Ketua DPW PPNI Provinsi NTT, Bapak Aemilianus Mau, S.Kep.,Ns, M.Kep, menghadiri sekaligus membuka kegiatan bertajuk  “Praktik Komprehensif Profesi Ners Stikes Maranatha Kupang: Pelatihan BTCLS dan Perkesmas”,  pada hari Senin (06/06/2022), pukul 09.00 WITA.

Pada kesempatan itu, Ketua DPW PPNI Provinsi NTT mengapresiasi Stikes Maranatha Kupang yang, sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi keperawatan di NTT, selalu menyiapkan lulusannya dengan pelatihan tambahan, seperti Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) dan Perawat Kesehatan Masyarakat (Perkesmas).

“Pelatihan seperti ini sangat penting bagi mahasiswa untuk menghindari tindakan praktik yang salah, terutama dalam kasus kegawatdaruratan,” kata Ketua DPW PPNI Provinsi NTT yang akrab disapa Pak Willy tersebut.

Menurut Pak Willy, organisasi profesi perawat (PPNI) mempunyai peran yang besar dalam mendukung dan meningkatkan kompetensi para anggota. Tanggung jawab tersebut telah diatur dalam UU Kesehatan dan UU Keperawatan, sehingga semua urusan pelatihan keperawatan mahasiswa semester akhir sebagai calon perawat dan perawat harus diajukan kepada DPW PPNI Provinsi NTT. Selanjutnya, usulan tersebut akan diverifikasi kelayakannya dan dihitung besaran Satuan Kredit Profesi (SKP) oleh Bidang Diklat DPW.

Lebih lanjut Pak Willy menerangkan, dalam panduan Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB) telah ditetapkan, bagi institusi yang mengajukan pelatihan dan membutuhkan SKP (Satuan Kredit Profesi), maka sebaiknya dilakukan minimal 2 minggu sebelum dilaksanakan.

Ketentuan seperti itu sengaja dibuat, jelas Pak Willy, supaya PPNI punya waktu yang maksimal untuk berkoordinasi pengurus ikatan/himpunan sesuai keahlian atau keterampilan yang dibutuhkan oleh instasi atau lembaga pengusul. Sebagai contoh, pelatihan BTCLS akan ditangani oleh HIPGABI (Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia) dan Perkesmas menjadi tanggung jawab IPKKI (Ikatan Perawat Kesehatan Keluarga dan Komunitas Indonesia) yang berada di bawah naungan PPNI NTT.

“Kami akan pastikan dulu, apakah ikatan/himpunan yang kita miliki itu punya trainer yang memiliki sertifikat TOT (Training of trainer) atau belum? Apakah sertifikat TOT-nya masih aktif atau belum? Jadi, kita tidak main-main,” jelas Pak Willy.

Selanjutnya, Pak Willy juga menekankan pentingnya kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) ketika pelatihan mulai dijalankan. PPNI akan melakukan monev secara langsung untuk memastikan kualitas pelatihan berlangsung dengan baik dan luaran dari target yang ingin dicapai oleh perserta dapat tercapai dengan baik.

“Tidak boleh main-main!” tegas Pak Willy. “Jika dalam monev ternyata ditemukan pelaksanaan pelatihan menyimpang dari ketentuan PKB, maka tim monev akan merekomendasikan kepada Ketua DPW untuk tidak mengeluarkan sertifikat kehadiran untuk peserta, narasumber, moderator, dan panitia.”

Komitmen Pak Willy bersama pengurus DPW PPNI Provinsi NTT dalam menjaga mutu pelatihan keperawatan tersebut, dilakukan untuk menepis anggapan stakeholder terhadap lulusan pendidikan perawat tidak siap pakai, tetapi siap dilatih lagi.

Pak Willy berharap selama pelaksanaan pelatihan, para trainer tidak terlalu banyak memberi ceramah, tapi lebih meningkatkan jam latihan praktik untuk mengasah skill peserta pelatihan dalam menangani kasus-kasus BTCLS dan perawatan kesehatan masyarakat.

Kepada peserta pelatihan yang terdiri dari 64 mahasiswa Pendidikan Profesi Ners Stikes Maranatha, Pak Willy memberi motivasi agar mengikuti pelatihan dengan baik. Selain itu, Pak Willy juga mengingatkan agar mereka harus jujur saat memberikan monev pada pelatihan tersebut.

“Kalau misalnya menurut kalian pelatihnya tidak bagus, ya, katakan tidak bagus,” tegas Pak Willy. “Penilaian saat monev harus jujur, karena itu sangat penting sebagai bahan evaluasi kami di PPNI.”

Pada kesempatan itu, Pak Willy juga menggambarkan beberapa kerja sama yang sudah dilakukan DPW PPNI Provinsi NTT, khususnya dalam urusan persiapan penempatan tenaga kerja perawat di luar negeri. Menurutnya, saat ini ada peluang kerja yang besar bagi perawat di luar negeri, misalnya Arab Saudi, Jerman, Amerika, dan lainnya.

***

Sebelumnya, Ketua Stikes Maranatha Kupang—Stefanus Mendes Kiik, S.Kep.,Ns, M.Kep, Sp.Kep.Kom—dalam sambutannya juga menggambarkan peluang kerja perawat saat ini. Menurutnya, selain di luar negeri, dalam negeri juga punya peluang kerja yang bagus untuk perawat dengan adanya program OVON (One Village One Nurse).

Tapi, menurut Dosen Spesialis Keperawata Komunitas yang biasa disapa Pak Stef tersebut, peluang itu diambil jika perawat memiliki keterampilan khusus seperti BTCLS dan Perkesmas. Karena itu, dia berharap agar para mahasiswa dapat mengikuti pelatihan dengan baik.

“Ikuti dengan rasa lapar akan ilmu pengetahuan,” pesan Pak Stef, “sehingga bisa mengikuti pelatihan dengan baik dan mendapatkan banyak manfaat.”

Menurut keterangan ketua panitia kegiatan, Ibu Fransita M.A. Fiah, S.Kep.,M.HKes, pelatihan tersebut akan berlangsung selama 6-11 Juni 2022. Semua kegiatan berpusat di kampus Stikes Maranatha Kupang yang berada di Jl. Kampung Bajawa-Nasipanaf, Desa Baumata Barat, Kab. Kupang, NTT.

Ibu Fransita berharap mahasiswa yang mengikuti pelatihan makin memahami BTCLS dan Perkesmas. Selain itu, dia juga berharap agar semua peserta mengikuti kegiatan sekadar formalitas untuk mendapatkan sertifikat, tapi benar-benar belajar sebagai bekal saat bekerja nantinya.

“Kami panitia mengucapkan terima kasih kepada Ketua DPW PPNI NTT dan semua pihak yang mendukung terlaksananya kegiatan ini,” tutupnya.

Saverinus Suhardin (Infokom DWP PPNI NTT)

Artikulli paraprakRapat Evaluasi Triwulan I, Ketua DPW PPNI Provinsi NTT: “Kerja Harus Total”
Artikulli tjetërPertanggungjawaban Dewan Juri dan Hasil Lomba Menulis PPNI NTT