Dominggos Gonsalves, S.Kep.,Ns, MSc, penanggung jawab pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) yang ditunjuk oleh DPW PPNI Provinsi NTT, memberikan materi tentang trauma kepada peserta pelatihan pada hari Selasa (07/06/2022) kemarin di Stikes Maranatha Kupang.

Pada saat perkenalan awal, pelatih BTCLS tersertifikasi TOT (Training of trainer) yang akrab disapa Pak Domi itu menjelaskan kondisi yang sedang terjadi di HIPGABI (Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia) wilayah NTT.

HIPGABI NTT merupakan salah satu ikatan/himpunan yang berada di bawah naungan DPW PPNI Provinsi NTT yang salah satu tugasnya memberikan pelatihan BTCLS bagi lembaga atau kelompok masyarakat yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan kegawatdaruratan.

Menurut Pak Domi, dirinya memang dipercayakan sebagai Ketua HIPGABI NTT periode sebelumnya. Tapi karena masa kepengurusan telah berakhir dan belum melaksanakan kongres wilayah untuk melakukan pemilihan ketua dan pengurus yang baru, maka status kepengurusan saat ini dinyatakan demisioner.

Meski demikian, jelas Pak Domi lebih lanjut, DPW PPNI Provinsi NTT tetap menunjuk pelatih (trainer) BTCLS dari tim yang berpengalaman dan tersertifikasi di GIPGABI NTT, dan Pak Domi dipercayakan sebagai penanggung jawab atau koordinatornya.

Khusus untuk pelatihan bagi mahasiswa Pendidikan Profesi Ners Stikes Maranatha yang sedang berlangsung sejak 6 hingga 11 Juni 2022 itu, ada 7 pelatih BTCLS lain yang terlibat bersama Pak Domi, yaitu: Bapak Appolonaris T. Berkanis, S.Kep.,Ns,M.Hkes; Servasius Banin, S.Kep.,Ns, M.Kep; Muhammad S. Nuwa S.Kep., Ns., M.Kep; Felipus Stefen Ndun, S.Kep.Ns.M.Kep; Petrus Laba, SST, M.Kes; Ibu Serly Sani Mahoklory, S.Kep.Ns.,M.Kep; Carolina M. Veto, S.Kep.,Ns.

Masyarakat Perlu Tahu Penanganan Kegawatdaruratan

Setelah memberikan materi tentang trauma kepada peserta pelatihan, Pak Domi memberikan keterangan kepada Infokom DPW PPNI NTT terkait pentingnya pelatihan BTCLS dan pengetahuan kegawatdaruratan bagi masyarakat umum. Menurutnya, pelatihan BTCLS sudah menjadi kewajiban bagi setiap tenaga kesehatan, termasuk perawat.

“Sekarang ini setiap mau cari kerja, salah satu syaratnya harus memiliki sertifikat BTCLS,” kata Pak Domi. “Bagi perawat yang sudah bekerja lama pun, tetap butuh pelatihan lagi untuk menyegarkan kembali pengetahuan dan keterampilan mereka sesuai dengan perkembangan iptek terbaru dalam bidang kegawatdaruratan.”

Karena itu, Pak Domi mengaku sangat senang dengan kerja sama yang sudah dibangun oleh lembaga pendidikan Stikes Maranatha Kupang bersama DPW PPNI Provinsi NTT—termasuk di dalamnya ada HIBGABI. Menurutnya, kolaborasi tersebut merupakan komitmen Stikes Maranatha dalam memfasilitasi mahasiswa untuk mendapatkan keterampilan khusus seperti BTCLS atau keterampilan lain, sehingga mereka siap bekerja ketika sudah lulus.

“Kita pernah bertemu dengan beberapa alumni dari sini, mereka mengaku senang karena sudah ada sertifikat BTCLS yang diminta saat melamar kerja,” tambah Pak Domi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Kesejahteran DPW PPNI Provinsi NTT periode 2022-2027 itu.

Lebih lanjut, Dosen Keperawatan Gawat Darurat di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kupang itu juga mengatakan bahwa, masyarakat umum juga perlu mengetahui penanganan gawat darurat sederhan yang sering terjadi di lingkungan sekitarnya. Untuk menegaskan poin ini, Pak Domi memberi contoh kepada peserta pelatihan saat memberikan materi tentang trauma kepala, tulang leher (servikal) dan tulang belakang.

Misalnya, kata Pak Domi, ada yang jatuh dari ketinggian dan area kepala hingga lehernya membentur lantai yang keras. Saat itu mungkin korban baru mengalami keretakan tulang leher. Tapi karena tidak paham, orang awam bisa saja langsung angkat dan naik ojek ke RS, tanpa memikirkan atau memperhatikan keamanan posisi tulang leher. Apa yang mungkin terjadi kemudian? Kalau tulang lehernya bergerak tidak teratur selama perjalan dan menimbulkan kerusakan lebih parah, maka kemungkinan buruk bisa terjadi.

Itulah makanya Pak Domi bersama tim BTCLS di HIPGABI NTT selalu mengampayekan tentang pentingnya pengetahuan kegawatdaruratan dasar bagi masyarakat umum, dan keterampilan penanganan kegawatdaruratan lanjutan  bagi tenaga kesehatan.

Selama masa kepengurusan Pak Domi, HIPGABI NTT telah memberikan banyak pelatihan bagi tenaga kesehatan di berbagai wilayah NTT. Beberap di antaranya pernah memberikan pelatihan BTCLS di RS Atambua, RS Wirasakti Kupang, RSUD Labuan Bajo, klinik sedaratan Timor, Dinkes Nagekeo, Dinkes Lembata, dan masih banyak tempat lainnya.

“Kami sebenarnya sudah dijadwalkan ke Dinkes Rote dan Sabu Raijua juga, tapi karena kondisi pandemi COVID-19 kemarin, kita menunggu jadwal selanjutnya,” imbuh Pak Domi.

Sebagai penanggung jawab atau koordinator pelatih BTCLS di DPW PPNI Provinsi NTT, Pak Domi mengaku selalu melakukan komunikasi dengan semua tim pelatih untuk memastikan kualitas atau mutu pelatihan.

Pak Domi menekankan kepada tim pelatih agar disiplin waktu selama memberikan materi. Selain itu, setiap pelatih juga harus benar-benar mengusasi materi dan keterampilan yang mau diberikan kepada peserta, dan berupaya semaksimal mungkin agar peserta dapat memahami materi pelatihan dengan baik—termasuk keterampilan khusus yang diajarkan.

“Kalau ada peserta yang belum bisa,” jelas Pak Domi, “maka pelatihnya perlu mengulang lagi sampai peserta itu benar-benar mampu.”

Secara umum, proses pelatihan BTCLS yang diberikan kepada 64 mahasiswa Pendidikan Profesi Ners Stikes Maranatha itu diawali dengan pre-test, untuk mengetahui kemampuan awal para peserta pelatihan. Menurut Pak Domi, hasil pre-test itu akan menentukan strategi yang digunakan oleh para pelatih.

Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian materi berupa pengetahuan umum terkait BTCLS. Tahap kedua ini menggunakan metode ceramah dan diskusi atau tanya-jawab. Sesuai arahan Ketua DPW PPNI Provinsi NTT—Bapak Aemilianus Mau, S.Kep.,Ns, M.Kep—pada acara pembukaan pelatihan (06/06/2022), sesi pemberian materi atau teori ini, sebaiknya tidak perlu terlalu banyak. Sebaliknya lebih ditekankan praktik latihan keterampilan.

“Saya setuju dengan anjuran Pak Ketua DPW PPNI NTT itu,” kata Pak Domi, “apalagi peserta pelatihan ini adalah mahasiswa Pendidikan Profesi Ners yang hampir lulus, jadi mereka pasti pernah terpapar dengan materi keperawatan gawat daruat sebelumnya.”

Setelah pemberian materi, dilanjutkan dengan simulasi dan praktik mandiri. Menurut Pak Domi, pada tahap ini, semua pelatih harus menunjukkan proses pelaksanaan tindakan secara sistematis dan perlahan, sehingga semua peserta bisa mengikuti langkah demi langkah dengan seksama. Setelah simulasi, setiap peserta diberikan kesempatan melakukan tindakan tersebut secara mandiri—sampai benar-benar mampu.

Setiap peserta harus berusaha maksimal, karena setelahnya langsung dilakukan ujian praktik. Kata Pak Domi, pelatih akan membuat skenario kasus seperti kondisi kegawatdaruratan yang nyata, kemudian peserta diberi kesempatan memberikan penanganan sebagai tenaga kesehatan. Jika ada peserta yang belum lulus, maka akan diberi kesempatan ujian praktik berikutnya hingga benar-benar bisa.

Tahap akhir akan dilakukan post-test dan pengisian kuesioner untuk mengevaluasi tim pelatih dan panitia. Menurut Pak Domi, tahap ini tidak kalah pentingnya untuk proses kendali mutu bagi HIBGABI NTT, sehingga ke depan bisa menyediakan jasa pelatihan BTCLS yang lebih berkualitas dan memuaskan bagi pelanggan atau stakeholder.

Dominggos Gonsalves, S.Kep.,Ns, MSc, pelatih BTCLS DPW PPNI Provinsi NTT sedang menunjukkan kepada peserta pelatihan tentang cara memeriksa trauma pada kepala

Harus Ambil Tindakan

Sebelumnya, Pak Domi memaparkan materi tentang trauma kepada peserta pelatihan. Trauma yang dimaksud merupakan benturan fisik pada tubuh manusia, baik yang terjadi di kepala, tulang leher, tulang belakang, toraks atau dada, abdomen atau perut, dan ekstremitas atau anggota gerak tubuh.

Pak Domi menekankan pada peserta tentang ciri khas masing-masing trauma beserta cara penanganannya. Menurutnya, apapun yang terjadi pada korban kecelakaan atau orang yang mengalami trauma, kita sebagai penolong jangan langsung panik dan segera merujuk ke rumah sakit.

“Kita harus ambil tindakan dulu!” tegas Pak Domi. “Apalagi kalian yang sudah mendapat pelatihan seperti ini, beri tindakan awal dulu. Setelah kondisi pasien lebih stabil, baru dirujuk ke rumah sakit.”

Karena alasan itu, Pak Domi menekankan pada peserta pelatihan agar betul-betul serius mengikuti pelatihan. Anjuran itu diberikan supaya ketika suatu saat mereka menemukan kejadian kegawatdaruratan, mereka bisa langsung ambil tindakan dengan percaya diri karena telah dilatih dengan baik.

“Kalau nanti ada peserta yang tidak ikut kegiatan atau bolos selama 2 sesi,” tambah Pak Domi, “maka peserta yang bersangkutan, entah mahasiswa maupun dosen, tidak akan diberikan sertifikat.”

Selain pelatihan BTCLS, Stikes Maranatha Kupang juga mengadakan pelatihan Perawat Kesehatan Masyarakat (Perkesmas). Kegiatan bertajuk  “Praktik Komprehensif Profesi Ners Stikes Maranatha Kupang” itu berpusat di kampus Stikes Maranatha Kupang yang berada di Jl. Kampung Bajawa-Nasipanaf, Desa Baumata Barat, Kab. Kupang, NTT.

Saverinus Suhardin (Infokom DPW PPNI NTT)

Artikulli paraprakPertanggungjawaban Dewan Juri dan Hasil Lomba Menulis PPNI NTT
Artikulli tjetërPPNI NTT Bersama Badan Kelengkapannya Membahas Upaya Peningkatan Kompetensi Perawat