Dewan Pengurus Wilayah Himpunan Perawat Gawat Darurat Provinsi Nusa Tenggara Timur (DPW HIPGABI NTT) menyelanggarakan pelatihan BTCLS (Basic Trauma Cardiac Life Support) bagi perawat dari berbagai fasilitas kesehatan yang ada di NTT yang berlangsung selama 4 hari, 26-29 Oktober 2022. Pemberian teori dilakukan secara daring melalui media Zoom, kemudian sesi praktik dan ujian kelulusan dilaksanakan secara langsung di Neo Hotel By Aston, Kupang.

Ketua DPW HIPGABI NTT periode 2022-2027, Dominggos Gonsalves, S.Kep.Ns. MSc. AIFM, menjelaskan bahwa pelatihan BTCLS ini tersebut penting dikuasai oleh semua orang, khususnya lagi bagi perawat yang menjadi garda terdepan dalam pertolongan kegawatdaruratan akibat trauma dan gangguan kardiovaskuler (serangan jantung).

Dominggos Gonsalves, S.Kep.Ns. MSc. AIFM bersama instruktur HIPGABI NTT lainnya melakukan simulasi pembidaian

“Peserta yang ikut pelatihan saat ini ada 27 perawat yang sudah bekerja di berbagai daerah di NTT. Ada yang bekerja di RS pemerintah maupun swasta. Beberapa peserta dibiayai oleh rumah sakit tempatnya bekerja dan ada yang menanggung secara mandiri,” jelas Ketua DPW HIPGABI NTT dua periode yang akrab disapa Pak Domi itu, di sela-sela memandu sesi praktik pada Jumat (28/20/2022) di salah satu ruang pertemuan Neo Hotel By Aston, Kupang.

Menurut Pak Domi, karena semua peserta merupakan perawat yang sudah bekerja di fasilitas kesehatan, penyampaian sesi praktik jauh lebih mudah. Para instruktur dan fasilitator hanya mengingatkan kembali tentang beberapa teknik yang mungkin sudah dilupakan peserta atau disesuaikan dengan pekermbangan tata laksana kegawatdaruratan terkini.

“Ilmu pengetahuan dan teknologi ini kan tidak statis, tapi selalu berubah sesuai dengan bukti penelitian terbaru. Karena itu, kita sebagai fasilitator atau penyelenggara pelatihan juga selalu berupaya memberikan pelatihan, mulai dari sesi teori hingga praktik, semuanya menggunakan sumber yang terbaru,” imbuh Pak Domi.

Yunesti B.T. Dethan, S.Kep.Ns , salah satu instruktur HIPGABI NTT sedang menjelaskan tentang asesmen awal pasien gawat darurat

Berdasarkan pantauan media ini, para peserta dibagi menjadi 5 kelompok kecil saat menjalani sesi praktik pelatihan BTCLS tersebut. Setiap kelompok mempelajari berbagai teknik penanganan kegawatdaruratan yang telah dikelompokkan dalam 5 etape atau biasa disabut dengan istilah stase.

Stase pertama mempelajari teknik asesmen atau penilaian awal kondisi pasien, sehingga perawat mampu melakukan triase—proses khusus memilah dan memilih pasien berdasarkan berat-ringannya penyakit untuk menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas transportasi. Stase ini difasiliasi oleh salah satu instruktur HIPGABI NTT, Yunesti B.T. Dethan, S.Kep.Ns.

Stase kedua difasilitasi langsung oleh Pak Domi serta dibantu oleh Relin Mertini Nau, S.Kep.,Ns dan Jufrianan Logo, S.Kep.Ns. Di stase ini para peserta melakukan simulasi berbagai metode untuk memperbaiki stabilisasi pasien, pembidaian, cara melakukan transportasi pasien dengan berbagai kondisi, proses evakuasi secara berkelompok maupun individu, dan prosedur lainnya.

Hendra Karsono, Amd. Kep sedang menjelaskan tentang manajemen jalan napas

Stase ketiga menjadi pusat pembelajaran tentang manajemen jalan napas, mulai dari teknik sederhana hingga menggunakan berbagai macam alat bantu. Hendra Karsono, Amd. Kep yang menjadi fasilitator membagikan pengalamannya, termasuk teknik memberikan oksigen sesuai kebutuhan.

Stase keempat difasilitasi oleh Ns. F. Stefen Ndun, S.Kep.Ns.M. Kep dan Rini Anggriani, S. Kep. Ns. Kedua instuktur HIPGABI NTT itu memandu pembelajaran praktik tentang metode melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP)—sebuah teknik pemberian kompresi pada jantung dari luar yang disertai dengan bantuan napas sesegera mungkin.

Stase praktik RJP yang difasilitasi oleh Ns. F. Stefen Ndun, S.Kep.Ns.M. Kep dan Rini Anggriani, S. Kep. Ns.

Para peserta juga mempelajari prosedur perekaman sekaligus menganalisis hasil pemeriksaan EKG (elektrokardiogram) di stase kelima. Stase terakhir ini dimentori oleh Petrus Laba, SST dan didampingi oleh Folani Suka, Amd. Kep. Selain memperkenalkan berbagai jenis gambaran gelombang EKG, fasilitator juga merekomendasi berbagai tindakan yang perlu dilakukan sesuai hasil yang terlihat.

Setiap kelompok peserta belajar dari satu stase ke stase berikutnya, hingga selesai. Panitia telah menentukan waktu belajar di setiap stase. Namun, jika ada peserta yang ingin memperdalam keterampilan atau ingin berkonsultasi lebih jauh, para fasilitator bersedia melayani pertanyaan mereka di sela-sela waktu istirahat.

Petrus Laba, SST sedang menjelaskan berbagai proses seputar pemeriksaan EKG

Pak Domi menambahkan, HIPGABI NTT terus berupaya memberikan pelatihan BTCLS yang bermutu. Karena itu, sebagi ketua dirinya selalu menekankan kepada pengurus, khususnya yang memiliki kompetensi dan kapasistas sebagai instruktur, untuk selalu patuh dengan berbagai panduan pelatihan yang sudah ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat HIPGABI di Jakarta.

Selain itu, Pak Domi juga menekankan kepada para peserta untuk patuh mengikuti berbagai tahapan pelatihan, mulai dari sesi penyampaian teori, tahapan simulasi praktik, hingga bisa lulus ujian akhir. “Peserta harus hadir 100% dan lulus ujian teori maupun akhir pada sesi akhir pelatihan. Kalau syarat itu terpenuhi, maka mereka layak mendapatkan sertifikat BTCLS,” tutup Pak Domi.

Penulis: Saverinus Suhardin (Infokom DPW PPNI NTT)

Artikulli paraprakPPNI NTT Ingin Pertahankan UU Keperawatan
Artikulli tjetërPelatihan BTCLS HIPGABI NTT Berjalan Sukses, Peserta Mengaku Puas