Oleh: Emanuel Fransiskus Ola Masan

Perawat DPD PPNI Kabupaten Flores Timur

Polio kembali menyerang. Sejak awal November lalu, Kementrian Kesehatan menetapkan Indonesia KLB Polio. Penetapan KLB Polio ini setelah ditemukannya satu kasus Polio di Kabupaten Pidie, Aceh. Ini adalah kejadian pertama sejak Indonesia dinyatakan bebas polio pada tahun 2014 dimana Indonesia melaksanakan kegiatan eradikasi polio. Dengan demikian, bila ditemukan satu saja kasus polio maka langsung dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Menurut data Kementerian Kesehatan RI, melalui Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan bahwa kasus polio ditemukan pada anak berusia 7 tahun 2 bulan. Gejala awal yang dirasakan adalah sakit demam, muncul nyeri pada persendian dan kelemahan anggota gerrak. Hasil tes, anak tersebut mengidap Virus Polio Tipe 2 dan Sabin Tipe 3.

“Telah terjadi pengecilan pada otot paha dan betis kiri. Tidak memiliki riwayat imunisasi, tidak memiliki riwayat perjalanan/kontak dengan pelaku perjalanan,” ujarnya dalam konferensi pers, Sabtu (19/11/2022).

Sementara itu, berdasarkan rilis berita dari situs resmi Kementrian Kesehatan Tepat pada tanggal 24 November 2022, ditemukan tiga anak positif virus polio tanpa gejala lumpuh layuh mendadak di Kabupaten Pidie, Aceh. Menurut kejadiannya, temuan ini berdasarkan hasil pemeriksaan lanjut anak usia dibawah 5 tahun yang tinggal di sekitar kasus polio pada awal november 2022. Pemeriksaan tinja melalui Targeted Healthy Stools Sampling sesuai dengan rekomendasi WHO.

Untuk menilai apakah terjadi transmisi komunitas, telah dilakukan penelusuran epidemiologi di sekitar lokasi kasus polio melalui pemeriksaan tinja terhadap 19 anak sehat dan bukan kontak dari kasus yang berusia di bawah 5 tahun.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Muhammad Syahril, mengatakan bahwa hasil pemeriksaan dari 19 anak tersebut, terdapat 3 anak yang dinyatakan positif virus polio. Meski tidak dimasukkan dalam kriteria kasus karena tidak memenuhi kriteria adanya lumpuh layu mendadak menurut pedoman WHO, namun pemerintah terus melakukan upaya pemantauan dan melakukan skrining dari rumah ke rumah.

Lantas apa itu polio, bagaimana cara penularan, tanda dan gejala serta bagaimana cara pencegahananya? berikut penjelasannya :

  1. Apa itu Polio?

Polio atau disebut juga dengan poliomyelitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio. Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus.

  1. Cara Penularan

Polio dapat menyerang pada usia berapapun, tetapi kebanyakan polio menyerang anak-anak di bawah lima tahun. Pada orang yang belum menerima vaksinasi polio, penyakit dapat menular dengan sangat cepat.

Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus. Ini kemudian dibuang ke lingkungan melalui faeces di mana ia dapat menyebar dengan cepat melalui komunitas, terutama dalam situasi kebersihan dan sanitasi yang buruk. Virus tidak akan rentan menginfeksi dan mati bila seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap terhadap polio. Polio dapat menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses. Ada juga bukti bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke makanan.

  1. Masa Inkubasi, Tanda dan Gejala

Masa inkubasi virus polio sekitar 3-6 hari, sementara kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari.

Kebanyakan orang terinfeksi (90%) tidak memiliki gejala atau gejala ringan dan biasanya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai.

Gejala Penderita polio dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

Polio non-paralisis dengan gejala muntah, lemah otot, demam, meningitis, letih, sakit tenggorokan, sakit kepala serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa kaku dan sakit

Polio paralisis dengan gejala sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan lengan terasa lemah, dan kehilangan refleks tubuh.

Sindrom pasca-polio dengan gejala sulit bernapas atau menelan, sulit berkonsentrasi, lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan kesulitan bernapas, mudah lelah dan massa otot tubuh menurun.

  1. Penatalaksanaan

Hingga saat ini belum ada obat untuk polio, yang ada hanya perawatan untuk meringankan gejala. terapi fisik digunakan untuk merangsang otot dan obat antispasmodic diberikan untuk mengendurkan otot-otot dan meningkatkan mobilitas. Meskipun ini dapat meningkatkan mobilitas, tapi tidak dapat mengobati kelumpuhan polio permanen.

Tindakan yang dilakukan pada penderita polio lebih ditekankan pada tindakan suportif dan pencegahan terjadinya cacat, sehingga anggota gerak diusahakan kembali berfungsi senormal mungkin dan penderita dirawat inap selama minimal 7 hari atau sampai penderita melampaui masa akut.

Penemuan dini dan perawatan dini untuk mempercepat kesembuhan dan mencegah bertambah beratnya cacat. Kasus polio dengan gejala klinis ringan boleh dirawat di rumah, bila gejala klinis berat segera dirujuk ke Rumah Sakit.

  1. Cara Pencegahan

Polio tidak dapat disembuhkan namun dapat dicegah. Pencegahan penyakit polio adalah dengan pemberian imunisasi polio. Imunisasi polio secara lengkap merupakan tindakan yang paling efektif dalam mencegah penyakit polio.  Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian imunisasi polio secara lengkap pada anak-anak.

Pencegahan penularan ke orang lain melalui kontak langsung (droplet) dengan menggunakan masker bagi yang sakit maupun yang sehat. Selain itu pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan serta dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Lantas bagaimana peran Perawat dalam mencegah terjadinya KLB Polio dimasyarakat ?

Indonesia saat ini sedang dihadapkan dengan triple burden of diseases (tiga beban penyakit) diantaranya transisi epidemologi penyakit menular (PM) ke arah penyakit tidak menular (PTM), munculnya ancaman penyakit infeksi baru seperti Covid-19, dan penyakit menular yang belum selesai seperti, TBC, Malaria, HIV/AIDS, PD3I (termasuk Polio).

Sebagai seorang tenaga kesehatan, Perawat memiliki tanggung jawab moril dan sosial untuk menekan dan memerangi penyakit-penyakit tersebut terutama munculnya KLB Polio ini.

Selain sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat juga berperan dalam pencegahan penyakit menular dimasyarakat. Salah satu cara adalah dengan memberikan edukasi secara berkala dan berkelanjutan kepada masyarakat akan pentingnya imunisasi bagi anak-anak.

Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus polio di Pidie terjadi karena anak tidak mengakses imunisasi polio semasa balita sehingga sangat rentan untuk terjangkit. Polio merupakan salah satu penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Edukasi akan pentingnya imunisasi dalam memberikan kekebalan dan mencegah penyakit sangat penting guna meningkatkan pengetahaun masyarakat.

Perawat juga berperan aktif saat kegiatan imunisasi ataupun Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio, serta memastikan setiap anak mendapatkan imunisasi lengkap.

Jika perawat berperan aktif dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit dimasyarakat maka penyakit-penyakit menular seperti polio dapat ditekan dan dicegah.

(Tulisan ini merupakan bagian dari kegiatan lomba yang diselenggarakan Bidang Penelitian, Informasi dan Komunikasi DPW PPNI NTT sebagai tindak lanjut Pelatihan Jurnalistik Dasar PPNI NTT)

Artikulli paraprakKetua DPD PPNI Sumba Timur Imbau Semua DPK Soal STR Anggota
Artikulli tjetërInspirasi Pater Ludger Jessing untuk Perawat