Himpuan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI) Provinsi NTT memberi pelatihan BTCLS (Basic Trauma Cardiac Life Support) bagi 123 mahasiswa/i Program Studi Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Kesehatan, Universitas Citra Bangsa (Prodi Ners UCB) di kampus yang berada di bilangan Kayu Putih, Kota Kupang, selama 5 hari mulai Senin-Jumat, 13-18 November 2022.

Dominggos Gonsalves, S.Kep.Ns. MSc. AIFM, Ketua HIPGABI NTT sekaligus sebagai koordinator instuktur pelatihan BTCLS, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan kolaborasi yang diinisiasi oleh Prodi Ners UCB. Menurutnya, HIPGABI NTT sebagai himpunan perawat di bawah naungan DPW PPNI Provinsi NTT yang salah satu perannya menyelenggarakan pelatihan BTCLS, tentunya menyambut baik ajakan kerja sama dari Prodi Ners UCB.

“Inilah yang kita harapkan, ada kolaborasi yang baik antar institusi, organisasi profesi dan pihak lainnya dalam menyiapkan tenaga kesehatan yang kompeten,” kata Ketua HIPGABI NTT yang biasa disapa Pak Domi itu, di sela-sela menyiapkan sesi praktik yang berlangsung di Laboratorium Kesehatan UCB pada Rabu (16/11/2022) kemarin.

Pak Domi menerangkan, pelatihan BTCLS itu secara umum terbagi menjadi tiga tahap. Pertama, ada sesi pemberian materi yang berlangsung selama 2 hari dan dilakukan secara daring dengan media Zoom. Kedua, sesi praktik keterampilan yang berlangsung selama 2 hari dan dilakukan secara langsung di laboratorium. Ketiga, ada sesi ujian yang dilaksanakan pada hari terakhir atau hari kelima.

Saat memberi petunjuk (briefing) awal sebelum sesi praktik keterampilan dimulai, Pak Domi menekankan kepada peserta tentang pentingnya mengikuti setiap tahap kegiatan secara serius dan sesuai waktu yang telah ditetapkan. Menurutnya, anjuran itu bertujuan agar peserta benar-benar menguasai setiap teori dan praktik yang diajarkan, sehingga saat ujian akhir bisa lulus dan mendapatkan sertifikat keterampilan.

“Kalau ada peserta yang kehadirannya tidak penuh dan tidak lulus saat ujian, maka yang bersangkutan tidak bisa mendapatkan sertifikat,” tegas Pak Domi.

Berdasarkan pantauan media ini, setelah briefing singkat, para peserta dibagi menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok mempelajari berbagai teknik penanganan kegawatdaruratan yang telah dikelompokkan dalam 5 etape atau biasa disebut dengan istilah “stase” di ruang laboratorium.

Stase pertama, peserta mempelajari teknik asesmen atau penilaian awal kondisi pasien, sehingga mampu melakukan triase—proses khusus memilah dan memilih pasien berdasarkan berat-ringannya penyakit untuk menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas transportasi.

Stase kedua, para peserta melakukan simulasi berbagai metode untuk memperbaiki stabilisasi pasien, pembidaian, cara melakukan transportasi pasien dengan berbagai kondisi, proses evakuasi secara berkelompok maupun individu, dan prosedur lainnya.

Stase ketiga, peserta mempelajari manajemen jalan napas, mulai dari teknik sederhana hingga menggunakan berbagai macam alat bantu, termasuk teknik memberikan oksigen sesuai kebutuhan.

Stase keempat, peserta mempelajari metode Resusitasi Jantung Paru (RJP)—sebuah teknik pemberian kompresi pada jantung dari luar yang disertai dengan bantuan napas sesegera mungkin.

Di stase kelima, para peserta mempelajari prosedur perekaman sekaligus menganalisis hasil pemeriksaan EKG (elektrokardiogram). Pada stase ini, selain memperkenalkan berbagai jenis gambaran gelombang EKG, fasilitator juga merekomendasi berbagai tindakan yang perlu dilakukan sesuai hasil yang terlihat.

Setiap kelompok peserta belajar dari satu stase ke stase berikutnya, hingga selesai. Panitia telah menentukan waktu belajar di setiap stase. Namun, jika ada peserta yang ingin memperdalam keterampilan atau ingin berkonsultasi lebih jauh, para fasilitator bersedia melayani pertanyaan mereka di sela-sela waktu istirahat.

Pak Domi menambahkan, instruktur atau fasilitator yang dilibatkan dalam pelatihan tersebut merupakan pengurus HIPGABI NTT. Para instruktur BTCLS itu merupakan perawat yang bekerja di berbagai rumah sakit, seperti RSUD Prof.Dr.W.Z. Johannes Kupang, RSUD Kota Kupang, RSUD Naibonat, RS Wirasakti, RS Siloam dan RS Boromeus. Selain itu, ada instruktur yang bekerja di institusi pendidikan, seperti UCB, Stikes Maranatha dan Poltekkes Kemenkes Kupang.

Menyiapkan Kompetensi Khusus Lulusan

Sementara itu, Sebastian Kurniadi, S. Kep. M.Kep selaku Dosen Penanggung Jawab (PJ) Ners UCB menjelaskan kalau pelatihan BTCLS itu merupakan program wajib dan rutin dilakukan di Prodi Ners UCB. Menurutnya, kegiatan itu dilakukan sesuai dengan visi-misi Prodi Ners UCB yang ingin memastikan setiap lulusan memiliki kompetensi khusus yang bisa diterapkan lulusan kelak saat bekerja di fasilitas kesehatan maupun di lingkungan masyarakat.

“Kita sudah rutin menyelenggarakan pelatihan BTCLS ini, mulai dari angkatan pertama Prodi Ners hingga angkatan ke-9 saat ini,” jelas Dosen PJ Ners UB yang biasa disapa Pak Adi tersebut.

Menurut Pak Adi, Prodi Ners UCB sebelumnya sudah melakukan kerja sama dengan berbagai lembaga penyelenggara pelatihan BTCLS untuk memenuhi kompetensi mahasiswa. Tapi semenjak pandemi COVID-19, Prodi Ners UCB mulai menjalin kerja sama dengan HIPGABI NTT untuk mendukung tercapainya visi-misi institusi.

“Semoga kerja sama ini nantinya bisa berjalan dengan baik, karena keterampilan BTCLS ini menjadi salah satu mata kuliah wajib bagi mahasisiwa/i Prodi Ners UCB,” tutup Pak Adi.

Ketua Prodi Ners UCB, Yohanes Dion, S.Kep.,Ns, M.Kes yang pada kesempatan itu mendampingin PJ Ners mengatakan kegiatan tersebut sangat didukung oleh Rektor UCB, Prof. Dr. Frans Salesman, SE, M.Kes. Menurutnya, saat memberikan sambutan pada acara pembukaan pelatihan BTCLS, Rektor UCB menekankan agar setiap lulusan harus memiliki kelebihan, khususnya dalam bidang kegawatdaruratan.

“Seperti tren saat ini, kita tahu, tidak hanya tenaga kesehatan yang ditutut untuk bisa menguasai keterampilan penanganan kegawatdaruratan. Masyarakat awam pun harusnya bisa. Apalagi tenaga kesehatan seperti perawat, makanya kita sangat mendukungan pelatihan ini,” jelas Ketua Prodi Ners UCB yang biasa disapa Pak Jon itu.

Karena itu, menurut Pak Jon, setiap mahasiswa/i Prodi Ners UCB wajib mengikuti pelatihan BTCLS di akhir masa praktik profesi ners. “Harapannya, mereka nanti bisa menerapkan keterampil itu saat bekerja, sehingga bisa menolong masyarakat lebih baik,” tutup Pak Jon.

Saverinus Suhardin (Infokom DPW PPNI NTT)

Artikulli paraprakUkom Retaker Ners di NTT Berjalan Sukses
Artikulli tjetërDPD PPNI Sumba Timur Gelar Musda III