Pertama-tama, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh partisipan lomba menulis dalam rangka International Nurses Day (IND) dan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) tingkat DPW PPNI Provinsi NTT tahun 2022. Tanpa atensi dan antusiasme Anda sekalian, lomba ini akan gagal di tengah jalan.

Secara umum, peserta lomba sudah menunjukkan kontribusi yang patut diapresiasi karena ikut memberikan edukasi kepada para pembaca. Sebelum masuk pada penilaian yang lebih jauh, kami merasa perlu memperkenalkan komposisi Dewan Juri terlebih dahulu.

Sejak awal lomba menulis ini diumumkan, panitia sengaja tidak menginformasikan nama-nama dewan juri. Kebijakan itu dimaksudkan agar anggota tim penilai tersebut dapat bekerja dengan leluasa tanpa adanya tekanan atau pendekatan dari berbagai pihak yang memengaruhi objektivitas penilaian.

Melibatkan Pihak Eksternal PPNI NTT

Setelah tim juri bekerja secara profesional dan memutuskan para pemenang lomba, kini saatnya diperkenalkan kepada publik. Tim penelaah ini terdiri atas 3 orang, di mana 2 orang merupakan bagian dari pengurus DWP PPNI Provinsi NTT dan satunya lagi pihak ekstrenal—seorang penulis profesional yang punya pengalaman panjang dalam bidang menulis dan media massa.

Juri I: Saverinus Suhardin, S.Kep.,Ns, M.Kep, atau sehari-hari dipanggil dengan nama Saver. Saver merupakan alumnus FKp Unair Surabaya yang telah menekuni dunia kepenulisan sejak tahun 2013. Tulisannya paling banyak tersebar di blog dan media sosial. Beberapa di antaranya pernah terbit di media massa (Victory News, Timor Express, Pos Kupang, Surya Pos Surabaya, dll). Saver pernah sekali menerbitkan buku dan kini menjadi Ketua Divisi Penelitian, Informasi dan Komunikasi (Infokom) DPW PPNI NTT yang, salah satu tugasnya adalah, mengelola website PPNI NTT ini.

Juri II: Robertus Fahik, S.Fil., M.Si atau biasa disapa Pak Robi. Dulunya, sastrawan NTT ini belajar Filsafat di Unwira Kupang, kemudian menyelesaikan pendidikan Magister Psikologi di Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Pak Robi menyenangi aktivitas membaca dan menulis sejak remaja dan mulai menekuni pekerjaan sebagai jurnalis profesional sejak 2008. Penulis novel Trilogi Malaka dan beberapa buku lain ini telah berpengalaman mengelola beberapa media massa. Saat ini menjadi Pemimpin Redaksi sekolahtimur.com dan aktif dalam berbagai kegiatan kepenulisan, sastra, media massa, bahasa, dan bidang terkait lainnya.

Juri III: Nancy Indriyani Dida, S.Kep.,Ns, M.Kep, Sp.KMB atau untuk memudahkan penyebutan nama, kita bisa memanggilnya dengan sapaan: Ners (Ns) Nancy. Perawat spesialis KMB ini bekerja di RSUD Prof. Dr.W.Z Johannes Kupang sejak tahun 2011, dan menjadi pengurus Bidang Pelayanan DPW PPNI Provinsi NTT periode 2022-2027. Alumnus FIK Universitas Indonesia ini menyenangi aktivitas menulis, khusunya penelitian dan publikasi ilmiah. Beberapa artikel ilmiaihnya telah terbit di berbagai jurnal nasional dan internasional.

Proses Penjurian

Setiap tulisan dari peserta lomba masuk ke e-mail yang telah ditentukan sebelumnya, Dewan Juri langsung melakukan pemeriksaan awal. Skrining awal ini hanya mencocokan tulisan peserta dengan ketentuan lomba. Jika ada bagian yang kurang, Dewan Juri akan melakukan komunikasi dengan pengirim/peserta hingga memenuhi syarat minimal.

Jika tulisan peserta memenuhi syarat tapi belum cukup layak untuk diterbitkan di website PPNI NTT, maka Dewan Juri akan melakukan proses penyuntingan. Kebutuhan penyuntingan tiap naskah berbeda-beda, tapi secara umum terbagi menjadi dua kategori, yaitu: minor dan mayor.

Naskah yang masuk kategori penyuntingan minor, itu artinya naskah yang baik secara teknik penulisan dan isinya dapat dipahami dengan mudah. Dewan Juri hanya butuh waktu sedikit untuk mengedit, itu pun hanya untuk kepentingan teknis tampilan di website PPNI NTT.

Sedangkan naskah yang masuk kategori penyuntingan mayor, berisi tulisan yang membutuhkan perbaikan cukup banyak sebelum ditayangkan di website. Dengan kata lain, tulisan jenis ini sebenarnya sudah gugur sejak awal. Tapi sebagai bentuk apresiasi, tim juri tetap berusaha untuk memperbaiki dan menerbitkannya di website PPNI NTT.

Penjurian tahap selanjutnya lebih fokus pada tulisan yang masuk kategori penyuntingan minor. Penilaian tahap akhir ini menggunakan 6 kriteria penilain dengan bobot yang berbeda-beda. Berikut ini alat ukur yang digunakan masing-masing juri.

Tabel 1 Kriteria dan Bobot Penilaian

Kriteria Penilaian Bobot
1. Keaslian atau kesegaran gagasan 20%
2. Kreativitas mengelola atau mengeksekusi ide 20%
3. Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar 20%
4. Cara pengutipan sumber yang benar 10%
5. Kemampuan mengelaborasi tulisan dengan  hasil penelitian 20%
6. Jumlah pembaca di Website PPNI NTT 10%

 

Setiap juri memberi nilai berdasarkan kriteria penilaian di atas. Nilai dari masing-masing juri kemudian dijumlahkan. Hasil akumulasi nilai tersebut kemudian diurutkan dari terbesar hingga terkecil untuk menentukan juara 1,2, dan 3 tiap kategori: perawat umum dan mahasiswa.

Kesan Umum Dewan Juri

Secara umum tim juri mengapresiasi setiap karya peserta lomba yang masuk ke e-mail panitia. Namun, sebagai bagian dari upaya pembelajaran bersama, dewan juri memberi beberapa catatan yang mungkin berguna bagi peserta, panitia, pengurus PPNI, dan pihak terkait lainnya.

“Memang dilihat dari jumlah peserta, rasa-rasanya belum sebanding dengan jumlah perawat dan calon perawat di NTT,” kata Pak Robertus Fahik, S.Fil., M.Si sebagai Juri II.

Apa yang disampaikan jurnalis senior sekolahtimur.com yang biasa disapa Pak Robi itu sangat tepat. Pada kesempatan dialog di RRI Kupang saat merayakan Hari Perawat Internasional, 12 Mei lalu, Ketua DPW PPNI Provinsi NTT—Bapak Aemilianus Mau, S.Kep.,Ns, M.Kep—mengatakan jumlah perawat di NTT yang terdaftar dalam sistem registrasi saat ini mencapai lebih dari 18 ribu orang.

Ironisnya, dari belasan ribu orang tersebut, perawat umum yang berpartisipasi dalam lomba menulis ini tidak mencapai 10 orang. Kenapa hal itu bisa terjadi? Kemungkinan jawaban dari pertanyaan ini bisa bervariasi. Selain masalah minat perawat dalam menulis, mungkin juga dipengaruhi kinerja panitia yang kurang maksimal, sehingga informasinya tidak sampai ke semua perawat.

Khusus untuk masalah minat perawat dalam menulis atau mengikuti lomba menulis, Pak Robi memberikan saran khusus kepada panitia atau pengurus PPNI. Menurutnya, selain menyelenggarakan lomba atau bentuk apreasiasi lain, PPNI perlu menyelanggarakan kegiatan-kegiatan pembinaan seperti workshop atau pelatihan menulis kepada anggota.

“Ada workshop, ada lomba, ada apresiasi, maka lengkaplah iklim akademik yang kita ciptakan, dan dengan sendirinya kreatifitas, daya juang dan daya saing, dan aspek-aspek positif lainnya akan ikut terbangun di sana,” tambah penulis novel “Seperti Benenai, Cintaku Terus Mengalir untukmu” itu.

Lebih lanjut, Pak Robi juga memberikan beberapa catatan tambahan terkait lomba menulis tersebut. Sebagai pihak eksternal dari PPNI NTT dan bukan seorang perawat, Pak Robi mengaku mendaptakan kesan positif dari tulisan yang dibaca dan dinilainya. Berikut tiga poin yang disampaikan Koordinator PENA Provinsi NTT tersebut.

Pertama, ternyata perawat dan calon perawat kita punya kemampuan menulis yang sangat baik.

Kedua, banyak tema menarik yang disodorkan dengan baik, dan saya akhirnya tidak hanya menjuri tetapi juga mendapatkan banyak informasi dan ulasan yang penting.

Ketiga, khusus untuk mahasiswa, ini luar biasa menurut saya. Di usia belianya, mereka (penulis dalam lomba ini) sudah menunjukkan kepekaannya akan isu kesehatan dalam masyarakat, kemudian mengangkatnya dalam sebuah tulisan dengan sejumlah pendasaran (baik teoritis maupun non-teoritis); sesuatu yang—mungkin—jarang mereka dapatkan di ruang kuliah. Jika didampingi secara baik oleh kampus, mereka ini akan lahir sebagai perawat – penulis yang dimiliki NTT (dan hingga hari ini belum terlalu banyak penulis di NTT dengan latar belakang perawat).

Berkenaan dengan kualitas penulisan peserta lomba, Pak Robi juga membagikan sedikit tips yang perlu dikembangkan oleh penulis—khususnya lagi bagi yang masih sementara belajar dan ingin meningkatkan keterampilan menulis. Saran Pak Robi meliputi tiga poin berikut ini:

  1. Perbanyak referensi (aktivitas membaca). Ini bekal utama bagi seorang penulis. Tanpa membaca tulisan kita tidak akan begitu bernas.
  2. Perbanyak berlatih menulis, jangan berhenti dengan lomba ini. Ada banyak media yang sekarang bersedia menerima tulisan kita.
  3. Perbanyak juga berlatih soal kebahasaan. Masih cukup banyak persoalan tata bahasa, pilihan kata, juga teknis merangkai gagasan, yang belum begitu maksimal dalam tulisan-tulisan yang ada (dalam lomba ini). Terkait ini, teman-teman bisa mengunduh aplikasi KBBI V dan PUEBI dari Badan Bahasa. Ini jadi acuan penting ketika kita menulis.

***

Juri III, Nancy Indriyani Dida, S.Kep.,Ns, M.Kep, Sp.KMB juga memberikan apresiasi kepada mahasiswa dan perawat yang sudah berpastisipasi dalam lomba menulis. Menurut spesialis KMB yang biasa disapa Ns. Nancy itu, selama ada mitos kalau urusan menulis—apalagi menulis ilmiah—itu hanya urusan akademis saja. Sedangkan perawat klinisi atau yang bekerja memberikan pelayanan langsung di fasilitas kesehatan hanya menulis untuk syarat kelulusan ketika kuliah.

“Pola pikir atau mindset seperti ini sebenarnya kurang tepat. Praktisi keperawatan atau biasa disebut perawat klinisi sebenarnya memiliki andil yang besar dalam melakukan penelitian atau publikasi ilmiah,” kata Ns. Nancy.

Lebih lanjut, alumnus FIK UI itu mengatakan kalau kemampuan perawat untuk menulis atau publikasi ilmiah tidak langsung terjadi begitu saja, namun perlu adanya latihan menulis dan juga kebiasaan membaca yang besar.

“Jika ingin menulis dengan baik maka kita harus banyak membaca,”  tambahnya.

Perawat yang berkerja RSUD Prof. Dr.W.Z. Johannes Kupang itu juga membeberkan beberapa permasalahan yang sering dijumpai dalam tulisan, khususnya dari karya para peserta lomba. Menurut Ns. Nancy, setiap penulis seharunya memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:

  1. Memperhatikan etika keilmuan yang paling utama, yaitu kejujuran dan akuntabilitas. Masalah plagiarisme yang tinggi juga menjadi masalah yang krusial. Plagiarisme yang tinggi terjadi karena kemudahan mengakses seluruh jenis tulisan di dunia maya. Hal ini dapat diatasi dengan membiasakan diri menggunakan paraphrasing. Paraphrasing atau sitasi merupakan suatu cara untuk mengutip gagasan orang tanpa terkena isu plagiarisme.
  2. Tulisan sebaiknya berangkat dari logika yang jelas dan tidak ada koherensi antara bagian satu dengan bagian yang lainnya.
  3. Khusus untuk mahasiswa perawat, diharapkan lebih diasah dan ditingkatkan lagi kemampuan menulis dengan cara lebih aktif dan produktif menghasilkan tulisan baik itu dalam bentuk manuskrip atau pun dalam bentuk esai.

Hasil Penjurian

Berdasarkan proses penilaian yang cukup panjang oleh masing-masing juri, kemudian dilanjutkan dengan diskusi alot antar tim juri, pada akhirnya dewan juri memutuskan hasil lomba seperti yang terlampir di bawah ini. Satu hal yang perlu kita ingat bersama, keputusan juri bersifat final dan tidak bisa diganggu-gugat.

Sebagai bentuk apresiasi kepada seluruh peserta yang berpartisipasi, kami memberikan piagam penghargaan. Karena itu, kepada semua peserta yang telah mengirimkan tulisan (baik yang juara maupun tidak), silakan menghubungi panitia lomba lewat nomor WA berikut ini: 085239021436 (SAVER).

Kami juga berharap, peserta lomba atau siapa saja yang ingin terus berkontribusi menulis di website PPNI NTT ini, agar terus mengirimkan karyanya meski bukan dalam rangka kompetisi, tetapi sebagai bentuk aktualisasi diri dalam menyebarkan ilmu pengetahuan bagi masyarakat. Partisipasi Anda selalu kami nantikan. Jika ingin mengirimakan tulisan, langsung kirim ke e-mail: saverinussuhardin@gmail.com atau bisa juga kirim via WA 085239021436.

Akhirnya, kami umumkan para pemenang lomba dalam rangka IND dan BIAN tingkat DPW PPNI Provinsi NTT tahun 2022. Silakan klik pada tautan berikut ini: Pengumuman Hasil Lomba Menulis IND dan BIAN DPW PPNI NTT

Artikulli paraprakBuka Pelatihan di Stikes Maranatha, Ketua DPW PPNI NTT Tekankan Pentingnya Monev
Artikulli tjetërBeri Pelatihan BTCLS di Stikes Maranatha, HIBGABI NTT: Pengetahuan Kegawatdaruratan Milik Masyarakat