Oleh : Frengky Anderias Loma
(Mahasiswa Akademi Keperawatan Maranatha Groups)
Pada saat ini, meski pandemi COVID-19 atau Virus Corona sudah membaik, kita tentunya masih mengenang bagaimana dampaknya bagi kehidupan di seluruh dunia. Mau keluar untuk melakukan aktivitas sebagaimana yang dilakukan masing-masing orang setiap harinya saja sangat takut dan merasa gelisah. Kita bersyukur pemerintah tidak tinggal diam, ada berbagai macam upaya yang dilakukan pemerintah untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Kita mungkin sudah menghafalnya: menghindari kerumunan, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Selain menyebabkan kendala dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, baik itu di dalam maupun luar ruangan, pandemi COVID-19 juga merampok urusan lain. Kita berhadapan dengan masalah ekonomi, kegiatan belajar mengajar, hubungan sosial, serta membuat masyarakat takut membawa anaknya pergi ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan—salah satunya mendapatkan imunisasi.
Akibatnya, daya tahan tubuh anak-anak bisa melemah sehingga mudah terserang penyakit. Penurunan cakupan imunisasi akan meningkatkan kejadian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Nah, apa itu PD3I? PD3I adalah polio, hepatitis B, pertusis, difteri, haemophilus influenzae tipe B, campak dan tetanus.
Imunisasi adalah proses pembentukan sistem imun pada tubuh sehingga kebal terhadap penyakit tertentu. Imunisasi pada anak bertujuan agar anak mendapatkan kekebalan yang alami sehingga sistem imunnya meningkat dan melindungi anak dari penularan penyakit. Imunisasi apa saja yang wajib di berikan terhadap anak dan bagaimana waktu pemberian imunisasi ?
Berikut waktu pemberian imunisasi lengkap kepada anak sesuai dengan tahapan usia :
- Bayi berusia kurang dari 24 jam wajib diberikan imunisasi hepatitis B (HB-0).
- Bayi berusia 1 bulan wajib diberikan imunisasi BCG dan polio.
- Bayi berusia 2 bulan wajib diberikan imunisasi DPT-HB-Hib 1 dan polio 2.
- Bayi berusia 3 bulan wajib diberikan imunisasi DPT-HB-Hib 2 dan polio 3.
- Bayi berusia 4 bulan wajib diberikan imunisasi DPT-HB-Hib 3, polio 4 dan IPV atau polio suntik.
- Bayi berusia 9 bulan wajib diberikan imunisasi campak atau MR.
Imunisasi rutin pada anak sangat penting dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dan saat sejumlah orang dalam suatu kelompok telah kebal terhadap suatu penyakit, maka penyakit itu akan semakin sulit untuk menyebar dan menular kepada orang yang belum diimunisasi. Adapun manfaat spesifik dari pemberian imunisasi terhadap anak yaitu:
- Vaksin hepatitis B diberikan untuk mencegah penyakit yang dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan fungsi hati dan kanker hati.
- Imunisasi polio tetes diberikan untuk mencegah terjadinya lumpuh layu.
- Imunisasi campak diberikan untuk mencegah campak yang mengakibatkan pneumonia, diare dan menyerang otak.
- Vaksin DPT-HB-HIB diberikan untuk mencegah 6 penyakit yaitu difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis.
Kementerian kesehatan dan UNICEF melakukan penelitian cepat pada April 2020. Hasilnya menunjukkan bahwa 84% dari semua fasilitas kesehatan (faskes) melaporkan layanan imunisasi terganggu di kedua level, yaitu puskesmas dan posyandu. Gangguan dalam layanan imunisasi sangat besar dan langsung dirasakan, dengan beberapa hambatan yang diamati di berbagai tingkatan.
Dan pada Mei 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyebutkan program imunisasi di 68 negara harus terhenti akibat pandemic. Hal itu mengakibatkan 80 juta bayi yang tinggal di negara tersebut terancam penyakit menular seperti campak dan polio.
Hal itu juga terjadi di Indonesia, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan bersama UNICEF, ditemukan bahwa sebesar 83,9% pelayanan kesehatan terdampak pandemi COVID-19. Itu artinya program imunisasi juga tidak terlaksana dengan baik.
Adapun isu yang ditemui di lapangan yaitu masyarakat beranggapan bahwa imunisasi itu tidak terlalu penting. Kemudian ditambah lagi dengan tenaga kesehatan yang tidak mengizinkan adanya kerumunan pada saat pelayanan kesehatan, sehingga membuat masyarakat harus datang secara bergiliran.
Hal itu membuat masyarakat putus asa karena lama mengantre dan takut terkena virus covid-19. Isu lain yang menjadi kekhawatiran masyarakat adalah, pada saat melakukan imunisasi terhadap anak mereka, mereka khawatir jika Nakes pemberi imunisasi tidak mengganti APD (alat pelindung diri) antar pasien, sehingga dapat menularkan virus dari pasien sebelumnya kepada anak mereka.
Hal lain yang perlu menjadi perhatian kita saat ini, tidak hanya dari petugas kesehatan yang harus mengarahkan kita, tetapi para orang tua juga harus memiliki pengetahuan yang cukup. Orang tua juga harus tau, mau dan mampu dalam memenuhi kebutuhan anak dalam masa perkembangannya. Salah satunya dengan cara ikut berperan dalam rangka menyukseskan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Imunisasi merupakan hal yang sangat penting dan wajib bagi setiap anak, sehingga anak-anak bisa terhindar dari berbagai macam penyakit yang berbahaya dan mengancam nyawa. Perlu juga adanya perhatian dalam menjaga protokol kesehatan.
Melihat situasi yang ada, tidak semua orang tua mampu menerapkan dan melakukan protokol kesehatan yang ditetapkan. Masih ada beberapa orang tua yang tidak mau menjaga jarak dan memakai masker.
Solusi yang tepat atau tindakan preventif yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mengatasi masalah yang ada adalah, mungkin sebaiknya petugas kesehatan melakukan imunisasi pada anak dengan cara kunjungan rumah agar lebih efektif. Cara ini memungkinkan setiap orang terhindar dari kerumunan serta tetap bisa menjaga protokol kesehatan yang telah ditetapkan.
Jadi, sebagai orang tua harus dapat memanfaatkan kesempatan dengan baik, mampu melihat peluang sehingga imunisasi yang diberikan kepada anak tidak terhambat dan anak dapat terhindar dari berbagai penyakit menular.
***
(Tulisan ini merupakan salah satu tulisan yang diikutkan dalam lomba menulis dalam rangka IND dan BIAN yang diselenggarakan DPW PPNI Provinsi NTT. Jika Anda suka dengan tulisan ini, silakan bagikan di media sosial Anda, karena salah satu penilaian diambil dari seberapa banyak tulisan ini dibaca orang. Selain itu, jika Anda tertarik ikut lomba menuli ini juga, klik informasinya di sini)