikan sejak hari pertama kelahiran. Itulah sebabnya setiap persalinan dianjurkan dilakukan di fasilitas kesehatan yang memadai sesuai anjuran program Revolusi KIA di NTT, supaya setelah bayinya lahir, selain mendapat bantuan dan pantauan maksimal, anak langsung mendapatkan vaksin hepatitis B.

Hebatnya lagi, vaksin hepatitis B itu juga sekaligus melindungi dari virus hepatitis D. Sayangnya, masih banyak anak yang belum mendapat pelayanan vaksin dengan berbagai alasan –salah satunya karena memang ada orang yang anti pada vaksin. Padahal keberhasilan vaksin hepatitis B ini cukup menjanjikan.

Hepatitis C ditularkan melalui darah, kurang lebih sama dengan penularan virus hepatitis B di atas. Dengan demikian, tindakan pencegahannya juga kurang lebih sama, salah satunya dengan tidak menggunakan jarum suntik atau jarum tindik secara bergantian.

Vaksin hepatitis C sedang dalam proses pengembangan. Kabar baiknya, penderita penyakit jenis ini bisa disembuhkan dengan persentase mencapai 95%. Jadi, bila sudah merasakan tanda dan gejala, sebaiknya langsung ke fasilitas kesehatan yang memadai.

Itulah beberapa gambaran umum mengenai informasi seputaran tentang virus dan penyakit hepatitis. Informasi ini tentu saja masih terbatas. Meski begitu, semoga informasi yang sedikit ini bisa merangsang kita untuk mencari informasi yang lebih lanjut. Salam sehat!

 

Artikulli paraprakInilah Formasi Badan Pengurus DPD PPNI Kab. Kupang 2020-2025
Artikulli tjetërPemerintah Utamakan Kehalalan & Keamanan Vaksin Covid-19, Diprioritaskan Untuk Nakes