Oleh: Flavianus Riantiarno, S.Kep.,Ns,M.Kep*

COVID-19 dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sedang dalam acara yang sama. Beberapa hari lalu, COVID-19 itu merayakan satu tahun sudah membuat kegaduhan di Indonesia. Sedangkan PPNI, tepat pada tanggal 17 Maret, juga merayakan ulang tahun berdirinya organisasi para perawat itu yang ke-47 tahun. Meski sama-sama ulang tahun, virus Corona ini merupakan musuh perawat (PPNI). Musuh bersama manusia saat ini di seluruh belahan bumi.

Dunia sedang berperang. COVID-19 adalah penjahatnya. Salah satu lawanya adalah perawat yang berusaha melumpuhkannya. Namanya virus, COVID-19 ini kurang ajar. Perawat sangat bekerja keras dalam memeranginya. Saat ini banyak perawat menjadi korban, berguguran dan ini sangat menyedihkan. Kalau tidak ada virus ini, penulis meyakini bahwa perawat Indonesia akan merayakan ulang tahun dengan gembira.

Dua tahun terakhir, perayaan ulang tahun PPNI berlangsung dalam suasana perang. Perawat dengan tenang dan dengan bangganya menjadi perawat, tetap melayani, merawat serta siap berhadapan dengan virus Corona. Namun demikian, perawat hanya bagian kedua, peran masyarakatlah yang sangat penting

Pencegahan: Taat Protokol Kesehatan

Virus Corona menyerang dengan brutal, tanpa ampun dan mematikan. Obat, sejauh ini belum ditemukan. Vaksin memang sementara dilakukan, tapi belum diterima seluruhnya oleh masyarakat. Satu-satunya upaya yang dilakukan adalah upaya pencegahan. Mencegah penyebaran virus ini secara masif.

Dalam upaya memerangi virus corona, pemerintah membuat kebijakan. Masyarakat boleh melakukan aktivitas, tetapi tetap dengan protokol kesehatan. Adapun protokol kesehatan yang dimaksud adalah: Menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

Masyarakat wajib gunakan masker. Masyarakat juga wajib untuk selalu mencuci tangan dan menjaga jarak antar yang satu dengan yang  lainnya. Inilah upaya pencegahan yang perlu dilakukan. Harapannya bisa menekan angka kejadian dan penyebaran di tengah masyarakat lebih terkendali.

Kepatuhan yang Masih Rendah

Salah satu survei dilakukan oleh lembaga survei Parameter Politik pada awal tahun 2021. Hasilnya menunjukkan masyarakat cenderung masih jarang menerapkan protokol kesehatan Covid-19.  Survei menunjukan: sebanyak 36,8 persen jarang mencuci tangan, 37,4 persen jarang memakai masker dan 63,8 persen jarang menjaga jarak. Hal ini menunjukkan bahwa memang kepatuhan terhadap protokol kesehatan masih sangat rendah

Hasil beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan kasus atau angka kejadian COVID-19 lebih banyak disebabkan karena rendahnya kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Padahal, kepatuhan menaati protokol kesehatan merupakan upaya dalam menekan angka kejadian.

Memang, tingkat kepatuhan itu dipengaruhi oleh beberapa penyebab. Bisa saja karena kurangnya pengetahuan, kurang sosialisasi dan sebagainya. Banyak variabel atau akar persoalan lain dari masalah ini. Apapun alasannya, dampak dari rendahnya kepatuhan itu membuat perawat (dan tentu saja tenaga kesehatan lainnya) harus bekerja keras lagi memerangi virus Corona ini.

Perawat, Tetaplah Sehat

Rendahnya kepatuhan dan meningkatnya kejadian membuat perawat harus bekerja keras. Semakin rumit posisi perawat. Selain perang terhadap virus, juga harus berhadapan dengan masyarakat yang tidak patuh protokol kesehatan. Padahal seharusnya masyarakatlah yang menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan.

Memang tidak semua masyarakat cuek dengan protokol kesehatan. Masih banyak masyarakat yang selalu berusaha menaati protokol kesehatan. Kelompok masyarakat yang taat merupakan kelompok masyarakat yang sadar akan bahaya dari virus ini, serta sadar bahwa perawat dan tenaga kesehatan lain akan menyerah jika lonjakan kasus meningkat tajam sebagai akibat dari katidakpatuhan tersebut. Masyarakat tahu perawat adalah pasukan yang sedang berperang, maka perlu mendukungnya. Cara dukungnya sederhana, cukup dengan taat menerapkan protokol kesehatan.

Ibu Florence Nightingale sebagai penggagas keperawatan modern telah menunjukkan teladannya sejak dua abad silam. Kini, lampu Florence itu tetap menyala pada diri perawat di medan pengabdian. Bila diibaratkan lilin, cahayanya belum padam. Lilin itu tidak akan pernah padam. Perawat menepati sumpahnya, bersedia dan berjanji untuk melayani dengan kasih sampai titik darah penghabisan. Tidak heran jika saat menghadapi COVID-19 saat ini, apalagi dengan rendahnya kepatuhan terhadap protokol kesehatan, perawat tidak menunjukkan sikap menyerah. Perawat tangguh.

Pada hari ulang tahun PPNI kali ini, kita semua berharap perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan terdepan dalam penanganan COVID-19, tetap diberi kesehatan dan semangat pelayanan yang tidak pernah pupus. Sebagaimana tema ulang tahu yang diusung tahun ini, “Perawat tangguh. Indonesia bebas COVID-19. Masyarakat sehat.”

“Perawat tetaplah sehat dalam mengurus kami yang malas dan tidak patuh dengan protokol kesehatan,” begitu komentar salah satu wargnet di unggahan terkait HUT PPNI ke-47 kemarin. Ucapan itu kesannya cuma kelakar, namun bila direnungkan lebih jauh, mungkin ada benarnya juga.

Sebagai perawat, kita tentunya bersyukur jika sudah timbul kesadaran seperti itu. Sebaiknya antara tenaga kesehatan (perawat) dengan masyarakat tidak perlu saling curiga, misalnya pernah banyak pernyataan miring seperti, “Kami ini dicovid-covidkan…”

Musuh kita kali ini, SARS-CoV-2 ini tidak kasat mata. Sungguh tidak mudah menghadapinya. Makin tidak mudah lagi kalau kita terus-terusan bertentangan, berbeda pendapat, saling menyindiri dan mengumpat di medsos, dan bentuk ketidaksepahaman lainnya.

Masalah ini hanya bisa dikendalikan jika kita kompak. Kerja sama yang baik antar semua elemen masyarakat, pemerintah, tenaga kesehatan dan laiinya akan mengokohkan strategi beradaptasi dengan COVID-19. Virus atau penyakit ini mungkin tidak bisa hilang sepenuhnya, tapi bisa dikendalikan jika kita tahu, mau, dan mampu melaksanakannya bersama-sama.

Saat ini juga kita sedang berjuang bersama menyukseskan kegiatan vaksinasi COVID-19. Selain protokol kesehatan, pemberian rangsangan kekebalan buatan itu juga menjadi salah satu cara penting dalam menguatkan pertahanan tubuh terhadap serangan virus Corona.

Upaya baik ini juga hanya bisa berhasil jika syaratnya terpenuhi: kerja sama yang baik antar semua komponen, terutama tenaga kesehatan (perawat) dengan masyarakat. Semoga  harapan atau doa kita bersama agar perawat tetap tangguh, Indonesia bebas COVID-19, dan masyarakat sehat itu segera terwujud.

*Penulis merupakan Dosen Stikes Maranatha Kupang

Artikulli paraprakPengmas DPD PPNI Kab. Kupang: “Saya Perawat, Saya Sudah Divaksin dan Saya Baik-baik Saja”
Artikulli tjetërMuswil VI PPNI Provinsi NTT: “Kita Semua Dibutuhkan untuk Memajukan Profesi Perawat”