Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur (DPW PPNI NTT) kembali memberi Training of Trainer (ToT) kepada pengurus DPD (Dewan Pengurus Daerah) dan DPK (Dewan Pengurus Komisariat) di zona Kabupaten Ngada dan Lembata pada Sabtu (13/05/2023), berlangsung secara daring melalui Zoom.
Ketua panitia yang diwakili koordinator kegiatan, Rikardus Lahamukang, S.Kep.,Ns, melaporkan bahwa kegiatan pelatihan untuk pelatih atau biasa disebut ToT itu merupakan bentuk penyesuaian kerja atau pengelolaan organisasi profesi PPNI yang mengalami banyak perubahan; disesuaikan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Selan itu, Rikardus Lahamukang menjelaskan kalau kegiatan tersebut juga bertujuan untuk menyosialisasi AD/ART (anggaran dasar/anggaran rumah tangga) PPNI hasil Munas Bali yang telah dioperasionalkan melalui pedoman dan peraturan organisasi. Atas nama panitia, ia berharap peserta dapat mengikuti kegiatan dengan baik, sehingga bisa memperoleh pemahaman yang sama dan dapat diimplementasikan di tempat masing-masing.
Pada kesempatan itu, ia juga berterima kasih kepada Ketua, Sekretaris, Bendahara, Wakil Ketua Bidang, Ketua dan Anggota Divisi DPW PPNI NTT yang menjadi narasumber dalam pelatihan tersebut. “Semoga pelatihan ini bisa bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam memberi pelayanan kepada anggota,” kata Rikardus Lahamukang di akhir laporannya.
ToT Pengurus PPNI Berdampak Positif
Ketua DPW PPNI NTT, Aemilianus Mau, S.Kep.,Ns, M.Kep, saat memberikan kata sambutan pada seremonial pembukaan menyampai ucapan terima kasih kepada semua pihak, khususnya peserta dari zona Ngada dan Lembata yang, meski di tengah banyak kesibukan, masih bisa berkumpul untuk saling berbagai pengalaman mengelola organisasi PPNI.
Menurutnya, kegiatan itu merupakan tindak lanjut dari ToT Terintegrasi PPNI yang digalakkan oleh DPP PPNI sejak 2022 lalu di DPW PPNI Provinsi seluruh Indonesia. Berdasarkan hasil evaluasi, lanjut Aemilianus Mau, kegiatan itu dinilai berdampak positif untuk semua pengurus PPNI di setiap level kepengurusan. Karena itu, menurutnya semua pengurus PPNI di NTT juga perlu mendapatkan pelatihan yang sama.
“Semua pengurus punya hak untuk mengetahui pengelolaan organisasi PPNI,” tegas Aemilianus Mau.
Pada kesempatan itu, Aemilianus Mau juga mengingatkan pengurus tentang pentingnya membiasakan budaya kerja kolektif-kolegial dalam mengelola organisasi. Menurutnya, organisasi PPNi tidak bisa dijalankan hanya terpusat pada satu orang saja, tapi harus melibatkan pengurus bidang atau divisi atau seksi yang ada.
Aemilianus Mau mengapresiasi pengurus PPNI di zona Ngada dan Lembata yang pada kesempatan itu tampak rapi menggunakan seragam batik, sesuai dengan pedoman organisasi. Menurutnya, itu budaya yang tampak sederhana tapi memiliki dampak yang luar biasa. Ia juga berharap, setelah ToT, setiap pengurus makin menyelami makna ‘persatuan’ yang ada dalam nama PPNI.
“Apa itu persatuan? Jangan sampai pengurus jalan lain, anggota jalan lain. Kita butuh persatuan untuk memaksimalkan potensi yang ada,” imbuh Aemilianus Mau, lalu membuka kegiatan secara resmi.
Perawat Butuh Banyak Role Model
Secara umum, kegiatan ToT pengurus PPNI di NTT terbagi menjadi beberapa sesi. Setelah seremonial pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan pemberian materi umum dari Ketua DPW PPNI NTT. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi dari masing-masing bidang; pada sesi ini setiap peserta dan pemateri masuk ke ruang khusus. Lalu kegiatan diakhiri dengan acara penutupan.
Penyampaian materi umum dari Ketua DPW PPNI NTT dipandu moderator Siprianus Depa yang merupakan Ketua DPD PPNI Kabupaten Ngada. Aemilianus Mau mengawali materinya dengan menampilkan dua video pendek yang berisi refleksi dan motivasi berorganisasi.
Video pertama menampilkan cara sekelompok orang yang sedang mendorong gerobak. Ada yang berada di garis depan; ada yang bantu mendorong dari samping; ada yang santai duduk di atas gerobak; ada yang mendorong dari belakang, tapi sesekali ia menarik ke belakang sehingga memberatkan langkah gerobak; dan gaya dorong lainnya.
Menurut Aemilianus Mau, gerobak itu diibaratkan sebagai organisasi profesi PPNI dan pendorongnya adalah para pengurus. “Ini untuk kita renungkan, kita itu pendorong gerobak yang mana?”
Video kedua menampilkan ilustrasi sebuah pohon; lebih tepatnya bagian-bagian pohon dengan fungsi masing-masing. Menurut Aemilianus Mau, video itu mau menunjukkan bahwa setiap pengurus harus bersyukur dengan apa pun posisinya saat ini dan mau bekerja sesuai peran atau fungsi yang diharapkan.
Selanjutnya, Aemilianus Mau memaparkan materi lain tentang filosofi hingga hal teknis pengelolaan organisasi profesi PPNI. Pada kesempatan itu, ia menekankan agar setiap pengurus harus menjadi role model bagi anggota. Menurutnya, perawat saat ini membutuhkan banyak role model, sehingga ia berharap para pengurus PPNI bisa menjadi contoh yang baik.
“Kalau kita tidak bisa jadi role model yang baik, bagaimana anggota bisa ikut?!” tegas Aemilinuas Mau.
Peserta Menilai Positif
Ketua DPD PPNI Kabupaten Lembata, Gregorian P Hurek Making dan Ketua DPD PPNI Kabupaten Ngada, Siprianus Depa Bersama beberapa pengurus lainnya memberikan testimoni pada acara penutupan. Secara umum, peserta merasa puas dan bersyukur dengan terselenggaranya ToT pengurus PPNI tersebut.
Menurut mereka, selama ini banyak pengurus yang belum paham dengan cara kerja sesuai pembagian bidang dalam organisasi. Setelah mendapatkan pencerahan melalui ToT, mereka mengaku sudah mulai paham dan berjanji akan menerapkan di level kepengurusan masing-masing.
Menanggapi respons peserta tersebut, Aemilianus Mau selaku Ketua DPW PPNI NTT menyatakan rasa syukurnya dan berterima kasih kepada panitia—Bidang Organisasi dan Kaderisasi—bersama seluruh narasumber. Ia berharap, setiap pengurus yang sudah mengikuti ToT terus meningkatkan komitmen dan tanggung jawab menyelesaikan berbagai pekerjaan organisasi.
“Mulai dari hal-hal kecil, dan mulai dari diri kita sendiri,” pesan Aemilianus Mau.
Ketua DPW PPNI NTT dua periode itu juga mengingatkan bahwa, sertifikat ToT itu nantinya tidak sekadar menjadi tanda/bukti sudah mengikuti pelatihan, tapi menjadi salah satu syarat bagi anggota jika ingin mencalonkan diri sebagai ketua saat musda atau muskom. Menurutnya, sertifikat ToT itu menjadi landasan atau syarat menjadi pengurus PPNI pada masa mendatang.
Penulis: Saverinus Suhardin (Infokom DPW PPNI NTT)