Dr. Joni Haryanto, S.Kp.,M.Si memberikan kuliah bagi alumni Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (FKp Unair) wilayah NTT pada hari Minggu (14/08/2022) di Graha PPNI NTT yang berlokasi di Jl. Nekafmese, Sungkaen, Kelurahan Naimata, Kota Kupang.
Kuliah yang mengusung tema “Peran Psikoneuroimunologi dalam Praktik” itu dipimpin langsung oleh Koordinator Wilayah (Korwil) Alumni FKp Unair NTT, Ns. Kornelis Nama Beni, S.Kep.,M.Kep atau yang biasa disapa Ns. Beni.
Sebelum sesi perkuliahan itu dimulai, Ns Beni memohon kesediaan Bapak Aemilianus Mau, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku Ketua DPW PPNI Provinsi NTT yang menjadi ‘tuan rumah’ perhelatan kegiatan tersebut, sekaligus sebagai salah satu senior alumnus FKp Unair di wilayah NTT.
Pada kesempatan itu, Ketua DPW PPNI NTT yang akrab disapa Pak Willy itu menyampaikan terima kasih kepada Pak Dr. Joni Haryanto, S.Kp.,M.Si yang telah berkunjung ke Graha PPNI NTT sekaligus bertemu-sapa dengan para alumni.
“Kita sangat senang, hari ini kedatangan guru; salah satu dosen senior kita di Unair,” kata Pak Willy.
Pak Willy sebagai Ketua DPW PPNI NTT maupun atas nama pribadi juga menyampaikan terima kasih kepada institusi FKp Unair. Selama menjabat sebagai Ketua DPW PPNI NTT, Pak Willy mengaku sudah seringkali memberikan surat keterangan atau rekomendasi kepada anggota (perawat) agar bisa diterima kuliah di FKp Unair.
“Terima kasih kepada Dekan, seluruh unsur pimpinan, dan Dosen FKp Unair, karena selama ini banyak perawat NTT yang melanjutkan kuliah di sana,” lanjut Pak Willy. “Terima kasih karena FKp Unair selalu memperhatikan perawat dari NTT.”
Secara pribadi, Pak Willy juga merasa berutang budi kepada FKp Unair yang telah membentuknya hingga bisa menjadi pribadi yang dikenal saat ini. Karena itu, Pak Willy berterima kasih kepada semua dosen yang telah mendidik dan membimbingnya menjadi perawat yang sesuai dengan moto Unair: Excellence with Morality.
Pak Willy juga melaporkan bahwa sebaran alumni FKp Unair di NTT tidak hanya ada di Kota Kupang, tapi juga menyebar di seluruh wilayah kabupaten lain yang ada di NTT. Menurutnya, jumlah alumni FKp Unair di Kota Kupang lebih dari 30 orang, tapi karena ada berbagai kesibukan, tidak semuanya bisa hadir.
Pak Willy berterima kasih kepada Pak Dr. Joni Haryanto, S.Kp.,M.Si yang mau berbagi tentang perkembangan seputar psikoneuroimunologi. Pak Willy mengingat, dulu ketika kuliah di Unair, topik itu menjadi salah satu mata kuliah wajib yang juga menjadi salah satu keunggulan program studi saat itu.
“Mari kita doakan agar Pak Joni segera menjadi Guru Besar,” sambung Pak Willy yang disambut tepuk tangan hadirin. Setelahnya, Pak Willy membuka kegiatan secara resmi dan perkuliahan pun dimulai.
Perawat, Hati-hati dengan Ucapanmu
Sebelum memberi materi kuliah, Dr. Joni Haryanto, S.Kp.,M.Si atau yang biasa disapa Pak Joni itu terlebih dahulu menjelaskan riwayat perkembangan mata kuliah psikoneuroumunologi itu di Unair.
Menurutnya, ketika FKp Unair masih berbentu PSIK (Program Studi Ilmu Keperawatan) yang bernaung di bawah Fakultas Kedokteran, mata kuliah itu menjadi mata kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa keperawatan. Namun ketika berkembang menjadi fakultas sendiri (FKp Unair), psikoneuroimunologi menjadi mata kuliah pilihan.
Meski demikian, Pak Joni meyakini kalau mata kuliah tersebut perlu dikuasai oleh tenaga kesehatan, khususnya perawat, agar bisa mendukung proses kesembuhan pasien. Pak Joni menjelaskan, psikoneuroimunologi itu merupakan kombinasi dari tiga disiplin ilmu, yaitu psikologi, neurologi, dan imunologi.
“Psikoneuroimunologi merupakan studi tentang keterkaitan antara endokrin, sistem saraf pusat dan sistem kekebalan tubuh,” terang Pak Joni.
Pak Joni menjelaskan, ketika seseorang mengalami stres oleh berbagai sebab, maka hypotalamus di sistem saraf pusat akan mengaktifkan sinyal khusus yang pada gilirannya merangsang kelenjar adrenal untuk memproduksi kortisol. Selanjutnya, kortisol ini akan menyebabkan penurunan sistem imun melalui berbagai mekanisme.
Lebih lanjut Pak Joni memberikan beberapa contoh penerapan konsep psikoneuroimunologi itu dalam praktik keperawatan. Pertama, dalam praktik keperawatan anak, Pak Joni mengatakan kalau anak-anak pasti mengalami stres hospitalisasi (stres karena masuk RS yang begitu asing dan menakutkan bagi anak).
Kalau perawat tidak memodifikasi ruangan yang ramah anak serta melibatkan orang tua dalam perawatan, maka anak itu akan stres. Akibatnya, sistem imun anak tersebut makin menurun dan proses penyembuhan akan semakin sulit. Sebaliknya, jika perawat mampu menciptakan ruangan yang kondusif dan selalu melibatkan orang tua dalam perawatan, proses penyembuhan jauh lebih mudah.
Contoh kedua, Pak Joni mengangkat kasus Tuan Wright yang menggunakan Krebiozen untuk mengobati kanker. Diceritakan, Tuan Wright ini merupakan pasien Dokter Bruno Klopfer. Setelah tahu menderita kanker, Dokter Bruno menjelaskan kepada Tuan Wright kalau Krebiozen merupakan obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan kanker.
Tuan Wright sangat percaya dengan apa yang dikatakan oleh Dokter Bruno, lalu mengikuti pengobatan sesuai anjuran, dan akhirnya dia sembuh dengan baik. Namun, berapa lama kemudian, Tuan Wright membaca sebuah artikel di surat kabar kalau obat Krebiozen itu tidak bagus. Tuan Wright selalu memikirkan isi artikel tersebut, lalu kankernya kambuh kembali.
Contoh ketiga, Pak Joni menceritakan sebuah percobaan atau penelitian yang dilakukan pada pasien asma. Penderita asma tersebut ditempatkan dalam ruang berkaca yang sudah diatur sehingga udaranya tetap bersih dan sejuk. Setelah itu, peneliti menghembuskan asap di sekitar ruang berkaca tersebut, tapi asapnya tidak masuk sedikit pun ke dalam ruangan.
Meski tidak ada asap yang berhasil masuk ke ruangan berkaca, pasien asma yang ada di dalamnya terpengaruh dengan asap yang dilihatkan. Pemandangan itu ternyata mengaktifkan sistem imunitasnya, sehingga bisa menimbulkan penyempitan saluran pernapasan atau serangan asma.
Dari ketiga contoh kasus tersebut, Pak Joni mengajak para perawat alumni FKp Unair agar hati-hati berksikap dan mengucapkan sesuatu kepada pasien dan keluarganya. Menurut Pak Joni, sikap atau kalimat yang salah ternyata bisa memberi efek buruk bagi pasien dan keluarganya.
Sebaliknya, Pak Joni menyarankan agar perawat bisa memberi sentuhan dan komunikasi terapeutik, agar pasien merasa nyaman dan bisa segera sembuh. “Ucapan perawat bisa mempengaruhi kesembuhan pasien,” tambah Pak Joni.
Kesempatan Menjadi Ners Spesialis
Setelah sesi kuliah utama, Pak Joni juga menggunakan kesempatan pertemuan dengan alumni FKp Unair wilayah NTT dengan sosialisi Program Studi Spesialis Keperawatan Medikal Bedah. Pak Joni mengatakan, Prodi Spesialis KMB di FKp Unair tidak harus menyelesaikan pendidikan magister keperawatan terlebih dahulu.
“Lulusan ners, bisa langsung ambil program spesialis,” tambah Pak Joni.
Pak Joni melanjutkan, saat ini di FKp Unair memang baru memiliki Prodi Spesialis KMB, tapi ada beberapa peminatan yang bisa dipilih seperti Keperawatan Gawat Darurat, Keperawat Kritis, Keperawatan Anastesi dan Keperawatan Kamar Bedah.
Saat ini, tambah Pak Joni, prodi tersebut sudah terakreditasi oleh LAM-PTKes dengan nilai Baik Sekali. Program spesialis ini ditempuh selama 3 semester (maksimal 4 semester) yang sebagian besar waktunya diisi dengan praktik klinik.
Pak Joni bercerita kalau kekhususan program spesialis ini akan melibatkan pihak DPP PPNI. Menurutnya, salah satu penguji ujian akhir program berasal dari komponen DPP PPNI, karena begitu dinyatakan lulus, maka yang bersangkutan langsung mendapatkan sertifikat kompetensi sebagai Ners Spesialis dari PPNI.
“Kami menunggu perawat dari NTT untuk belajar di program spesialias KMB ini,” ajak Pak Joni di hadapan para alumni FKp Unair.
Menanggapi peluang tersebut, peserta diskusi yang didominasi perawat dari RSUD Prof.Dr.W.Z. Johannes Kupang sangat antusias bertanya mengenai mekanisme perkuliahan, biaya, proses perizinan, dan lainnya.
Pak Willy selaku Ketua DPW PPNI NTT juga mendukung perawat-perawat dari NTT untuk mengambil program spesialis tersebut, supaya penerapan dalam praktik keperawatan makin berkualitas.
Pak Willy juga mengaku sedang menyiapkan pertemuan dengan DPRD dan Gubernur NTT agar proses studi lanjut bagi perawat NTT bisa mendapat dukungan dari pemerintah daerah. Dukungan yang diharapkan berupa mekanisme perizinan bagi pegawai untuk lanjut kuliah dan pembiayaan yang dibutuhkan selama pekuliahan.
“Doakan dan dukung sama-sama, semoga rencana ini segera terwujud,” tutup Pak Willy.
Kegiatan yang dimulai pukul 09.30 itu berakhir pada pukul 12.30 WITA. Ns. Beni selaku pembawa acara menutup kegiatan dengan acara pemberian kenang-kenangan dari DPW PPNI NTT dan alumni FKp Unari Wilyah NTT kepada Bapak Dr. Joni Haryanto, S.Kp.,M.Si.
Saverinus Suhardin (Infokom DPW PPNI NTT)