Sebagai perawat yang berasal atau mengabdi di wilayah NTT (selanjutnya disebut Ners NTT), pernahkah Anda berurusan dengan organisasi profesi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), lantas mencari tahu di mana kantor sekretariatnya?
Kalau pernah, pasti Anda mengalami pengalaman yang kurang lebih seperti ini. Anda akan diarahkan pergi ke Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Kupang yang berada tidak jauh dari Jembatan Liliba, dan biasanya orang yang memberi petunjuk pada kita itu berpesan, “Nanti tanya saja sama satpam atau orang yang ditermui di kampus.”
Kalau sudah bertanya sama salah satu dari orang di kampus tersebut, biasanya kita akan diarahkan jalan melalui samping Kanan kantor menuju area tengah kampus, kemudian belok ke Kanan lagi melalui sebuh lorong panjang. Setelah berjalan berapa meter, kita belok ke Kiri, sampai mentok di gedung paling belakang.
Belum sampai di situ, kita masih perlu memastikan lagi, kira-kira di ruang mana letak kantor sekretariat PPNI itu berada. Begitu tiba, kita akan mendapati sebuah ruang yang relatif kecil, terlihat menanggung banyak beban dengan berbagai sarana kantor seperti lemari, meja, kursi dan barang lainya.
Pendek kata, kantor sekretariat PPNI yang bisa kita anggap sebagai “Rumah Bersama Ners NTT” itu menyempil di belakang kantor orang lain. Seperti kebanyakan kos-kosan di Kota Kupang, lokasinya di belakang rumah-rumah utama. Kondisi ruangannya pun sangat memprihatikan; sangat tidak representatif sebagai kantor milik organisasi dengan jumlah anggota yang terbilang sangat banyak ini.
Wadah bersama kita ini, PPNI, sudah dibentuk sejak puluhan tahun lalu. Pada 17 Maret 2020 lalu, usianya genap 46 tahun. Kepengurusan di wilayah NTT, kurang lebih sudah ada sejak 20-an tahun lalu. Artinya, dari segi usia dan keberadaan organisasi, mestinya sudah makin matang dari semua aspek, termasuk salah satunya sudah memiliki gedung sekretariat sendiri.
Selain itu, dari aspek jumlah anggota pun, organisasi kita ini terbilang cukup kuat. Data terakhir yang direkap DPW PPNI NTT, jumlah Ners NTT yang terekam dalam sistem keanggotaan itu sebanyak 13.352 orang. Tiga belas ribu sekian…, itu jumlah yang sangat banyak, belum lagi masih ada perawat lulusan baru atau lama yang belum ikut terdata atau masih dalam proses registrasi.
Dari dua aspek itu saja, mestinya PPNI NTT sudah berjaya. Paling tidak, sudah bisa mandiri memiliki sekretariat sendiri, supaya kesannya tidak seperti kos-kosan seperti gambaran pada bagian awal tadi. Relakah kita, Ners NTT, terus mempertahankan status quo tanpa memperjuangan rumah bersama yang akan menaungi setiap perjuangan kita? Bisakah kita berjuang bersama mewujudkan “Rumah Perawat” NTT itu?
Berjuang Sejak 2015
Kegelisahan kita bersama dalam mengimpikan sebuah kantor sekretariat yang representatif itu, ternyata memang sudah menjadi kerinduan yang sama oleh Ners NTT pada umumnya. Hal itu tergambar jelas dari wawancara atau lebih tepatnya diskusi santai yang penulis lakukan dengan Pak Fransiskus Yulius Woge Ratu, S.Kep.,Ns.
Ns. Louis, begitu beliau biasa disapa, merupakan sekretaris DPW PPNI saat ini, sekaligus merangkap sebagai sekretaris Panitia Pembangunan Gedung Sekretariat DPW PPNI-NTT Periode 2015-2020. Kita semua paham, di setiap organisasi apapun, sekretaris menduduki posisi yang strategis, setidaknya mengetahui seluk-beluk kondisi organisasi terkini.
Bermula dari unggahan di akun facebook PPNI Provinsi NTT yang berisi foto dan sepotong informasi tentang perkembangan pembangunan gedung sekretariat, penulis kemudian mengulik lebih jauh mengenai cerita awal mula, kondisi terkini, dan perjuangan yang masih tersisa pada masa mendatang.
Menurut Ns. Louis, cita-cita memiliki kantor sekretariat sendiri itu memang sudah ada sejak lama. Namun, harapan itu baru dibicarakan lebih serius saat Musyawarah Wilayah (Muswil) pada tahun 2015 silam. Kemudian, oleh pengurus DPW PPNI Periode 2015-2020, amanat Muswil itu mulai dilaksanakan, meski progressnya lumayan lamban karena memang dihadang banyak rintangan.
Kita semua paham, membangun sebuah gedung yang layak untuk sekretariat sebuah organisasi besar semacam PPNI tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Persoalan utama tentu mengenai dananya.
Ns. Louis mengakui kendala utama tersebut. Apalagi saat itu pendataan perawat yang mengatur sistem pembayaran iuran anggota belum memadai. Maka hal pertama yang dilakukan pengurus periode 2015-2020 ada perbaikan sistem organisasi dan mendorong anggota untuk lebih produktif sehingga pembayaran iuran ikutan lancar.
Pada tahun 2017, kas DPW PPNI lumayan meningkat dari hasil iuran anggota dan sumber lainnya. Dengan bekal dana tersebut, pengurus mulai mencari lokasi tanah yang sekiranya strategis, dan akhirnya berhasil membeli sebidang tanah yang berlokasi di RT 04/RW 02, Kelurahan Naimata, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang.
Masih menurut keterangan Ns. Louis, setelah urusan tanah beres pada akhir tahun 2019, maka awal tahun 2020 mulai dibentuk panitia pembangunannya. Panitia yang diketuai Bapak Dominggos Gonsalves, S.Kep.,Ns, M.Sc ini mulai bergerak dengan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga (arsitek) untuk mendapati desain yang cocok serta RAB (Rancangan Anggaran Belanja) yang perlu dipersiapkan.
Setelah itu, pengurus DPW PPNI NTT bersama panitia pembangunan melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan semua pengurus DPD di seluruh wilayah NTT. Proses tersebut berlangsung hingga akhir Mei hingga awal Juni 2020.
Panitia kemudian menenderkan proyek “Rumah Perawat” NTT itu, yang pada akhirnya diputuskan menjalin kerjasama dengan CV. Dewi Permai. Pengerjaan gedung pun mulai berjalan sejak bulan Juli 2020 kemarin.
Kondisi saat ini (awal Agustus), gedung yang dimimpikan sejak lama itu, pemasangan batakonya sudah hampir rampung. Gedung itu nantinya memiliki beberapa ruangan yang mendukung proses kerja sebuah organisasi seperti ruang pimpinan, ruang sekretaris, ruang bendahara, ruang tamu, ruang rapat, aula dan fasilitas lainnya.
Tantangan yang dihadapi panitia saat ini, tentu saja kekurangan dana yang lumayan besar. Uang kas PPNI sebelumnya banyak tergerus untuk pembelian tanah dan proses awal perencanaan gedung. Kondisi kas PPNI tidak sebanding dengan RAB yang dibutuhkan.
Berdasarkan perhitungan secara umum dari panitia pembangunan, biaya keseluruhan yang dibutuhkan adalah: Rp.1.010.707.399. Dana yang tersedia cuma Rp.307.500.000. Kekurangan dananya mencapai Rp.703.207.399.
Ners NTT Mau, Pasti Mampu!
Dana yang dibutuhkan sekitar 700-an juta rupiah tersebut, memang sangat memberatkan bila dipikirkan sendiri. Panitia pembangunan juga sudah mentok, mau ambil dana dari mana lagi?
Satu-satunya harapan terbesar adalah swadaya anggota, Ners NTT. Memang, mungkin ada juga donatur lain di luar profesi perawat yang rela menyumbangkan berkatnya, tetapi sebagai profesi yang mandiri, kita Ners NTT tentunya punya kekuatan sendiri untuk bisa membangun “rumah bersama” tersebut.
Kalau dihitung secara matematis, biaya 700-an juta rupiah itu, bila dibagikan dengan jumlah anggota 13 ribu sekian, maka hanya dengan uang 53 ribu rupiah saja per anggota, kita sudah bisa mewujudkan sebuah gedung sekretariat yang layak dengan mudah. Kita punya kekuatan besar. Kalau kita mau, pasti mampu!
Tapi, 13 ribu-an anggota itu tidak mudah dikomunikasikan satu per satu. Karena itu, Ns. Loius atas nama panitia pembangunan dan DPW PPNI-NTT, mengetuk kerelaan hati semua anggota Ners NTT untuk turut ambil bagian dalam pembangunan rumah bersama perawat NTT tersebut.
Selain menganjurkan untuk tidak lupa membayar iuran, DPW PPNI-NTT melalui Panitia Pembangunan Gedung Sekretarian juga memohon bantuan Anda sekalian, Perawat atau Ners NTT di mana saja berada (tidak menutup kemungkinan juga donatur selain perawat), untuk menyumbangakn secara sukarela dengan nominal yang tidak terbatas (disesuaikan dengan kemampuan), bisa disalurkan lewat: Rekening BNI dengan nomor: 2202201807 a.n. PPNI Provinsi NTT.
Niat baik Anda akan kami catat, sehingga menjadi sejarah tersendiri, Ners NTT mampu membangun “rumah bersama” secara mandiri. Karena itu, setelah Anda transfer, mohon foto dan kirimkan bukti donasi ke Inbox FB PPNI Provinsi NTT, sertakan nama dan alamat Anda. Data Anda akan kami catat dalam daftar penyumbang yang akan ditampilkan dan diperbaharui secara berkalan di website PPNI NTT ini, supaya niat baik Anda terekam abadi dalam media perawat atau Ners NTT ini.
Kita, Ners NTT, mesti terus bergerak maju. Gedung sekretariat itu nantinya tidak hanya berfungsi sebagai tempat kerja, melainkan juga melambangkan identitas atau harga diri Ners NTT. Masih mau punya “Rumah Perawat” seperti kos-kosan yang menyempil di sudut belakang bangunan lain?