Oleh: Maria Intania Vanesa Asury
(Mahasiswi Jurusan Keperawatan STIKes Maranatha Kupang)
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan penyakit tersebut, tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Salah satu penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian adalah Virus Hepatitis B (HBV). Virus Hepatitis B merupakan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Indonesia merupakan Negara dengan endemis tinggi hepatitis B, terbesar kedua dari Negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar.
Saat ini, pemerintah Indonesia sangat memprioritaskan kesehatan, terutama anak balita guna peninggkatan kualitas sumber daya manusia. Setiap harinya ada 460 bayi yang meninggal di Indonesia, dan hal itu disebabkan penyakit yang sebagian besar dapat dicegah melalui vaksinasi.
Oleh karena itu, United Nations Childrens Fund (UNICEF) dan pemerintah Indonesia berupaya dan bekerja sama untuk memastikan sekitar 5 juta bayi setiap harinya mendapat imunisasi lengkap dan tepat waktu untuk melawan tujuh penyakit yang dapat mematikan, salah satunya adalah Hepatitis B.
Berdasarkan uraian tersebut, imunisasi diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi penyakit menular. Sebagaimana dalam pedoman penyelenggaraan imunisasi di Indonesia, terdapat 5 jenis imunisasi dasar yang diberikan secara rutin dengan sesuai jadwal yang terdiri dari:
- Bacillus calmette Guerin (BCG),
- Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria pertusis Tetanus-Hepattis B-Hemophilus Influenza B (DPT-HB-Hib),
- Hepatitis B pada bayi baru lahir,
- Polio, dan
- Campak
Pentingya pemberian imunisasi HB-0 pada bayi untuk memberikan kekebalan dari penularan virus Hepatitis B dari ibu dengan status HbsAg positif. Virus Hepatitis B, jika menyerang bayi akan berdampak pada kerusakan organ hati, bahkan dapat menyebabkan kanker hati.
Oleh karena itu, pemberian imunisasi HB-0 pada bayi akan memberikan perlindungan terhadap paparan virus Hepatitis B. Program pemberian imunisasi HB-0 pada bayi yang berusia < 7 hari, merupakan salah satu bentuk perilaku dalam pencegahan penyakit, terutama penyakit hepatitis B.
Penyebab perubahan perilaku kesehatan dipengaruhi bagaimana seseorang dapat memahami dan mempertimbangkan dari segi pengetahuan, kepercayaan, dan sikap. Pencapaian pemberian imunisasi HB-0 pada bayi merupakan salah satu indikator cakupan imunisasi dasar lengkap.
Penyelenggaraan imunisasi ini dapat dilaksanakan di rumah sakit, puskesmas, klinik, praktik dokter umum dan dokter spesialis, bidan praktek swasta dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Pemberian imunisasi Hepatitis B rutin diberikan sebanyak 2 kali dengan penyuntikan pertama pada bayi umur 0-7 hari, lalu penyuntikan kedua di berikan pada bayi umur 3 bulan. Penyuntikan menggunakan prefilled syaringe (uniject HB) yaitu alat suntik sekali pakai yang sudah steril dan sudah diisi vaksin Hepatitis 1 dosis.
Pemberian imunisasi ini sangatlah penting, namun ada banyak hal yang bisa menyebabkan cakupan imunisasi hepatitis B 0-7 hari rendah. Salah satunya ditentukan oleh faktor internal, yaitu karakteristik yang dimiliki oleh seorang ibu yang bersangkutan dan program kesehatan, pengetahuan, sikap, sumber informasi yang didapat beserta dukungan dari suami atau keluarga.
Selain itu, adanya berita atau rumor yang salah tentang informasi imunisasi, banyaknya masyarakat yang berpendapat tentang imunisasi dapat menyebabkan rendahnya kemauan atau kesadaran untuk tua mencari layanan imunisasi. Jika hal ini dibiarkan terus, dapat meningkatkan angak kesakitan, bahkan kematian.
Pemahaman masyarakat, terutama orang tua, yang masih kurang tentang imunisasi dan motivasi orang tua untuk memberikan imunisasi pada anaknya masih kurang atau masih rendah. Hal ini disebakan karena adanya persepsi yang salah tentang pentingnya imunisasi dan keparahan suatu penyakit merupakan faktor penting yang menjadi hambatan keberhasilan imunisasi.
Persepsi yang salah tentang keparahan suatu penyakit dipengaruhi oleh kepercayaan setempat dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan. Kepercayaan dan kurangnya pengetahuan ini membuat individu berasumsi bahwa penyakit tidak berbahaya, jarang ada, tidak menular, merupakan hal yang biasa bagi anak atau individu akan resisten dengan sendirinya.
Beberapa faktor yang diduga berperan dalam pemberian imunisasi HB 0-7 hari adalah pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, pengetahuan ibu tentang imunisasi. Peran seorang ibu dalam program imunisasi sagatlah penting, sehingga pemahaman tentang imunisasi sangat diperlukan terutama imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir. Begitu juga dengan pengetahuan, kepercayaan, sikap dan perilaku kesehatan orang tua.
Kurang sosialisasi dari petugas kesehatan menyebabkan masalah rendahnya pengertian, pemahaman, dan kepatuhan ibu dalam program imunisasi terutama pemberian imunisasi dasar hepatitis B 0-7 hari pada bayi.
Salah satu faktor yang juga ikut mempengaruhi ibu dalam pemberian imunisasi HB-0 adalah pekerjaan ibu. Mengapa? Karena ibu yang bekerja dapat mengetahui informasi dan pengalaman lebih banyak yang didapatkan dari hasil interaksi dari lingkungan dan sebaliknya ibu yang tidak bekerja lebih terbatas untuk mengetahui informasi yang dapat menambah wawasan terutama dalam hal perawatan bayinya.
Seorang ibu/orang tua dengan pengetahuan tinggi tentang imunisasi, maka mereka akan memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayinya serta memperhatikan kapan waktu yang tepat untuk memberikan imunisasi tersebut.
Begitu juga sebaliknya, ibu yang memiliki pendidikan rendah tidak akan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan pada bayinya terutama masalah imunisasi. Faktor yang memengaruhi banyaknya orang tua/ibu yang memiliki sikap negatif adalah pengetahuan yang rendah. Semakin rendah pengetahuan ibu tentang imunisasi, maka akan memberikan konstribusi besar dalam pembentukan sikap yang kurang baik/negatif terhadap imunisasi.
Tentunya hal ini harus dihindari. Maka diperlukan dorongan yang kuat dalam bentuk apapun, seperti dorongan dari keluarga atau motivasi dan arahan harus diberikan kepada seorang ibu yang kurang yakin dengan imunisasi. Kerena jika seorang ibu sudah yakin dengan imunisasi maka pastinya itu akan sangat berpengaruh pada kesehatan tubuh bayi. Kalau bayi sehat, ibu pun akan senang.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha. (2004). Pengembangan sistem informasi pekan imunisasi nasional berbasis informasi (Tesis, Universitas Diponegoro).
Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/4402/1/28_sri_utami_.pdf
Departemen Kesehatan RI. (2002). Pedoman Penggunaan Uniject Hepatitis B. diakses dari http://ejurnal.ung.ac.id/index.php
Hendra, A.W. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Kementerian Kesehatan RI. (2001). Pedoman Oprasional Program Imunisasi. Diakses dari http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
Marimbi, H. (2010). Tumbuh kembang, status gizi dan imunisasi dasar pada balita. Yogyakarta : Nuha Medika.
Mazda, A. (2010). Pengaruh karakteristik ibu dan lingkungan sosial budaya terhadap pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi 0-7 hari
Muhammad, A. (2008). Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu bekerja dan ibu tidak bekerja tentang imunisasi (Skripsi, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari http://library.usu.ac.id/download/fk/anak-muhammad.pdf
***
(Tulisan ini merupakan salah satu tulisan yang diikutkan dalam lomba menulis dalam rangka IND dan BIAN yang diselenggarakan DPW PPNI Provinsi NTT. Jika Anda suka dengan tulisan ini, silakan bagikan di media sosial Anda, karena salah satu penilaian diambil dari seberapa banyak tulisan ini dibaca orang. Selain itu, jika Anda tertarik ikut lomba menuli ini juga, klik informasinya di sini)