Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur (DPW PPNI NTT) melalui Bidang Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan (OKK) menyelenggarakan Training of Trainers (ToT) Terintegrasi Pengurus DPD dan DPK Zona Kabupaten Lembata, Flores Timur, dan Malaka, yang berlangsung pada Sabtu (27/12/2025).
Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom dan diikuti oleh para pengurus DPD dan DPK dari tiga kabupaten tersebut. Secara umum, kegiatan dibagi ke dalam beberapa sesi, mulai dari acara pembukaan, penyampaian materi umum oleh pimpinan DPW PPNI NTT, sesi materi bidang dalam breakout room, hingga penutupan.
ToT ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan ToT yang sebelumnya dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP) PPNI kepada DPW PPNI NTT, sekaligus menjadi bagian dari upaya menyamakan visi, pemahaman, dan arah pengelolaan organisasi PPNI di seluruh level kepengurusan.
Adaptasi Tata Kelola Digital Jadi Keniscayaan
Ketua Panitia sekaligus Penanggung Jawab Zona, Richardus Lahamukang, dalam laporannya menjelaskan bahwa PPNI sebagai organisasi profesi perawat nasional terus mengalami dinamika dan perubahan, khususnya dalam tata kelola organisasi.
Menurut Richardus, pengelolaan organisasi PPNI saat ini tidak lagi bersifat konvensional, melainkan telah bergerak ke arah digitalisasi. Perubahan tersebut menuntut para pengurus di semua level—mulai dari DPW, DPD, hingga DPK—untuk mampu beradaptasi dan memiliki pemahaman yang sama terhadap AD/ART, peraturan organisasi, serta pedoman dan panduan PPNI.
“Oleh karena itu, ToT ini dipandang perlu untuk membekali pengurus PPNI yang baru dikukuhkan melalui MUSDA dan MUSKOM, agar mampu menjalankan roda organisasi secara efektif dan efisien,” ujarnya.
Ia menambahkan, melalui ToT ini diharapkan setiap peserta mampu menjadi trainer bagi pengurus di level bawahnya, sehingga organisasi PPNI benar-benar dirasakan kehadirannya oleh anggota—terutama dalam mendukung, mengadvokasi, dan melindungi perawat dalam menjalankan praktik pelayanan profesional di tengah masyarakat.

Organisasi Butuh Komitmen, Bukan Sekadar Jabatan
Ketua DPW PPNI NTT, Aemilianus Mau, dalam sambutan pembukaannya terlebih dahulu menyampaikan ucapan Selamat Hari Raya Natal kepada seluruh pengurus yang merayakan. Ia juga menyampaikan permohonan maaf karena kegiatan ToT dilaksanakan di tengah masa libur Natal yang berpotensi menyita waktu pribadi para pengurus.
Meski demikian, Aemilianus Mau menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada panitia Bidang OKK DPW PPNI NTT, para narasumber, dan seluruh peserta ToT yang telah meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Menurutnya, ToT Pengurus PPNI merupakan program penting yang diinisiasi oleh DPP PPNI karena pengelola organisasi membutuhkan pembelajaran dan pemahaman yang sama, mulai dari tingkat pusat hingga komisariat.
“Program kerja PPNI seharusnya selaras dari pusat sampai ke bawah. Semua pengurus mesti memiliki pemahaman yang sama, mulai dari DPP, DPW, DPD, sampai DPK,” tegas Ketua DPW PPNI NTT dua periode tersebut.
Pada kesempatan itu, Aemilianus Mau kembali mengingatkan pentingnya komitmen dalam berorganisasi. Menurutnya, ketika seseorang sudah dipilih dan dipercaya menjadi pengurus, maka apa pun alasannya, urusan organisasi seharusnya menjadi prioritas.
Ia menyinggung realitas di lapangan, di mana masih banyak pengurus yang tidak hadir dalam rapat kerja atau kurang aktif menjalankan tugasnya. Padahal, prinsip kerja organisasi PPNI adalah kolektif-kolegial. Jika ketua berhalangan, maka sekretaris, bendahara, atau wakil ketua bidang harus bisa mengambil peran.
Berdasarkan evaluasi internal DPW PPNI NTT, Aemilianus Mau menilai masih banyak pengurus yang belum memahami tugas pokok dan fungsi (tupoksi) secara utuh, sekaligus belum menunjukkan komitmen yang kuat. Hal itu terlihat dari rendahnya respons pengurus ketika diberikan tugas atau arahan melalui grup WhatsApp organisasi.
“Jumlah pengurus DPW itu sekitar 50 orang, tapi tidak semuanya mau meluangkan waktu untuk organisasi,” ujarnya.
Ia kemudian membandingkan dengan pengurus di tingkat pusat (DPP PPNI) yang diisi oleh figur-figur dengan jabatan penting di institusi masing-masing. Meski memiliki kesibukan tinggi, para pengurus pusat tetap menunjukkan komitmen dengan hadir dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi.
“Ini semua kembali ke soal komitmen kita membangun organisasi,” tegasnya.
Aemilianus Mau juga menekankan pentingnya ToT dalam menyiapkan kader pemimpin PPNI masa depan. Ia menyadari bahwa dirinya dan beberapa pengurus senior tidak mungkin memimpin organisasi selamanya. Karena itu, regenerasi kepemimpinan harus disiapkan secara sadar dan terencana.

Pada bagian lain sambutannya, ia menyinggung fenomena pengurus atau anggota yang sangat vokal saat musyawarah pemilihan, tetapi justru menjadi pasif setelah dipercaya menduduki jabatan tertentu.
Fenomena tersebut, menurutnya, semakin diperparah dengan rendahnya tingkat keaktifan anggota. Dari lebih dari 21 ribu perawat di NTT, baru sekitar 4 persen yang berstatus anggota aktif. Sebagian besar anggota enggan membayar iuran organisasi.
“Kenapa ini bisa terjadi? Kita perlu refleksi bersama,” katanya.
Sebagai pengurus, Aemilianus Mau menegaskan pentingnya memberi teladan kepada anggota, termasuk dalam hal membayar iuran tepat waktu. Ia juga mengingatkan bahwa potensi jumlah perawat di NTT sangat besar, namun belum bisa dimaksimalkan karena organisasi belum cukup solid.
Meski demikian, ia tetap menyemangati peserta dengan menjelaskan berbagai manfaat terlibat aktif dalam organisasi PPNI. Walaupun tidak memberikan keuntungan finansial secara langsung, jaringan dan relasi yang dibangun dalam organisasi menjadi modal sosial yang sangat berharga.
“Kita ini sudah seperti saudara, dari pusat sampai komisariat. Kalau butuh apa-apa, tinggal saling kontak. Kalau bisa bantu, pasti kita lakukan,” tandasnya sebelum secara resmi membuka kegiatan ToT.
Refleksi Kerja Kolektif dan Digitalisasi Organisasi
Setelah seremonial pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi umum oleh Ketua DPW PPNI NTT, Aemilianus Mau, dan Sekretaris DPW PPNI NTT, Kori Limbong. Sesi ini dimoderatori oleh Wakil Ketua Bidang OKK DPW PPNI NTT, Sabinus Kedang.
Aemilianus Mau mengawali materinya dengan menampilkan dua video reflektif. Video pertama menggambarkan sekelompok orang yang mendorong sebuah gerobak dengan berbagai peran—ada yang mendorong dari depan, samping, belakang, ada yang hanya duduk di atas, bahkan ada yang justru menarik ke belakang.
“Gerobak itu adalah organisasi PPNI, dan para pendorongnya adalah kita, para pengurus. Ini untuk kita renungkan, kita ini pendorong gerobak yang mana?” ujarnya.
Video kedua menampilkan ilustrasi sebuah pohon dan bagian-bagiannya. Melalui video tersebut, Aemilianus Mau menekankan pentingnya setiap pengurus bersyukur dengan posisi masing-masing dan bekerja sesuai peran dan fungsi yang diemban.
Sementara itu, Sekretaris DPW PPNI NTT, Kori Limbong, menyampaikan materi terkait penggunaan VPN untuk mengakses SIMK PPNI (Sistem Informasi Manajemen Keanggotaan PPNI). Ia mendorong agar seluruh pengurus memahami sistem tersebut dengan baik agar dapat disosialisasikan kepada anggota di wilayah masing-masing.

Diskusi Aktif dan Materi Bidang dalam Breakout Room
Dalam sesi diskusi, peserta aktif mengajukan pertanyaan dan berbagi gagasan. Salah satunya disampaikan oleh Ketua DPD PPNI Flores Timur, Vinsensius Ratu Sene, yang berkonsultasi terkait rencana pembangunan Rumah Perawat Flores Timur di Larantuka.
Ide tersebut disambut positif oleh Ketua DPW PPNI NTT, yang menyarankan agar rencana tersebut dibahas dalam rapat pleno DPD, melibatkan pengurus serta tokoh-tokoh perawat senior, sebelum melangkah ke tahap pembelian aset dan pembangunan secara bertahap.
Setelah sesi materi umum, peserta dibagi ke dalam breakout room sesuai bidang kerja masing-masing. Pada sesi ini, para narasumber dari DPW PPNI NTT—mulai dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, hingga Wakil Ketua Bidang—memberikan materi teknis, dilanjutkan dengan pre-test, diskusi, studi kasus, dan post-test sebagai bagian dari evaluasi pembelajaran.
Apresiasi Peserta dan Arahan Keberlanjutan
Pada sesi penutupan, perwakilan peserta dari DPD PPNI Lembata dan DPD PPNI Malaka menyampaikan kesan dan pesan. Mereka mengapresiasi DPW PPNI NTT, khususnya Bidang OKK, atas penyelenggaraan ToT yang dinilai sangat bermanfaat, bahkan mengusulkan agar kegiatan serupa dapat dilakukan dua kali dalam setahun.
Menanggapi hal tersebut, Aemilianus Mau menjelaskan bahwa ToT hanya dilakukan satu kali dalam satu periode kepengurusan. Namun, penguatan kapasitas pengurus dapat dilakukan melalui rapat evaluasi rutin yang dijadwalkan setiap tiga bulan.
Ia juga berpesan kepada staf administrasi DPW PPNI NTT agar seluruh dokumen penting organisasi—seperti AD/ART, peraturan organisasi, serta pedoman dan panduan—dikompilasi dalam Google Drive dan dibagikan kepada seluruh pengurus untuk dipelajari dan diterapkan.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada para fasilitator dan narasumber dari masing-masing bidang, Ketua DPD dan DPK yang hadir sejak pembukaan hingga penutupan, serta panitia dari Bidang OKK DPW PPNI NTT. Mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan,” tutup Aemilianus Mau.
Penulis: Saverinus Suhardin (Infokom DPW PPNI NTT)



