Home Berita Nasional Dari Menulis Asuhan Keperawatan Ke Menulis Berita Hasil Liputan

Dari Menulis Asuhan Keperawatan Ke Menulis Berita Hasil Liputan

0
323

Pekerjaan perawat pada dasarnya sangat melekat dengan aktivitas menulis. Florence Nightingale, tokoh pelopor keperawatan modern, bisa dikenal di seluruh dunia, salah satunya berkat kegigihannya dalam menuliskan setiap laporan kegiatan atau penelitiannya selama memberi perawatan pada pasien, khususnya ketika ikut menjadi relawan tenaga kesehatan saat Perang Krimea pada tahun 1854 silam.

Perawat masa kini pun tidak terlepas dari aktivitas menulis. Saat memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diwajibkan untuk melakukan dokumentasi secara tertulis yang salah prinsipnya adalah: “Tulis apa yang dikerjakan, kerjakan apa yang ditulis.”

Perawat juga mempunyai tugas dan tanggung jawab lain yang menggunakan kemampuan menulis, sebut saja beberapa ada kegiatan penelitian, pendidikan kesehatan, dan masih banyak lagi. Pendek kata, perawat sejatinya penulis.

Tapi, apakah kebiasaan atau kemampuan perawat dalam bidang kepenulisan, khususnya menulis asuhan keperawatan itu bisa dialihkan untuk keperluan menulis berita hasil liputan? Lalu, apakah pentingnya perawat belajar menulis karya jurnalistik?

Sekadar informasi, Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) telah menggelar Pelatihan Jurnalistik Praktis bagi pengelola media internal atau website DPW PPNI Provinsi se-Indonesia yang berlangsung pada Sabtu-Minggu, 27-28 Agustus 2022 lalu di Tamarin Hotel, Jakarta Pusat.

Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PPNI Provinsi NTT mengutus saya, Saverinus Suhardin, sebagai Ketua Divisi Penelitian, Informasi dan Komunikasi yang salah satu tugasnya menjadi penulis sekaligus pengelolah website resmi PPNI NTT yang beralamat di: ppnintt.org.

Tulisan feature ini merupakan bagian dari praktik Pelatihan Jurnalistik Praktis PPNI tersebut. Sekaligus menjawab beberapa pertanyaan di atas, terkait apa pentingnya perawat atau organisasi PPNI perlu mempelajari dan menguasai keterampilan jurnalistik.

 Jurnalistik Praktis PPNI

Sabtu (27/08/2020) pagi sekitar pukul 09.00 WIB, kegiatan dimulai dengan seremonial pembukaan. Pada kesempatan itu, Bapak Harif Fadhillah selaku Ketua DPP PPNI diwakili oleh Bendahara Umum, Bapak Apri Sunadi. Selain itu, hadir pula penanggung jawab umum kegiatan, Ketua DPP Bidang Sistem Informasi dan Komunikasi, Bapak Rohman Azzam.

Ketua panitia kegiatan, Ibu Yeti Resnayati, dalam laporannya menyampaikan bahwa peserta Pelatihan Jurnalistik Praktis PPNI itu merupakan utusan dari DPW PPNI se-Indonesia. Sebagian besar utusan merupakan pengurus bidang Infokom (Informasi dan Komunikasi) DPW PPNI masing-masing, tapi ada juga yang dihadiri oleh ketua maupun pengurus bidang lainnya.

“Hanya ada 5 DPW PPNI yang tidak hadir,” lapor Ketua Panitia yang akrab disapa Ibu Yeti itu, “yaitu dari Provinsi Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku dan Papua Barat.”

Ibu Yeti Resnayati sedang menyampaikan laporan panitia kegiatan Pelatihan Jurnalistik Praktis PPNI, Sabtu (27/08/2022)

Menurut Ibu Yeti, pelatihan yang berlangsung selama 2 hari atau setara dengan 20 jam itu sengaja digelar oleh DPP PPNI sebagai salah satu implementasi program kerja Bidang Infokom, khususnya dalam meningkatkan kapasitas peserta dalam bidang jurnalistik.

Lebih lanjut Ibu Yeti menekankan tentang luaran utama dari kegiatan tersebut, kiranya semua peserta mampu menulis berita yang diterbitkan di berbagai media masaa untuk meningkatkan citra perawat dan PPNI.

“Setelah ini akan ada monev (monitoring dan evalusi) juga di setiap provinsi, sehingga kita bisa tahu apakah implementasi pelatihan ini terlaksana dengan baik atau tidak,” jelas Ibu Yeti sebelum mengakhiri laporannya.

***

Ketua DPP PPNI yang saat itu diwakili oleh Bendara Umum, Bapak Apri Sunadi, mengatakan kegiatan yang berlangsung selama dua hari itu sangat penting, karena bertujuan untuk meningkatkan citra profesi perawat di mata publik.

“Keterampilan jurnalistik praktis ini penting sekali untuk PPNI,” kata Bendahara Umum DPP PPNI yang biasa disapak Pak Apri itu di hadapan peserta. “Selama ini banyak isu-isu seputar perawat dan PPNI yang harusnya bisa diolah untuk mendapat perhatian masyarakat.”

Pak Apri mengakui, selama ini perawat mungkin lebih banyak menulis asuhan keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian hingga evaluasi, tapi saat ini juga mesti ditambah dengan kemampuan lain seperti menulis karya jurnalistik.

Menurutnya, selama ini asuhan keperawatan yang dibuat perawat belum menjadi indikator keberhasilan upaya pelayanan kesehatan di Indonsia, sehingga keberadaan profesi perawat kurang diperhitungkan oleh pemerintah maupun masyarakat. Perawat sebenarnya sudah menjalankan peran sebaik mungkin, lanjut Pak Apri, tapi karena tidak diketahui masyarakat, orang malah berterima kasih pada profesi lain.

Karena itu, kata Pak Apri lebih lanjut, PPNI juga harus mengambil langkah cepat yang disesuaikan dengan perkembangan saat ini, salah satunya dengan menguasai keterampilan jurnalistik untuk bisa menunjukkan pada khalayak mengenai pentingnya profesi perawat di bidang pelayanan kesehatan.

Pada kesempatan itu, Pak Apri mengingatkan para peserta yang berasal dari berbagai wilayah Indonesia itu untuk mengikuti proses pelatihan dengan sungguh-sungguh. Apalagi panitia kegiatan yang di bawah tanggung jawab Departeman Humas dan Infokom DPP PPNI itu telah menghadirkan narasumber dari jurnalis-jurnalis profesional dari berbagai media massa ternama di Indonesia.

Sebagai pengurus PPNI, Pak Apri juga mengingatkan para peserta agar tidak menunda terlalu lama dalam menjalankan program kerja, termasuk bidang jurnalistik. Menurutnya, kalau sudah menjadi pengurus PPNI itu harus berkomitmen untuk bekerja dan mengembangkan organisasi.

“Kalau tidak ada komitmen, lebih baik keluar dari pengurus PPNI. Jangan jadi benalu di PPNI,” tutup Apri Sunadi dengan tegas.

Bendaraha Umum DPP PPNI, Bapak Apri Sunadi sedang memberikan kata sambutan sekaligus keynote speech pada kegiatan Pelatihan Jurnalitik Praktis PPNI, Sabtu (27/08/2022)

Urgensi PPNI Belajar Jurnalisik

Setelah seremonial pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian Keynote Speech dari DPP PPNI yang pada kesempatan itu masih diwakili oleh Bendara Umum, Bapak Apri Sunadi.

Pak Apri menjelaskan, DPP PPNI sengaja memberi nama pelatihan itu dengan sebutan ‘Jurnalistik Praktis PPNI’ karena memang dikemas khusus untuk kebutuhan perawat atau PPNI. Belajar jurnalistik secara utuh tentunya butuh waktu yang tidak singkat, lanjut Pak Apri, sehingga narasumber yang merupakan para jurnalis profesional telah merangkum materi penting yang dapat diaplikasikan lebih mudah oleh pengurus PPNI di seluruh Indonesia.

Menurut Pak Apri, PPNI perlu mempelajari dunia jurnalistik untuk beradaptasi dengan kebutuhan atau perkembangan saat ini. Selain itu, keterampilan jurnalistik ini juga nantinya bisa dikembangkan untuk advokasi bidang politik maupun mendapatkan peluang ekonomi.

Sebagai contoh, Pak Apri menggambarkan bagaimana posisi perawat yang kurang diperhitungkan dalam pengambilan keputusan penting di pemerintahan. Kondisi itu disinyalir terjadi karena perawat atau PPNI belum menunjukkan perannya secara masif pada elemen pemerintah.

Karena itu, Pak Apri meyakini PPNI perlu membangun citra positif melalui publikasi berbagai karya perawat di media massa. Kegiatan jurnalistik ini juga diyakini dapat menciptakan peluang adanya pendapatan tambahan bagi PPNI dari kegiatan iklan maupun model bisnis media lainnya.

Pak Apri berharap, pelatihan jurnalistik itu juga nantinya bisa memicu perawat aktif memberikan pendidikan kesehatan lewat berbagai kanal media massa. PPNI sebagai wadah pengembangan diri para anggota/perawat, katanya siap mendukung para pembuat konten (content creator) dengan acara memberikan apresiasi yang sewajarnya.

Pak Apri berpesan kepada peserta pelatihan agar setelah pelatihan langsung melaporkan kepada pimpinan dan pengurus DPW Provinsi masing-masing. Menurutnya, kegiatan yang berkaiatan dengan jurnalistik sangat penting bagi PPNI, sehingga harus segera dilaksanakan oleh pengurus PPNI di seluruh Indonesia.

“Kita mulai dari sekarang, mulai dari yang kecil-kecil saja dulu,” pesan Pak Apri. “Jangan pinginnya yang gede, tapi ngga jadi-jadi.

Pak Apri juga menyarakan agar peserta harus berani mulai menulis. Menurutnya, salah satu hambatan yang membuat orang tidak menulis adalah berpikir yang terlalu sempurna. “Mulai saja dulu, kalau terlalu banyak berpikir, malah tidak jadi-jadi. Begitu sadar, masa kepengurusan sudah berakhir. Kapan kita kerjanya? Mulai dari sekarang,” tutup Pak Apri.

Seputar Dunia Jurnalistik

Kami, peserta Pelatihan Jurnalistik Praktis PPNI, mendapat materi pertama tentang “Dasar-dasar Jurnalistik” yang disampaikan oleh Rasyadian M Putra. Narasumber yang biasa dipanggil Pak Rasyadian itu sudah menggeluti dunia jurnalistik lebih dari 20 tahun.

Pak Rasyadian memang beberapa kali pindah tempak kerja, tapi semuanya di bidang jurnalisme. Teranyar, jurnalis penggemar Manchester City itu bekerja di iNewsTV dan mengelola sebuah media online bernama: redaksinasional.com.

Secara umum, materi yang disampaikan oleh wartawan yang punya hobi bermain biliar itu terkait hal-hal dasar yang perlu diketahui orang jika ingin bergelut di ranah publisistik. Pak Rasyadian menerang apa itu jurnalisme; prinsip jurnalisme; etika pers, nilai berita, jenis berita, keterampilan wawancara narasumber; unsur berita 5W + 1H; dan teknik penulisan berita.

Rasyadian M Putra sedang memberi materi tentang Dasar-dasar Jurnalistik kepada peserta Pelatihan Jurnalistik Praktis PPNI, Sabtu (27/08/2022)

Saya tidak akan menerangkan ulang secara rinci sub-topik yang dijelaskan oleh Pak Rasyadian di sini. Jika kita mau, materi seperti itu dapat dengan mudah kita temukan lewat buku atau diakses via Google. Tapi ada beberapa pernyataan dia yang menarik untuk diketahui bersama, khususnya oleh perawat.

Pertama, Pak Rasyadian menilai perawat memiliki kesempatan yang belum tentu dimiliki orang atau profesi lain, khususnya dalam hal akses terhadap pasien atau kondisi perawat di rumah sakit selama pandemi COVID-19 selama ini. Menurutnya, andai saja perawat mau dan mampu menulis laporan jurnalistik dari apa yang mereka kerjakan atau rasakan, pasti akan menjadi sajian yang menarik bagi pembaca.

Kedua,  Pak Rasyadian juga pernah dilibatkan sebagai tim pemantau kegiatan Nusantara Sehat. Saat itulah dia melihat langsung bagaimana kinerja perawat bersama profesi kesehatan lain di tatanan pelayanan langsung kepada masyarakat. Menurutnya, perawat tidak kalah bersaing dengan profesi kesehatan lain saat memberikan pelayanan.

Ketiga, kepada perawat yang ingin belajar menulis, Pak Rasyadian menyarankan untuk banyak membaca dari penulis-penulis hebat. Salah satu penulis yang direkomendasikannya adalah Pramoedya Ananta Toer. Menurutnya, karya Pram menjadi contoh yang baik untuk dijadi bahan latihan menulis.

Keempat, Pak Rasyadian berpesan kepada perawat yang ingin belajar jurnalistik maupun menjadi pembuat konten (content creator) pada umumnya harus dilandasi niat yang serius. Tidak boleh terlalu banyak alasan seperti tidak alat yang canggil, dan lain-lain. “Mulai saja dulu, dan teruslah menulis dan berkarya,” tutupnya.

***

Setelah memahami dasar-dasar jurnalistik, kami selanjutnya mempelajari cara menulis berita langsung (straight news) sebagai salah satu produk atau karya jurnalistik yang paling sering ditemukan di berbagai media massa. Topik kedua kedua ini disampaikan oleh Kartono Hady, Senior Journalist Media Online Indonesia.

Sebagaimana narasumber sebelumnya, jurnalis yang biasa disapa Pak Hady itu juga sudah malang melintang di dunia jurnalisme selama 12 tahun. Sebelumnya dia bergelut di media massa cetak, lalu tahun 2017 beralih fokus menekuni media online. Saat ini, Pak Hady juga dipercayakan oleh DPP PPNI untuk mengelola media online yang bernama: infoperawat.com.

Pak Hady menerangkan kalau jenis berita ada banyak dan sebaiknya perlu diketahui semuanya. Tapi menurutnya, sebelum mempelajari jenis berita yang lain, jurnalis pemula sebaiknya mulai berlatih dengan menulis berita langsung terlebih dahulu.

“Kalau sudah lancar menulis berita langsung, maka bisa berlanjut dengan produk jurnalistik lainnya,” kata Pak Hadi yang sebelumnya berkarya di Jawa Pos Grup tersebut.

Menurut Pak Hady, ada tiga kriteria penulis, yaitu tahu menulis; bisa menulis; dan menjiwai aktivitas menulis. Dia berharap agar peserta pelatihan pada akhirnya bisa mencapai tahap akhir tersebut, karena semua memiliki peluang yang sama jika ingin berusaha.

Masalah yang sering terjadi dalam penulisan berita langsung yang dibuat oleh perawat atau pengurus PPNI selama ini, berdasarkan pengalaman Pak Hady mengurus media online infoperawat.com, masih banyak yang menulis dalam bentuk laporan. Hal itu jelas berbeda dengan bentuk berita langsung.

Kartono Hady, Senior Journalist Media Online Indonesia, sedang menyampaikan materi

Karena itu, Pak Hady menjelaskan secara rinci teknik penulisan berita langsung. Mulai dari urusan pembuatan judul, penulisan lead atau teras berita yang menarik sekaligus memenuhi unsur minimal, isi berita yang menguraikan berita dengan panduan unsur 5W+1H, hingga bagian penutup sebagai pemanis berita.

Pak Hady menjelaskan kalau penulisan berita langsung itu mengikuti pola piramida terbalik. Bagian awal tulisan harus diisi dengan informasi yang sangat penting dan menarik untuk disimak. Bagian selanjutnya ditambah dengan bagian yang penting, lalu cukup penting, dan yang kurang atau penting pada bagian akhir.

Di bagian akhir penjelasannya, Pak Hady mengajak semua peserta untuk sama-sama membesarkan media online yang berada di bawah nauangan DPP PPNI, yaitu infoperawat.com. Sebagai pengelola selama ini, Pak Hady merasa miris karena anggota PPNI se-Indonesia sangat banyak, tapi media tersebut kurang mendapat perhatian dari perawat sendiri.

“Ayo kita besarkan infoperawat.com bersama-sama, sehingga perawat bisa dikenal secara intelektual. Mohon dukungan kita semua,” ajak Pak Hady.

***

Narasumber ketiga dari jurnalis profesional ada Chandra Hendrik HM selaku Ass. Redaktur Pelaksana tvOnenews.com. Pada kesempatan itu, wartawan yang akrab disapa Pak Chandra itu menggambarkan bagaimana cara menulis jenis berita feature dan artikel.

Pak Chandra tidak terlalu banyak berteori. Setiap kali menjelaskan jenis tulisan, dia langsung menunjukkan contoh yang ada di berbagai media massa. Meski waktunya terbilang singkat, saya merasa informasi yang disampaikan cukup baik.

Khusus untuk penulisan feature, Pak Chadra menjelaskan kalau itu merupakan jenis berita yang disampaikan dalam bentuk narasi atau cerita, serta disetai foto yang menarik. Jenis feature pun ada banyak, dia menjelaskan satu per satu dengan contoh yang sudah disiapkan, sehingga peserta bisa mempelajari dengan baik.

Chandra Hendrik HM selaku Ass. Redaktur Pelaksana tvOnenews.com sedang menjelaskan tentang penulisan artikel dan feature

***

Pelatihan hari pertama itu diakhir dengan materi “Manajemen Redaksi” yang kembali disampaikan oleh Pak Hady. Sebuah media, kata Pak Hady, pada umumnya memiliki dua pemimpin, yaitu pemimpin umum dan pemimpin redaksi.

Pemimpin umum bertanggung jawab dalam urusan finansial, administrasi dan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan untuk menumbuhkembangkan usaha media. Sedang pemimpin redaksi hanya berfokus pada urusan konten yang perlu disajikan pada khalayak.

Malam itu, Pak Hady lebih banyak menjelaskan terkait tugas-tugas personil yang ada di bawah tanggung jawab pemimpin redaksi. Mulai dari redaktur pelaksana, redaktur, koordinator lapangan (korlap), hingga wartawan yang ditugaskan pada lokasi kejadian.

Diskusi seputar urusan keredaksian ini berlangsung panjang dan menarik. Bagaimana tidak, Pak Hady menjelaskan manajemen redaksi yang umum berlaku di media massa, sedangkan di pengurus DPW PPNI se-Indonesia rata-rata sulit untuk mengimplementasi menajemen redaksi seperti itu. Karena itu perlu dimodifikasi sesuai kondisi dan kebutuhan masing-masing. Pelatihan hari pertama itu baru berakhir menjelang pukul 22.00 WIB.

Rencana Tindak Lanjut

Pelatihan hari kedua, Minggu (28/08/2022) dimulai tepat pukul 08.00 WIB.  Kami awali dengan kegiatan post test terkait materi yang diterima selama hari pertama. Setelah itu, kami dibagi menjadi 3 kelompok, lalu masing-masing kelompok mendapat tugas menulis atau mempraktikkan apa yang sudah dipelajari sebelumnya.

Kelompok 1 mendapat tugas menulis berita langsung, kelompok 2 menggarap penulisan artikel, dan kelompok tiga menyelesaikan penulisan feature. Waktu mengerjakan tugas kurang lebih satu jam. Setelah itu, masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil karyanya, kemudian dikomentari oleh Pak Hady selaku mentor.

Secara umum, semua kelompok telah menyelesaikan tugas dengan baik. Meski demikian, Pak Hady tetap mengharapkan agar setiap peserta terus berlatih dan menularkan semangat menulis hingga ke wilayah DPW PPNI masing-masing.

Sesi presentasi tugas menulis berita langsung

Setelah itu, kegiatan diakhiri dengan pembuatan rencana tindak lanjut. Apa yang bisa dilakukan di DPW PPNI Provinsi NTT untuk menumbuhkan semangat menulis atau mempelajari jurnalistik praktis PPNI ini?

Kita tahu, website resmi PPNI NTT (ppnintt.org) telah eksis sejak tahun 2020. Sejak itu saya mulai dipercayakan untuk mengisi beberapa rubrik, khususnya untuk penulisan berita dan artikel. Kepercayaan itu makin bertambah ketika saya resmi menjadi pengurus DPW PPNI NTT sejak Maret 2022 lalu.

Berdasarkan pengalaman mengelola website PPNI NTT tersebut, saya merasa kurang lebih persis seperti yang dirasakan oleh Pak Hady dalam mengelola infoperawat.com. Tidak mudah mengajak perawat untuk berpastisipasi memajukan media informasi dan komunikasi milik organisasi PPNI.

Karena itu, sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi masalah tersebut, ada beberapa rencana tindak lanjut yang segera dilaksanakan dalam waktu dekat. Berikut ini merupakan rencana yang saya tulis dalam format RTL yang diberikan panitia.

Pertama, sosialisasi hasil Pelatihan Jurnalistik Praktis PPNI yang diselenggarakan DPP PPNI pada 27-28 Agustus 2022 di Jakarta kepada unsur pimpinan DPW PPNI NTT, khususnya semua pengurus Bidang Penelitian, Informasi dan Komunikasi DPW PPNI NTT.

Kedua, akan diadakan Pelatihan Jurnalistik Dasar bagi seluruh pengurus Bidang Penelitian, Informasi dan Komunikasi di berbagai level kepengurusan PPNI se-Provinsi NTT.

Ketiga, membentuk sistem keredaksian atau kerja sama antara pengurus Bidang Penelitian, Informasi dan Komunikasi di tingkat DPW, DPD dan DPK dalam kegiatan jurnalistik PPNI.

Keempat, melakukan koordinasi terus-menerus dengan DPP PPNI untuk urusan pemuatan berita di infoperawat.com dan hal terkait kegiatan jurnalistik dalam organisasi PPNI lainnya.

***

Itulah gambaran perjalanan saya mengikuti kegiatan pelatihan Jurnalistik Praktis PPNI di Jakarta selama kurang lebih dua hari. Kita sebagai perawat tentunya tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan menulis asuhan keperawatan. Tapi, tidak ada salahnya juga kalau kita mengembakan diri dengan belajar hal lain seperti keterampilan jurnalistik.

Saverinus Suhardin (Infokom DPW PPNI NTT)