Oleh: Hedwig Tansiana, S.Kep.,Ns

(Perawat RSUD Aeramo Nagekeo dan Infokom DPD PPNI Kab. Nagekeo)

Beberapa waktu lalu, publik digemparkan dengan dengan kasus gagal ginjal akut pada anak. Para orang tua yang selama ini biasa membeli obat di warung, toko, apotek sampai di tempat pelayanan kesehatan mulai was-was jika menerima obat sirop.

Saat kejadian tersebut, saya juga sempat mampir di sebuah apotek, sebut saja Apotek Anda (bukan nama sebenarnya). Maksud saya untuk membeli obat antimo anak, karena kami akan melakukan perjalanan jauh dengan mobil, agar anak-anak tidak mabuk di perjalanan.

Saya menanyakan pada petugas apotek, apakah ada obat antimo anak yang kemasannya tablet. Tetapi petugas apoteknya memberikan antimo dalam  bentuk saset yang isinya cair.  Lalu saya bertanya kepada petugasnya, mengapa masih menjual obat sirop.

Petugas apotek langsung menunjukan kepada saya daftar nama obat yang tidak ditarik dari BPOM. Ia juga menunjukan buku tamu, dan menjelaskan bahwa BPOM baru kemarin datang memeriksa obat di apotek mereka.

Ketika kembali ke rumah, saya tidak langsung memberikan kepada anak-anak. Saya masih bimbang, mau diberikan untuk anak atau tidak. Setelah menimbang-nimbang, saya akhirnya memilih untuk memberikan sarapan yang cukup kepada mereka dan mengendarai mobil dengan kecepatan minimal. Kami lupakan antimo untuk sementara waktu.

Kembali dari perjalanan, anak-anak saya batuk pilek. Saya mampir lagi di sebuah apotek, kali ini apoteknya beda, bukan Apotek Anda tapi Apotek Kita (lagi-lagi bukan nama sebenarnya). Alih-alih mau menanyakan obat sirop yang mungkin masih dijual yang tidak masuk dalam daftar BPOM, ternyata jejeran obat sirop di etalase sudah di tutup karton. Saya bertanya pada petugas apotek, jawabannya akan dijual sampai ada informasi resmi dari BPOM. Kesempatan memberikan sirop kepada anak-anak akhirnya pupus.

Menjadi orang tua di mana pun berada, perlu lebih waspada. Jika anak sakit, orang tua perlu memeriksakan anak ke petugas kesehatan atau ke fasilitas kesehatan. Resep akan diberikan sesuai dengan kondisi kesehatan dan berat badan anak kita. Terlebih orang tua dengan pengetahuan terbatas, bisa berbahaya jika memberikan obat tanpa dosis yang tepat. Jelas-jelas ini akan memberikan dampak kerja ginjal pada anak akan lebih berat.

dr. Trias, Sp.A, satu-satunya dokter spesialis anak di RSUD Aeramo Kabupaten Nagekeo, memberikan penjelasan kepada saya di sela waktunya melayani pasien di ruangan. Ia mengatakan bahwa, kasus gagal ginjal akut (kalo bahasa Indonesia akut bukan acute—Oh iya, istilahnya bukan gagal ginjal akut tapi gangguan ginjal akut yang bahasa Inggrisnya acute kidney iniury) pada anak yang ditemukan di RSUD Aeramo dalam setahun dapat mencapai 4-5 anak dengan berbagai penyebab.

Kasus  terakhir yang dirawat adalah seorang anak perempuan berumur 11 tahun, dengan keluhan beberapa minggu sebelumnya batuk pilek, lalu diberikan sirop batuk pilek. Kemudian sang anak sakit perut dan tidak kencing/BAK. Anak tersebut dirawat pada Oktober 2022 karena mengalami gangguan ginjal acut berat (AKI STAGE FAILURE) GNAPS (Glomerulonefritis Akut pasca infeksi streptokokus).

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tuanya, anak tersebut memiliki kebiasaan minum air berwarna setiap hari di rumah. Ia hanya minum air putih rata-rata hanya 100 cc per hari. Karena itu, dr. Trias, Sp.A menyarankan kepada orang tua untuk lebih cermat memberikan air minum yang baik; air mineral terpercaya kepada buah hati. Selain itu, ketika buah hati sedang batuk pilek, upayakan untuk mendapatkan pengobatan segera dan membeli obat sesuai resep dokter.

Orang tua perlu menyadari risiko yang terjadi pada anak-anaknya. Penting bagi orang tua  memilih tempat penjualan obat yang resmi. Setiap obat memiliki ketentuan khusus dalam hal penyimpanannya untuk menjaga mutu obat, sehingga obat yang kita berikan memberikan kesembuhan.

Obat-obatan sirop memiliki kemungkinan menjadi penyebab Gagal Ginjal Akut (GGA) pada anak. Tetapi masih ada beberapa faktor lain yang perlu penelitian lebih lanjut.  Obat kemasan sirop diduga mengandung racun senyawa etilen glikol dan dietilen glikol yang digunakan sebagai pelarut dalam obat cair. BPOM perlu meningkatkan pengawasan obat pre-post market agar konsumen dalam hal ini para orang tua tidak dirugikan.

Saat ini obat tradisional menjadi salah satu pilihan bagi keluarga Indonesia. Beberapa pengalaman orang tua yang  memberikan ramuan  kencur, jahe merah, dan jeruk nipis untuk mengurangi keluhan batuk. Untuk mengurangi keluhan sakit tenggorokan bisa diberikan kencur, jahe dan jeruk nipis.

Obat-obatan tradisional dapat orang tua siapkan dalam sediaan segar sesuai surat edaran Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tanggal 19 Mei 2020 tentang pemanfaatan obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan.

Selain obat-obat tradisional, orang tua juga memperhatikan anaknya agar konsumsi air putih, makan makanan bergizi, dan istirahat yang cukup untuk meningkatkan stamina. Ketika buah hati anda panas atau demam, orang tua bisa melakukan kompres hangat.

Selain itu, orang tua juga perlu memberikan minum yang cukup agar anak tidak dehidrasi (kekurangan cairan). Obat-obatan kimia tetap menjadi pilihan, namun sebaiknya dengan anjuran dokter. Untuk buah hati  yang kita sayangi jangan coba-coba. Semoga bermanfaat.

Artikulli paraprakKisah Perawat Pejuang Herd Immunity
Artikulli tjetërRoad Map Stunting dan AKI-AKB, Memetakan Jalan Mewujudkan Generasi Emas