Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur (DPW PPNI NTT) melakukan berbagai kegiatan untuk menyambut International Nurses Day (IND) atau Hari Perawat Sedunia, salah satunya serial diskusi secara daring di Instagram @nttppni.

Diskusi seri ketiga yang berlangsung pada Rabu (26/04/2023) pukul 19.00 WITA menghadirkan narasumber Ketua DPD (Dewan Pengurus Daerah) PPNI sedaratan Pulau Sumba. Di Tanah Marapu itu ada 4 DPD PPNI  (Kabupaten Sumbar Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya), tapi yang sempat tampil dalam diskusi hanya dari DPD PPNI Kabupaten Sumba Barat.

Ketua DPW PPNI NTT, Aemilianus Mau, S.Kep,Ns, M.Kep, mengapresiasi ide panitia yang menyelenggarakan dialog santai melalui media Instagram. Menurutnya, apa yang dilakukan Bidang Pemberdayaan Politik DPW PPNI sebagai penanggung jawab utama kegiatan sudah baik, tinggal dikoordinasikan lebih baik sehingga nantinya bisa diikuti semua perawat dari setiap daerah.

Aemilianus Mau menekankan bahwa meski dialog itu terkesan santai tapi tetap penting, karena bertujuan mengenal perkembangan organisasi profesi PPNI di setiap level. Menurutnya, anggota perlu tahu apa saja yang telah dilakukan oleh pengurus di setiap tingkatan kepengurusan, dan apa saja tantangan yang dihadapi.

“Anggota harusnya terlibat aktif dalam diskusi ini, biar tahu apakah kebutuhan mereka sudah terpenuhi atau belum,” tegas  Aemilianus Mau.

Karena itu, Ketua DPW PPNI NTT itu berharap agar diskusi seri berikutnya bisa mengundang keterlibatan anggota lebih banyak. Meski demikian, dirinya tetap bersyukur karena rekaman diskusi tersebut masih bisa disaksikan ulang oleh anggota atau siapapun melalui akun Instragram @nttppni.

“Semoga selanjutnya kita di DPW maupun DPD bisa menggerakan anggota untuk bergabung,” harap Aemilianus Mau, lalu membuka kegiatan tersebut secara resmi.

***

Setelah seremonial pembukaan, Kornelis Nama Beni, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku moderator diskusi tersebut langsung menanyakan mengenai perkembangan PPNI di Sumba, khususnya DPD PPNI Kabupaten Sumba Barat.

Ketua DPD PPNI Kabupaten Sumba Barat, Lukas L. Maloa, menceritakan bahwa organisasi profesi perawat di daerahnya sudah melakukan dua kali musyawarah daerah (Musda). Dan dari dua kali Musda tersebut, ia selalu mendapatkan kepercayaan sebagai ketua. Saat ini Lukas L. Maloa sedang menjalani masa kepemimpinan periode kedua hingga tahun 2027 mendatang.

Lukas L. Maloa bercerita, dulu jumlah perawat di Sumba Barat sekitar tahun 2016 hanya berkisar 200-an orang. Saat ini menurutnya makin berkembang menjadi 800-an perawat yang terbagi dalam 8 DPK (komisariat). Masalahnya, belum semua pengurus dan anggota memahami apa fungsi PPNI di tengah masyarakat.

“Makanya kami bersyukur dengan rencana ToT pengurus yang dirancang DPW PPNI NTT saat ini,” ungkap Lukas L. Maloa.

Ia juga mengingat pada masa awal mengelola PPNI, kesadaran anggota—bahkan beberapa pengurus—kurang peduli dengan kehadiran PPNI. Karena itu, sebagai ketua ia mengaku cukup sulit mengendalikan keadaan.

Karena itu, pada masa awal tersebut ia banyak mengundang Ketua DPW PPNI NTT untuk memberikan seminar atau workshop tentang pentingnya organisasi profesi perawat dan bagaimana sistem keanggotaannya. Setelah dievaluasi, Lukas L. Maloa mengakui sudah terlihat ada perubahan.

Saat ini, ketika memasuki masa kepemimpinan periode yang kedua, Lukas L. Maloa dan teman-teman pengurus DPD berhasil melaksanakan musyawarah komisariat (Muskom) di 6 DPK yang ada. Menurutnya saat ini kondisinya jauh lebih baik. “Kalau pun masih ada komplain, biasanya berkaitan dengan PKB Online. Kami sudah menyiapkan pengurus DPK untuk memberi edukasi mengenai hal itu kepada anggota,” tambah Lukas L. Maloa.

Lukas L. Maloa menyepakati konsep perawat sebagai investasi masa depan, sesuai dengan tema IND: Our Nurses. Our Future. Menurutnya, semua bergantung pada perawat itu sendiri, mau meningkatkan ilmu-keterampilan-sikap atau tidak?

Selain itu ia juga berharap. jika pemerintah menganggap perawat sebagai bagian dari investasi daerah, maka selayaknya memberi perhatian atau memfasilitasi agar perawat bisa melanjutkan pendidikan dengan mudah, khususnya membantu dari sisi biaya melalui program beasiswa.

Lukas L. Maloa menilai kapasitas perawat untuk menduduki jabatan struktural cukup terbuka. Sebagai contoh, 7 dari 10 kepala puskesmas di Sumba Barat adalah perawat. Kalau untuk jalur legislatif, Lukas L. Maloa mengakui belum ada figur yang berani maju dari profesi perawat.

Masalah kesejahteraan perawat juga masih menjadi tantangan. Menurut Lukas L. Maloa, di Sumba Barat memang sudah tidak ada istilah tenaga kerja sukarela (TKS). Ia menjelaskan para TKS sebagian sudah menjadi tenaga kerja PPPK dan tenaga kontrak daerah. Ada juga yang masuk sebagai pegawai BLUD yang digaji berdasarkan kemampuan instansi terkait. Sedangkan perawat yang bekerja di RS swasta tergolong aman karena mendapatkan gaji sesuai UMR, bahkan lebih.

Lukas L. Maloa mengakui saat ini PPNI memiliki kerja sama dengan berbagai pihak untuk kerja di luar negeri atau membuka praktik mandiri. Tapi, peluang tersebut belum banyak diambil oleh perawat dari Sumba Barat. Ia berharap bisa mendapat pendampingan agar perawat di sana juga bisa memanfaatkan peluang tersebut.

Pada kesempatan itu, Lukas L. Maloa berpesan kepada perawat untuk terus belajar menyesuaikan perkembangan yang ada. Menurutnya, profesi perawat selalu dibutuhkan selama manusia itu ada. Karena itu, ia berharap agar perawat selalu meningkatkan kemampuan berkomunikasi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baik.

“Ini tantangan kita bersama, tidak ada pilihan lain, kita harus mampu beradaptasi. Kita coba hal baru, dan terus belajar,” pesan Lukas L. Maloa.

Penulis: Saverinus Suhardin (Infokom DPW PPNI NTT)

 

Artikulli paraprakDPW PPNI NTT Beri ToT Lima DPD, Ketua Ingatkan Pengurus Langsung Bekerja
Artikulli tjetërPengurus PAW DPW PPNI NTT 2022-2027 Resmi Dilantik