Oleh: Mercy M. Maure

(Mahasiswi Universitas Citra Bangsa Kupang)

Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa. Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan bagi masyarakat melalui pembangunan kesehatan dengan perencanaan terpadu. Pembangunan kesehatan di Indonesia masih mengalami ketimpangan karena masih banyak anak Indonesia yang kurang sehat, mudah terserang penyakit dan cacat. Oleh sebab itu, pemerintah mewajibkan anak Indonesia melakukan program imunisasi.

Program ini mengacu  kepada konsep paradigma sehat, di mana prioritasnya adalah upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pecegahan penyakit (preventif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Imunisasi adalah komponen kunci dari kesehatan primer dan merupakan hak asasi manusia.

Imunisasi merupakan bentuk investasi kesehatan terbaik dan merupakan teknik pencegahan dan pengendalian Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular (WHO, 2020). KLB atau wabah yang pernah terjadi di Indonesia salah satunya adalah Polio pada tahun 2005-2006 yang mengakibatkan  300-an anak Indonesia mengalami cacat lumpuh. Pada tahun 2014 WHO menyatakan Indonesia telah bebas dari polio, namun imunisasi harus terus berlanjut untuk mencegah penyakit yang lain.

Imunisasi harus dilakukan sebagai proses kekebalan tubuh pada bayi agar tidak mudah terjangkit penyakit atau infeksi ketika mengalami proses tumbuh kembang. Namun masih ada masyarakat atau orang tua yang tidak menerapkan ini pada anak-anaknya karena terhalang faktor budaya, sosial dan pengetahuan.

Hal ini merupakan salah satu penyebab kurang sehatnya anak Indonesia. Masyarakat yang masih hidup konvensional di era modern ini menolak akan hal tersebut, dengan beranggapan bertentangan dengan budaya. Selain itu kurangnya pengetahuan akan manfaat dari imunisasi.

Banyak pula asumsi yang salah tentang imunisasi di masyarakat. Meski imunisasi bukan sesuatu yang baru di Indonesia, masyarakat masih ragu-ragu untuk hal ini. Khususnya para ibu, kesehatan anak tergantung dari bagaimana ibu menanggapi hal ini. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang menurut Lawrance Green (1980), dalam hal kelengkapan imunisasi.

Pertama, predisposing factors (Faktor pendukung). Mencakup pengetahuan, sikap, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan lainnya. Misalnya, seorang ibu tidak mau mengimunisasi anaknya ke posyandu karena minimnya pengetahuan tentang manfaat imunisasi.

Kedua, enabling factors (Faktor Pemungkin). Berupa sarana prasarana atau fasilitas sosial kesehatan untuk terjadinya pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu, rumah sakit, alat kesehatan, obat-obatan dan kendaraan. Dalam hal ini jarak rumah masyarakat dan tempat pelayanan yang jauh, tidak adanya kendaraan, dan lainnya.

Ketiga, reinforcing factors (Faktor Penguat). Berupa sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, termasuk sikap petugas  kesehatan. Perlu dorongan kepada masyarakat untuk mewujudkan hidup sehat tidak hanya sekedar pengetahuan tapi juga dengan perilaku positif. (Notoadmojo, 2012 : 56).

Disini peran perawat semakin diuji untuk membentuk masyarakat Indonesia lebih sehat lagi. Dengan cara, melakukan pendekatan interpersonal secara kelompok untuk melakukan penyuluhan atau sosalisasi kepada masyarakat yang belum menerima dan melakukan imunisasi terhadap anak. Dengan begitu, setiap orang akan resistan terhadap suatu penyakit tertentu.

Imunisasi memengaruhi imunitas, status gizi dan tumbuh kembang anak menjadi lebih baik. Manfaat dari melakukan imunisasi secara teratur adalah : 1. Menurunkan mordibitas (angka kesakitan), 2. Menurunkan mortalitas (angka kematian) 3. Terhindar dari kecacatan dan 4. Eradikasi penyakit disuatu daerah atau negara.

Terdapat 2 jenis imunisasi yang dianjurkan pemerintah untuk diberikan kepada anak sesuai tingkatan usia yaitu: imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar dilakukan untuk mencegah hepatitis B, poliomyelitis, tuberculosis, difteri, pertussis, tetanus, pneumonia, meningitis serta campak. Sedangkan imunisasi lanjutan adalah pengulangan dari imunisasi dasar untuk mempertahankan kekebalan dan memperpanjang masa perlindungan anak yang telah mendapatkan imunisasi dasar.

Imunisasi merupakan salah satu investasi kesehatan yang paling murah yang dapat menjamin hidup untuk terbebas dari sakit, cacat dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Melakukan imunisasi bukan berarti tidak akan terpapar suatu penyakit, namun mengurangi risiko komplikasi dan gejala yang dialami ringan.

Kondisi tidak diimunisasinya anak semakin diperparah dengan adanya Covid-19. Dimana tempat pelayanan kesehatan tidak dibuka untuk umum demi memutus mata rantai Covid-19. Sejak awal pandemi, imunisasi dasar menurun secara signifikan. Disebabkan oleh faktor pembatasan kegiatan, gangguan rantai pasokan dan kurangnya tenaga kesehatan untuk melakukan program ini. Hampir semua daerah tidak melakukan imunisasi dasar karenanya. Virus ini menyerang imun. Jika kekebalan tubuh tidak kuat otomatis virus ini dapat masuk dengan sangat mudah.

Sebagai perawat harus menjalankan tugas yang diembankan pada umumnya. Namun berkaitan dengan pemberian imunisasi ada beberapa peran yang dapat dilakukan perawat.

Pertama, sebagai Edukator. Sebagai perawat professional harus mampu mengedukasi atau menjadi guru bagi masyarakat. Harus membagi ilmu dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan bagi masyarakat. Terkhusus bagi masyarakat yang kurang paham tentang pentingnya imunisasi, perawat harus melakukan pendekatan untuk memberikan pemahaman.

Kedua, sebagai motivator. Perawat harus mendorong masyarakat untuk melakukan program imunisasi untuk tercapainya suatu tujuan tertentu yaitu Indonesia sehat. Arahan, dorongan dan bimbingan dari perawat harus mampu membuat sasaran sadar akan pentingnya tujuan yang ingin dicapai.

Ketiga, sebagai dinamisator. Perawat harus melakukan komunikasi untuk menyampaikan pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain sehingga dapat menggerakkan dan melakukan kerja  sama untuk mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerja sama antara para petugas kesehatan disuatu daerah atau tempat seperti bidan, petugas puskesmas dan para kader untuk mendukung keberhasilan program imunisasi.

Sebagai masyarakat yang peduli akan generasi bangsa, marilah bersatu padu menyukseskan program Bulan Imunisasi Anak Nasional demi mewujudkan anak bangsa yang sehat. Masa depan bangsa bergantung dari bagaimana mereka sekarang. Sehat itu mahal, sakit itu murah. Jangan bermurah hati dengan sakit penyakit, marilah belajar sekikir dengan penyakit. Sayangi imunitas, ayo imunisasi!

***

(Tulisan ini merupakan salah satu tulisan yang diikutkan dalam lomba menulis dalam rangka IND dan BIAN yang diselenggarakan DPW PPNI Provinsi NTT. Jika Anda suka dengan tulisan ini, silakan bagikan di media sosial Anda, karena salah satu penilaian diambil dari seberapa banyak tulisan ini dibaca orang. Selain itu, jika Anda tertarik ikut lomba menuli ini juga, klik informasinya di sini)

Artikulli paraprakPentingnya Imunisasi dalam Melindungi Kesehatan Anak
Artikulli tjetërBerpikir Positif Tentang Imunisasi