Oleh: Agustina Nara

(Mahasiswi Akademi Keperawatan Maranatha Groups)

Saat ini kita dihadapkan oleh berbagai permasalahan yang tidak kunjung usai. Sejak awal kemunculan corona virus atau COVID19 di China pada Desember 2019 lalu, kemudian menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia, pandemi COVID-19 menyebabkan perubahan pada semua lini kehidupan, baik itu ekonomi, pendidikan, kesehatan , maupun pola hidup dan aktivitas masyarakat sehari-harinya.

Salah satu perubahan yang paling mencolok ialah masyarakat lebih peka dan memperhatikan kesehatan. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan  dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk imunisasi pada anak.

New normal atau kenormalan baru sudah mulai didengungkan oleh pemerintah indonesia, seiring dengan dilepasnya kebijakan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) di berbagai daerah yang terdampak COVID -19 cukup berat, termasuk Nusa Tenggara Timur.

Dalam persepektif layanan kesehatan, kondisi normal baru ini tidak bisa disikapi sama seperti berhentinya kebijakan pembatasan sosial melainkan ini menjadi kondisi alert bagi kita di mana layanan kesehatan anak yang sudah sangat terdampak badai COVID-19 harus semakin  bersiap, meskipun dalam kondisi yang tidak ideal. Hal ini pun tidak terkecuali pada layanan imunisasi pada anak.

Jika dahulu imunisasi sangat bebas dilakukan  agar si buah hati menjadi sehat, sekarang kebahagian tersebut  harus tergerus dengan kondisi yang berbeda. Meski demikian, kondisi ini harus dipahami  dengan baik oleh orang tua, karena generasi yang sehat dan optimal sangat penting meskipun di masa pandemi.

Kesehatan seorang anak memang saagat penting bagi orang tua, tapi dengan pikiran rasional orang tua yang belum mendapatkan informasi terbaru mengenai kesehatan anak, apakah anak–anak dijamin sehat?

Belum tentu! Kenyataanya banyak anak-anak yang belum diimunisai, sehingga menimbukan masalah baru. Pandemi COVID-19 menyebabkan fasilitas kesehatan di tingkat tapak ditutup sementara itu, protokol kesehtan melarang kerumunan, sehingga orang tua dan anak tidak bisa berkumpul di puskesmas.

Pikiran rasional  dan kekuatiran  orang tua membuat anak-anak mereka tidak diimunisasi. Mereka berpikir, jika mereka pergi ke puskesmas, anak-anak akan tertular  covid-19. Bahkan mereka berpikir dampak dari vaksin dan imunisasi sekarang membuat anak mereka cacat secara fisik. Mereka belum mentahui manfaat dari imunisasi yang sebenarnya bagi anak mereka.

Oleh karena itu, perlu  adanya informasi mengenai imunisasi dari bidang kesehatan. Dan peran tenaga kesehatan, terutama perawat dalam menanggapi pikiran rasional orang tua yang berdampak buruk bagi kesehatan anak. Sebelumnya orang tua perlu tau apa itu imunisasi dan hal-hal yang terkait di dalamnya.

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh, agar tubuh membuat zat anti bodi untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.

Orang tua perlu tahu jenis-jenis imunisasi yang akan diberikan pada anak-anak mereka. Imunisasi dibagi menjadi 2, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif merupakan  pemberiaan zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga  apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat  merespons.

Imunisasi aktif dibagi lagi menjadi dua, yaitu Imunisasi aktif alamiah (kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh setelah sembuh dari suatu penyakit) dan imunisasi aktif buatan (kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit).

Sedangkan  imunisasi pasif  merupakan pemberian zat (immunoglobulin)—suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatan—yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeks.

Dan imunisasi pasif pun dibagi menjadi dua, yaitu imunisasi alamiah (antibodi yang didapat seorang  anak karena diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung, langsung ketika berada dalam kandungan) dan imunisasi pasif buatan (kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum untuk mencegah penyakit tertentu).

Macam-macam imunisasi yang sering diberikan oleh tenaga kesehatan (Nakes) kepada anak yaitu: imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin), Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus), Imunisasi Polio, Imunisasi Campak, Imunisasi Hepatitis B,  Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubela), Imunisasi Tiphus Abdominalis, Imunisasi Varicella, Imunisasi  Hepatitis A, Imunisasi HIB (Haemophilus Influenza Tipe B).

Jadi, manfaat imunisasi  bagi anak ini sangat penting  dalam membantu perkembangan anak, di mana anak terhindari dari berbagai penyakit yang menyerang dan sistem kekebalan tubuh pun semakin kuat.

Orang tua juga perlu tau dampak jika anak tidak diimunisasi.  Anak akan mengalami pertumbuhan yang kurang baik dan bisa terkena penyakit selaput otak. Radang selaput  otak atau yang dikenal dengan sebutan meningitis sangat berbahaya bagai kesehatan anak dan masih banyak penyakit lainya yang bisa menyerang anak-anak.

Tenaga kesehatan tentunya bisa berperan dalam menangani pikiran-pikiran rasional orang tua dan kekuatiran  orang tua  yang tidak mau membawa anak-anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Perawat seharusnya suda mempunyai visi-misi dalam menghadapi kondisi seperti ini agar dapat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan.

Perawat dan calon perawat dan  juga bisa melakukan berbagai kegiatan seperti melakukan sosialisasi di masyarakat tentang imunisasi. Perawat juga bisa melakukan survei di puskesmas setempat untuk menegetahui anak–anak yang belum diimunisasi selama masa  COVID-19. Setelah itu perawat bisa mengunjungi rumah-rumah yang mempunyai anak-anak untuk melakukan edukasi imunisasi dan pemahaman yang baik bagi orang tua mengenai manfaat imunisasi dan dampak bagi anak yang tidak imunisasi.

Apalagi di Indonesia sedang berlangsung program  BIAN (Bulan imunisasi Anak Nasional). Bertetapan lagi dengan perayaan “International nurses Day’’atau hari perawat sedunia, maka seorang perawat dan calon perawat  sangatlah penting untuk memberikan motivasi dan menjadi modeling  untuk masyarakat menjadi lebih sehat.

Dari uraian di atas  dapat disimpulkan bawah, imunisasi sangat penting bagi anak dan orang tua harus mampu memahami dengan baik kesehatan untuk anak-anak. Orang tua harus mampu mencari tahu informasi sebaik mungkin dan jangan berlandasan  “negative thinking’’ tanpa tahu yang sebenarnya.

***

(Tulisan ini merupakan salah satu tulisan yang diikutkan dalam lomba menulis dalam rangka IND dan BIAN yang diselenggarakan DPW PPNI Provinsi NTT. Jika Anda suka dengan tulisan ini, silakan bagikan di media sosial Anda, karena salah satu penilaian diambil dari seberapa banyak tulisan ini dibaca orang. Selain itu, jika Anda tertarik ikut lomba menuli ini juga, klik informasinya di sini)

Artikulli paraprakBangsa yang Sehat, Bangsa yang Terimunisasi
Artikulli tjetërKenangan Tentang COVID-19